Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengalami keadaan hati yang terus berubah-ubah: senang-susah, tawa-tangis, dihormati-dilecehkan, dipuji-dihina, dan seterusnya. Batas dari hal-hal yang menyenangkan dengan hal-hal yang menjengkelkan kita sangat tipis sehingga keadaannya hati cepat berubah-ubah.
Sebenarnya untuk mendapatkan hal-hal yang menyenangkan hati sangat mudah. Bila Anda ingin bahagia, bahagiakanlah orang lain, bila Anda ingin dihormati hormatilah orang lain, bila Anda ingin hidup senang, senangkanlah hati orang lain, dan seterusnya. Sebaliknya, Anda pun dapat dengan mudah menjalani kehidupan yang menyebalkan, yaitu dengan menyusahkan, menjengkelkan, melecehkan, atau menghina orang lain.
Frank Mihalic bercerita dalam The Millennium Stories bahwa suatu hari seorang wanita cantik berpakaian mahal mengeluh kepada psikiater, ia merasa hidupnya kosong, tak berarti.
Sang psikiater berkata, “Aku akan memanggil Mary agar ia menceritakan bagaimana ia menemukan kebahagiaan. Dengarkanlah keterangannya baik-baik!”
Ia lalu memanggil wanita tua yang biasa mengepel lantai kantor. Si wanita tua meletakkan sapunya lalu duduk di kursi dan mulai bercerita.
“Well, suamiku meninggal karena malaria, tiga bulan kemudian satu-satunya anakku mati tertabrak mobil. Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, aku juga tidak punya apa-apa. Aku tidak bisa tidur, tidak berselera makan, tidak bisa senyum kepada siapa pun. Aku bahkan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupku,” kata si wanita tua itu. “Lalu pada suatu sore, seekor anak kucing mengikutiku pulang dari kerja. Aku merasa kasihan dengan kucing kecil itu. Cuaca hari itu sangat dingin. Lalu kubiarkan ia masuk ke dalam rumah. Aku beri dia susu hangat di piring kecil. Kucing itu menjilat-jilatnya sampai piring itu bersih. Ia lalu menggeram dan menggosok-gosokkan badannya ke tubuhku. Menyaksikan ini aku tersenyum. Itu adalah senyumku yang pertama setelah berbulan-bulan. Lalu aku merenung, jika membantu kucing kecil aja bisa membuatku tersenyum, mungkin berbuat sesuatu untuk manusia bisa membuatku bahagia. Lalu keesokan harinya, aku membikin kue dan membawanya ke tetanggaku yang lagi sakit. Lalu setiap harinya aku berbuat baik kepada siapa saja. Melihat mereka senang aku pun menjadi bahagia. Sekarang, aku tak tahu apakah ada orang yang tidur dan makan seenak aku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan membuat orang lain bahagia.” Demikian akhir cerita Frank Mihalic.
Orang yang sedang dirundung kesedihan hendaknya menyibukkan diri dalam berbagai kegiatan positif: misalnya kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya seperti berbagai macam kegiatan ibadah, kesenian, rekreasi dll. Olah raga akan membuat tubuh memproduksi endorphin (sejenis morphin) yang dapat membuat perasaaan menjadi lebih tenang dan tentram. Dia juga sebaiknya menyibukkan diri dalam kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain, yaitu berbagai kegiatan sosial, seperti menjenguk orang sakit, menolong orang yang memerlukan, menghibur orang yang terkena musibah, dll.
Mengurung diri di kamar, termenung, berpangku tangan, memikirkan musibah yang barusan terjadi akan membuat kita terpuruk lebih dalam ke jurang kesedihan. Kesedihan yang berlarut-larut akan membuat seseorang mudah terserang penyakit jantung, darah tinggi, ganguan pencernaan, diabetes, stroke, dll.
Menyendiri dan merenung hanya dibolehkan bila dimaksudkan untuk:
·Menenangkan hati; meredakan emosi.
