Dec 13, 2008

Rahasia di Balik Amar Ma’ruf

Suatu ketika datanglah ke majelis taklim ayah saya seorang pimpinan organisasi besar yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan pemberantasan kemungkaran. Sebagaimana biasa kegiatan demikian ini selalu melibatkan kekerasan dan biasanya memancing pro dan kontra.

Pada akhir majelis, ayah menyilahkan orang tersebut untuk berbicara. Lalu mulailah dia menyampaikan pidatonya menceritakan kegiatannya. Pidatonya penuh dengan mutiara ilmu dan sangat memukau. Saya benar-benar dibuat kagum dan hormat kepadanya. Di antara yang menarik perhatian saya adalah ucapannya, “Majelis ini sungguh bermanfaat bagi masyarakat karena mengajarkan berbagai ilmu dan pekerti luhur. Para ustadz di sini seperti petani padi. Ia menyiapkan lahan, lalu membajak, memberi pupuk kandang, menanami bibit, merawat, mengairi, memberi pupuk lagi, dst. Nah, tugas saya sehubungan dengan majelis ini adalah membantu petani memberantas tanaman-tanaman liar yang ikut makan pupuk, dan membasmi hama dan tikus-tikus yang merusak tanaman.”

Pidato berakhir dengan indah dan mengesankan. Saya berpikir dalam hati, “Orang ini lebih hebat dari yang saya dengar.” Suara miring yang saya dengar tentang dia hilang seketika. Pidato itu terus terngiang di telinga. “Mengapa saya tidak bisa meneladani sebagian saja dari dirinya,” kata saya dalam hati. Saya sempat ditawari oleh para pembantunya untuk membuka cabang dari organisasi yang dipimpinnya. Namun saya tolak, karena saya kurang suka dengan kekerasan. Urusan nahy mungkar, menurut saya, sangat sensitif. Harus benar-benar menggunakan strategi yang jitu. Saya juga tahu bahwa pembasmian kemungkaran harus ditunda apabila mengakibatkan kemungkaran yang lebih besar. Nahy mungkar harus dilaksanakan dengan hati-hati, kalau tidak maka hasilnya akan counter-productive. Dan terus terang saja, saya senang dengan yang indah-indah, yang merdu-merdu, yang lembut-lembut, yang tenang-tenang, yang harum-harum.

“Dalam Quran, Amar ma’ruf diletakkan di muka nahy mungkar, pasti ada rahasianya. Fitrah manusia yang tidak suka kekerasan pasti menjadikan nahy mungkar pilihan yang paaaaaling akhir,” kata saya dalam hati.

Menurut saya, dakwah itu seperti kegiatan marketing. Produknya adalah ajaran agama. Kita harus memperhatikan kualitas, kemasan, distribusi dan pasarnya.

Kembali ke masalah petani yang katanya perlu dibantu dalam membasmi hama, saya pikir kalau petani itu menggunakan plastik mulsa maka tanaman liar tidak akan tumbuh; kalau ia menanam bibit yang bagus, maka padi pasti tahan terhadap serangan hama; kalau lingkungan bersih pasti hanya ada sedikit tikus yang berkeliaran.

Lalu, misalnya, kalau ada seorang yang dikenal jahat datang ke majelis kita lalu kita sambut dengan hormat dan kita jamu. Maka besar kemungkinan orang itu akan merasa senang dan kerasan. Kalau ia kerasan, maka ia akan ikut duduk mendengarkan ilmu. Kalau ia pulang dengan perasaan puas, besar kemungkinan ia akan datang lagi, dan kalau ia datang lagi maka waktunya untuk berkumpul dengan teman-temannya yang jahat akan berkurang, kalau ia semakin sering datang; maka ia tidak akan mau lagi diasosiasikan dengan teman-temannya yang jahat; kalau ia semakin jauh dari teman-temannya maka hampir bisa dipastikan bahwa ia akan berubah menjadi baik.



Rahasia:
Dalam amar ma’ruf sudah terkandung nahy mungkar.

Mutiara Hadis:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي اْلأَمْرِ كُلِّهِ.

Artinya:
Sesungguhnya Allâh menyukai kelembutan dalam segala urusan. (Bukhârî dan Muslim)



إِنَّ الرِّفْقَ لاَيَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ اِلاَّ شَانَهُ.

Artinya:
Sesungguhnya kelembutan tidak akan melekat pada sesuatu kecuali menghiasinya, dan tidak tercabut dari sesuatu kecuali menodainya. (Muslim, Abû Dâwûd dan Ahmad)



إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ اْلأَمْرِ كُلِّهِ.

Artinya:
Sesungguhnya Allâh itu bersifat lemah lembut dan menyukai kelembutan pada semua urusan. (Bukhârî dan Muslim)



مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ.

Artinya:
Barang siapa diharamkan (tidak diberi oleh Allâh) sifat lemah lembut, maka ia diharamkan dari kebaikan. (Muslim, Abû Dâwûd, Ibnu Mâjah dan Ahmad)





Di kutip dari: Zawiya Group
B A H A G I A
Dunia-Akhirat
Oleh Husein Anis