·Menjaga jarak dari mereka yang mendengki, sebab pertemuan dengan mereka hanya akan mengeruhkan hati, menimbulkan niat-niat jahat.
·Menjaga diri agar tidak melihat pemandangan yang membangkitkan kenangan pahit.
·Memberi kesempatan kepada diri untuk merenung dan melakukan introspeksi.
·Menghimpun semangat hidup untuk bangkit kembali.
·Menempatkan diri di tengah orang-orang yang mencintai, misalnya: istri, anak dan sahabat karib.
·Dll.
Mutiara Quran:
أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ.
“Ingat, dengan dzikir kepada Allah hati akan menjadi tenang.” (QS 13:28)
Mutiara Hadis:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنَاً فِي سِرْبِهِ، مُعَافىً فِيْ جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا
.
Barang siapa dari kalian berpagi hari dalam keadaan tentram di rumahnya, sehat badannya, memiliki makanan untuk hari itu, maka ia seperti memiliki dunia dengan segenap isinya. (Tirmidzî dan Ibnu Mâjah)
Kata-Kata Bijak:
Meski sedih merusak kebahagiaanmu
Sungguh ia lagi menyiapkan kebahagian baru
Sedih menyapu seantero rumah
Mengosongkannya dari segala sesuatu
Lalu dari Sumber Kebaikan
Muncullah kebahagiaan baru
Sedih memburu
Mengusir dedaunan layu di kalbu
Sehingga daun-daun muda nan hijau dapat tumbuh
Sedih mencabut seakarnya kebahagiaan lama
Kebahagiaan baru pun muncul dari bawahnya
(Jalaluddin Rumi: Breathing Truth)
Di kutip dari:
B A H A G I A
Dunia-Akhirat
Oleh Husein Anis
Welcome to Syarif Blog, This blog tells what is in my head when I was writing, read or imagined anything as well as providing information, which is hopefully useful things for myself and for the public..
Dec 18, 2008
Dec 17, 2008
Seruan Allah SWT Di Sepertiga Malam Terakhir
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw :
“Tuhan kita Yang Maha Luhur dan Maha Agung turun setiap malam kepada langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, seraya menyeru : Adakah yang menyeru Ku maka Aku akan menjawab untuknya, adakah yang memohon pada Ku maka Aku akan memberinya, adakah yang beristighfar pada Ku maka akan Kuampuni untuknya” (Shahih Bukhari)
Image Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Menguasai Cahaya Keindahan, Cahaya Kasih Sayang bagi segenap hamba Nya. Nurrahman (Cahaya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Disebut Cahaya karena selalu menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yang menuntun dan membimbing hamba hamba Nya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan yang kekal. Dialah Allah Swt, Cahaya Kasih Sayang terbesar dari semua yang memiliki sifat kasih sayang. Oleh sebab itu Sang Nabi saw selalu berdoa dengan mengakhiri doanya (Nabi Saw) Ya Arhamar Rohiimin (Wahai Yang Maha Berkasih Sayang melebihi semua yang mempunyai sifat kasih sayang) Dialah Allah Swt.
Hadirin hadirat, jika kau renungkan tiadalah satu ucapan huruf bisa kita sebutkan terkecuali itu datang dari kasih sayang Allah. Tiadalah kita bisa melihat, mendengar, bergerak dan hidup diatas bumi ini yang milik Allah terkecuali dari Kasih Sayang Illahi. Pengingkaran, kekufuran dan dosa dosa terus mengalir tetapi Dia (Allah Swt) Maha Bersabar siang dan malam.
Sebagaimana kita dengar munajat yang tadi dibaca dan dilantunkan dari Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad. Ya Illahi wa Maliki anta ta’lam kaifa haliy (Wahai penciptaku, yang memiliki diriku, Kau Maha Tahu akan keadaanku), Wa bima qad halla qalby min humumi wasytighaliy (dari apa yang mengguncang jiwaku dari kegundahan dan dari kealpaan dan dari hal hal yang lainnya, Kau Yang Maha Tahu Wahai Yang Memiliki diriku, Sang Pemilik dari setiap yang hidup, Dialah Allah Swt. Sang Penguasa bagi mereka yang ada di bentangan alam semesta adalah Allah Jalla wa Alla, Maha Sempurna dan Maha Abadi.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Setiap gerak gerik kenikmatan yang kita lakukan sampai setiap nafas kita, inilah ciri Kasih Sayang Allah kepada kita yang tidak akan diberikan dan tidak mampu diberikan oleh makhluk satu sama lainnya terkecuali Allah Sang Maha Pencipta.
Hadirin hadirat, beruntung jiwa yang mengingat Allah, beruntung bibir yang menyebut Nama Allah, beruntung alam pemikiran yang memikirkan keagungan Ilahi.
Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi Saw bersabda menceritakan firman Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi tsulutsullailil akhir…” (Allah itu turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam terakhir).
Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab orang yang mengatakan bahwa Allah Swt itu ada di satu tempat atau ada di Arsy. Karena apa? kalau Allah itu sepertiga malam turun ke langit yang paling dekat dengan bumi, kita mengetahui bahwa sepertiga malam terakhir itu tidak pergi dari bumi tapi terus kearah Barat. Disini sebentar lagi masuk waktu sepertiga malam terakhir misalnya, Lalu sepertiga malam terakhir itu akan terus bergulir ke Barat, berarti Allah terus berada di langit yang paling dekat dengan bumi. Tentunya rancu pemahaman mereka.
Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih Sayang Allah. Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah laysa kamitslihi syai’un” (QS Assyura 11) (Allah tidak sama dengan segala sesuatu).
Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir maksudnya Allah membukakan kesempatan terbesar bagi hamba hamba Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih dinihari.., kalau malam dibagi 3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan bertahajjud.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan kekasihnya. Allah menanti para kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti hamba hamba yang merindukan Nya, yang mau memisahkan ranjangnya dan tidurnya demi sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbankan waktu istirahatnya beberapa menit untuk menjadikan bukti cinta dan rindunya kepada Allah.
Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi tadi) “Man yad u’niy fa astajibalahu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan menjawab seruannya). Apa maksudnya kalimat ini? maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah sangat….,. sangat… ingin mengabulkannya untukmu. “Man yasaluniy fa u’thiyahu” (barangsiapa diantara kalian adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaannya). Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah dijanjikan oleh Allah ijabah (terkabul). Kalau seandainya tidak dikabulkan oleh Allah berarti pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man yastaghfiruniy fa aghfira lahu” (dan siapa yang beristighfar mohon pengampunan pada Ku disaat itu, akan Kuampuni untuknya). Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat, disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam keadaan berdoa.
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “manusia yang paling khusyu’ (Sayyidina Muhammad Saw) didalam tahajjudnya beliau berdoa “Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh, Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh, Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh””.
“Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah Cahaya langit dan bumi, yang Maha Menerangi langit dan bumi dengan kehidupan, kesempurnaan dan kemegahannya). Cahaya langit dan bumi, Dialah Allah. “Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah yang Membangun langit dan bumi). “Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh” (dan untuk Mu puji – pujian, Engkaulah yang Memelihara langit dan bumi). Jika kita dalami ini sangat indah makna kalimat ini “Memelihara langit dan bumi”. Setiap sel yang merangkai manusia, merangkai hewan, merangkai tumbuhan, merangkai bentuk seluruh sel itu mempunyai kehidupan dan membutuhkan nafkah,makanan dan minumannya dan oksigennya dan kehidupannya dan pengaturannya. Siapa yang memeliharanya? Allah Swt.
“Rabbussamawati wal ardh” (Yang Memelihara langit dan bumi) Yang Mengatur matahari terbit dan terbenam, Yang Mengatur turunnya hujan dan tidak ada manusia yang mampu mengurangi setetes air hujan yang akan turun ke permukaan bumi. Allah jadikan hujan itu rahmat turun di permukaan bumi, Allah jadikan penghapusan dosa bagi mereka yang terkena musibah sebab hujan, Allah jadikan juga hujan itu “sa’atulijabah” (waktu yang diijabah) sebagaimana sabda Sang Nabi saw “indahu…” (disaat turun hujan itu doa doa dikabulkan oleh Allah), maka berdoalah. Banyak turun hujan, banyak doa dikabulkan. Lalu bagaimana dengan datangnya musibah?, Belasan hadits riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa “seluruh musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapusan dosa baginya”. Jadi musibah itu penghapusan dosa tanpa istighfar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya Sang Nabi saw melewati malam malam dan tentunya bukan hanya beliau tapi diteruskan oleh umat tha’ifah ba’da thaifah, (kelompok demi kelompok), generasi demi generasi sampai kita mengingat bagaimana Al Imam Assajjad Ali Zainal Abidin Ibn Husein Ibn Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhum wa karamallahu wajhah. Ketika Al Imam Thawus datang ke Masjidil Haram di sepertiga malam terakhir, mau sholat di dekat Hijr Ismail, dilihat sudah ada orang sholat disitu. Siapa yang sholat tengah malam begini? ruku’, sujud, ruku’, sujud tidak habis habisnya. Ternyata setelah ia perhatikan Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Dikenal Assajjad karena ia sujud setiap malamnya sebanyak 1000X sujud, terkenal dengan sholat malam sebanyak 500 rakaat. Oleh sebab itu dikenal dengan “Assajjad” (orang yang banyak bersujud). Imam Thawus lihat terus Imam Ali Zainal Abidin. Selesai dari sholat sunnah yang demikian dahsyat dan hebatnya, ia bermunajat. Imam Thawus mendengar munajat yang lirih dari doa Al Imam Ali Zainal Abidin, ia tajamkan pendengarannya. Apa sih yang diucapkan imam ini? Imam Ali Zainal Abidin bermunajat “Abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik,” (hamba ini berada di hadapan Mu Wahai Allah, si miskin dihadapan Mu, si fakir berada di hadapan Mu, si pengemis berada di hadapan Mu). Mengemis kepada Allah, miskin di hadapan Allah, Maha Membutuhkan Anugerah dari Allah. Demikian indahnya doa Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Imam Thawus mendengar, ia terus mengulang ulang doa itu. Terus diulang oleh Imam Ali Zainal Abidin. Imam Thawus berkata “tidaklah aku setelah itu, mau berdoa dengan doa apa saja kalau diawali dengan doa Imam Ali Zainal Abidin pasti Allah kabulkan doaku”. Demikian indahnya doa dari jiwa yang suci.
Putra beliau Al Imam Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad ketika putranya yaitu Sayyidina Imam Ja’far AshShodiq semasa kecilnya mendengar Ayahnya kalau di sepertiga malam terakhir melakukan sholat yang sedemikian panjang dan lama. Imam Muhammad Al Baqir berdiri bagaikan patung lamanya tidak bergerak di dalam sholatnya, terus di dalam lantunan firman firman Allah dan di dalam tasbih, ruku’ dan sujud. Sedemikian lamanya sampai seakan akan patung karena lamanya tidak bergerak dari panjangnya menikmati bacaan sholat malamnya. Selesai sholat ia pun berdoa dengan doa yang dihafal oleh anaknya ini “Amartaniy falam a’tamir, wa nahaytaniy falam anzajir, haa ana abduka bayna yadayk, mudznibun mukhthi’un, falaa a’tadzir”. Alangkah indahnya doa ini. “Kau beri aku perintah wahai Allah tapi banyak yang tidak kulakukan”. Siapa yang bicara? Imam Muhammad Al Baqir (putra Imam Ali Zainal Abidin, putra Sayyidina Husein, putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra, cucunya Rasulullah Saw). Disebut Al Baqir karena ia orang yang sangat luas ilmunya. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah mengambil sanad dari Imam Muhammad Al Baqir. Demikian hadirin hadirat, ia berkata “banyak perintah yang Kau berikan padaku wahai Allah dan aku tidak melakukannya dan aku tidak taat. Banyak hal yang sudah Kau larang tapi masih juga ada yang kulanggar larangan Mu, inilah aku sekarang di hadapan Mu Wahai Allah, banyak dosa, banyak salah, dan aku mengaku banyak dosa dosa dan aku tidak mengelak dari dosa dosaku. Memang aku seorang pendosa”. Demikian hebatnya khusyu’ Al Imam Muhammad Al Baqir ibn Ali Zainal Abidin Ibn Husein radiyallahu anhum.
Putranya pun demikian Imam Ja’far Ashshodiq alaiha rahmatullah, beliau itu kalau sudah berdoa tidak mau putus dari munajatnya sampai nafasnya sendiri yang kehabisan nafas. Beliau pun juga memanggil Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..sampai habis nafasnya baru berhenti. Lalu diganti Nama Allah dengan yang lainnya Ya Rahman..Ya Rahman..demikian malam malam mereka.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kenapa mereka terus bertahan menikmati saat saat itu karena mereka merasakan kenikmatan besar. Karena Allah memberi keledzatan bagi mereka yang mau menjumpai Kasih Sayang Allah disaat itu.
Hadirin hadirat, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Ana ‘inda dhonni ‘abdihii” (Aku bersama persangkaan hamba Ku). Maksudnya apa? jika hamba Ku ingin dekat pada Ku, Aku lebih ingin dekat padanya, jika hamba Ku ingin pengampunan Ku maka Aku lebih ingin melimpahkan pengampunan untuknya. “Wa ana ma’ahu idza dzakaranii” (Aku bersama hamba Ku jika hamba Ku mengingat Ku, kata Allah). Demikian dekatnya Rabbul Alamin kepada hamba hamba Nya yang mungkin banyak berbuat dosa, memang Dialah (Allah Swt) Yang Maha Dekat dari semua yang dekat.
Tadi kita dengar munajat Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad seraya berkata “Ya Qariban ya mujiban ya a’liman ya sami’an” (Wahai Yang Maha Dekat, Wahai Yang Maha Menjawab, Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar). Allah Swt menjawab bukan dengan suara tapi menjawab dengan takdir Nya yang indah. Seseorang bermunajat dan berdoa kepada Allah, tidak mendengar jawaban Allah. Tentunya jawaban Allah lebih agung dari sekedar suara. Jawaban dari Allah bagi mereka yang berdoa adalah rahmat Nya yang jauh lebih luhur daripada sekedar suara.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, “Ya ‘aliiman ya samii’an” (Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar).
Kembali ke hadits qudsi tadi “ketika hamba Ku mengingat Ku didalam dirinya maka Aku mengingat hamba Ku didalam diri Ku, ketika hamba Ku mengingat Ku di tempat yang ramai, Aku mengingat hamba Ku dihadapan para malaikatul muqorrobin”. “wa in taqarraba ilayya bi syibrin taqarrabtu ilaihi dzira’aa” (ketika hamba Ku mendekat pada Ku satu jengkal, Aku dekat padanya satu hasta), “wa in taqarraba ilayya dziraa’an taqarrabtu ilaihi baa’aa” (jika hamba Ku mendekat pada Ku satu hasta, Aku mendekat padanya satu depa), “wa in ataani yamsyii ataytuhu harwalah” (jika ia datang dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas, kata Allah). Apa maksudnya? kembali seperti yang tadi, bukan Allah itu berjalan mendekat dan lain sebagainya. Maksudnya setiap keinginanmu yang ingin dekat dengan Allah, Allah menjawabnya lebih dekat dari apa yang kau inginkan. Ketika kau mencintai dan merindukan Allah, Allah lebih mencintai dan merindukanmu. Jika ia datang pada Ku dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas. Apa maknanya? Jika kau ingin dekat dengan Allah, ingin dicintai Allah, ingin rindu kepada Allah, Allah menjawabnya dengan bersemangat dan lebih dari keinginanmu. Demikianlah Yang Maha Indah yang selalu indah hamba hamba Nya yang memahami keindahan Ilahi dengan keindahan dunia dan akhirat.
Seraya berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Aku siapkan untuk hamba hamba Ku yang shalih apa apa yang belum pernah dilihat mata, apa yang belum pernah didengar telinga dan apa yang belum pernah terlintas didalam benak semua alam pemikiran”. Apa maksudnya Allah menyampaikan ini? Maksudnya Allah mengundang kita untuk masuk ke dalam kelompok shalihin. Ini disiapkan untuk hamba Ku yang shalih. Allah sebutkan demikian agar bangkit keinginan hamba Nya untuk ingin bersama orang orang yang shalih pun jika kita tidak mampu mencapai derajat para shalihin paling tidak selalu mencintai para shalihin dan beruntunglah mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad Saw wa barak ‘alaih.
Orang yang paling mencintai Allah, Nabiyyuna Muhammad Saw. Rahmatan Lil Alamin, Muhammad Rasulullah. Orang yang paling tidak tega melihat umatnya padahal beliau paling benci dengan dosa. Kalau diseluruh dunia ini manusia benci dengan dosa, yang paling benci dengan dosa adalah Nabi Muhammad Saw. Paling benci dengan maksiat tapi beliau juga yang paling perduli kepada para pendosa. Tidak ada yang lebih perduli terhadap para pendosa dari manusia melebihi Nabiyyuna Muhammad Saw.
Ketika umatnya berdatangan dan mereka dihalau dari Sang Nabi Saw, seraya berkata “kenapa mereka dihalau?”, “ya Rasulullah mereka berubah, berbuat dosa setelah kau wafat”. Maka Rasul saw berkata “biarkan mereka pergi.., kemanapun mereka mau pergi, silahkan!! Celaka orang yang berubah setelah aku wafat”.
Maka umatnya mencari syafa’at kepada Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan semua Nabi menolak. Kembali lagi kepada Nabi Muhammad saw dan beliau tidak tega. Tadi beliau sudah mengusir tapi ketika mereka kembali karena tertolak oleh semua orang, muncul sifat tidak tega beliau. Beliau berkata Ana Lahaa (akulah yg akan membantu masalah kalian) ini para pendosa, tidak ada lagi yang mau membela di hadapan Allah, tidak ayahnya, tidak ibunya, tidak kekasihnya, tidak keluarganya”. Siapa berani membela pendosa? bayarannya adalah api neraka. Maka Beliau saw pun datang Kehadirat Allah dan bersujud “wahai Allah umatku..umatku..”, Allah berikan syafa’at bagimu wahai Muhammad, beri syafa’at orang yang akan kau beri syafa’at.
(…………………hb munzir terdiam sesaat dan mengalirkan airmata dan kehilangan kata kata………)
Hadirin hadirat saya tidak perlu berpanjang lebar atas kasih sayang Nabi Muhammad Saw terhadap kita. Renungkan betapa indahnya idola kita, budi pekertinya dan beliau itu ciptaan Allah yang terindah.
Kita bermunajat kepada Allah Swt Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan cahaya kebahagiaan dan cahaya khusyu’, Rabbiy terangi jiwa kami dengan cahaya Nama Mu Yang Maha Luhur, pastikan semua wajah kami yang hadir akan melihat keindahan Dzat Mu di yaumal qiyamah, pastikan seluruh wajah kami yang hadir tidak akan melihat api neraka selama lamanya, pastikan kami semua yang hadir dalam husnul khatimah, pastikan semua yang hadir Kau limpahkan kesuksesan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Wahai Yang Maha Membagi bagikan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, limpahkan atas semua kami yang hadir kebahagiaan yang milik Mu tanpa batas dunia dan akhirat.
Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram tidak lupa kami berdoa agar Kau hentikan dan Kau cukupkan musibah yang terus turun daripada hujan yang terus mendera muslimin. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram kami mengadukan keadaan kami Wahai Yang Memiliki Kami, Wahai Yang Memiliki Bumi dan Langit, Wahai Yang Memiliki panca indera kami, Wahai Yang Mengetahui dimana kami akan pulang dan kami akan berpisah selain Mu, berpisah dengan semua kekasih, berpisah dengan semua teman, berpisah dengan semua harta dan jabatan. Tinggallah Engkau Yang Maha Tunggal.
Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dikutip dari: Ceramah Habib Munzir Al Musawa dari Website Majelis Rasullulah
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw :
“Tuhan kita Yang Maha Luhur dan Maha Agung turun setiap malam kepada langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, seraya menyeru : Adakah yang menyeru Ku maka Aku akan menjawab untuknya, adakah yang memohon pada Ku maka Aku akan memberinya, adakah yang beristighfar pada Ku maka akan Kuampuni untuknya” (Shahih Bukhari)
Image Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Menguasai Cahaya Keindahan, Cahaya Kasih Sayang bagi segenap hamba Nya. Nurrahman (Cahaya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Disebut Cahaya karena selalu menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yang menuntun dan membimbing hamba hamba Nya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan yang kekal. Dialah Allah Swt, Cahaya Kasih Sayang terbesar dari semua yang memiliki sifat kasih sayang. Oleh sebab itu Sang Nabi saw selalu berdoa dengan mengakhiri doanya (Nabi Saw) Ya Arhamar Rohiimin (Wahai Yang Maha Berkasih Sayang melebihi semua yang mempunyai sifat kasih sayang) Dialah Allah Swt.
Hadirin hadirat, jika kau renungkan tiadalah satu ucapan huruf bisa kita sebutkan terkecuali itu datang dari kasih sayang Allah. Tiadalah kita bisa melihat, mendengar, bergerak dan hidup diatas bumi ini yang milik Allah terkecuali dari Kasih Sayang Illahi. Pengingkaran, kekufuran dan dosa dosa terus mengalir tetapi Dia (Allah Swt) Maha Bersabar siang dan malam.
Sebagaimana kita dengar munajat yang tadi dibaca dan dilantunkan dari Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad. Ya Illahi wa Maliki anta ta’lam kaifa haliy (Wahai penciptaku, yang memiliki diriku, Kau Maha Tahu akan keadaanku), Wa bima qad halla qalby min humumi wasytighaliy (dari apa yang mengguncang jiwaku dari kegundahan dan dari kealpaan dan dari hal hal yang lainnya, Kau Yang Maha Tahu Wahai Yang Memiliki diriku, Sang Pemilik dari setiap yang hidup, Dialah Allah Swt. Sang Penguasa bagi mereka yang ada di bentangan alam semesta adalah Allah Jalla wa Alla, Maha Sempurna dan Maha Abadi.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Setiap gerak gerik kenikmatan yang kita lakukan sampai setiap nafas kita, inilah ciri Kasih Sayang Allah kepada kita yang tidak akan diberikan dan tidak mampu diberikan oleh makhluk satu sama lainnya terkecuali Allah Sang Maha Pencipta.
Hadirin hadirat, beruntung jiwa yang mengingat Allah, beruntung bibir yang menyebut Nama Allah, beruntung alam pemikiran yang memikirkan keagungan Ilahi.
Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi Saw bersabda menceritakan firman Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi tsulutsullailil akhir…” (Allah itu turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam terakhir).
Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab orang yang mengatakan bahwa Allah Swt itu ada di satu tempat atau ada di Arsy. Karena apa? kalau Allah itu sepertiga malam turun ke langit yang paling dekat dengan bumi, kita mengetahui bahwa sepertiga malam terakhir itu tidak pergi dari bumi tapi terus kearah Barat. Disini sebentar lagi masuk waktu sepertiga malam terakhir misalnya, Lalu sepertiga malam terakhir itu akan terus bergulir ke Barat, berarti Allah terus berada di langit yang paling dekat dengan bumi. Tentunya rancu pemahaman mereka.
Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih Sayang Allah. Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah laysa kamitslihi syai’un” (QS Assyura 11) (Allah tidak sama dengan segala sesuatu).
Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir maksudnya Allah membukakan kesempatan terbesar bagi hamba hamba Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih dinihari.., kalau malam dibagi 3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan bertahajjud.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan kekasihnya. Allah menanti para kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti hamba hamba yang merindukan Nya, yang mau memisahkan ranjangnya dan tidurnya demi sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbankan waktu istirahatnya beberapa menit untuk menjadikan bukti cinta dan rindunya kepada Allah.
Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi tadi) “Man yad u’niy fa astajibalahu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan menjawab seruannya). Apa maksudnya kalimat ini? maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah sangat….,. sangat… ingin mengabulkannya untukmu. “Man yasaluniy fa u’thiyahu” (barangsiapa diantara kalian adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaannya). Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah dijanjikan oleh Allah ijabah (terkabul). Kalau seandainya tidak dikabulkan oleh Allah berarti pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man yastaghfiruniy fa aghfira lahu” (dan siapa yang beristighfar mohon pengampunan pada Ku disaat itu, akan Kuampuni untuknya). Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat, disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam keadaan berdoa.
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “manusia yang paling khusyu’ (Sayyidina Muhammad Saw) didalam tahajjudnya beliau berdoa “Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh, Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh, Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh””.
“Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah Cahaya langit dan bumi, yang Maha Menerangi langit dan bumi dengan kehidupan, kesempurnaan dan kemegahannya). Cahaya langit dan bumi, Dialah Allah. “Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah yang Membangun langit dan bumi). “Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh” (dan untuk Mu puji – pujian, Engkaulah yang Memelihara langit dan bumi). Jika kita dalami ini sangat indah makna kalimat ini “Memelihara langit dan bumi”. Setiap sel yang merangkai manusia, merangkai hewan, merangkai tumbuhan, merangkai bentuk seluruh sel itu mempunyai kehidupan dan membutuhkan nafkah,makanan dan minumannya dan oksigennya dan kehidupannya dan pengaturannya. Siapa yang memeliharanya? Allah Swt.
“Rabbussamawati wal ardh” (Yang Memelihara langit dan bumi) Yang Mengatur matahari terbit dan terbenam, Yang Mengatur turunnya hujan dan tidak ada manusia yang mampu mengurangi setetes air hujan yang akan turun ke permukaan bumi. Allah jadikan hujan itu rahmat turun di permukaan bumi, Allah jadikan penghapusan dosa bagi mereka yang terkena musibah sebab hujan, Allah jadikan juga hujan itu “sa’atulijabah” (waktu yang diijabah) sebagaimana sabda Sang Nabi saw “indahu…” (disaat turun hujan itu doa doa dikabulkan oleh Allah), maka berdoalah. Banyak turun hujan, banyak doa dikabulkan. Lalu bagaimana dengan datangnya musibah?, Belasan hadits riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa “seluruh musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapusan dosa baginya”. Jadi musibah itu penghapusan dosa tanpa istighfar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya Sang Nabi saw melewati malam malam dan tentunya bukan hanya beliau tapi diteruskan oleh umat tha’ifah ba’da thaifah, (kelompok demi kelompok), generasi demi generasi sampai kita mengingat bagaimana Al Imam Assajjad Ali Zainal Abidin Ibn Husein Ibn Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhum wa karamallahu wajhah. Ketika Al Imam Thawus datang ke Masjidil Haram di sepertiga malam terakhir, mau sholat di dekat Hijr Ismail, dilihat sudah ada orang sholat disitu. Siapa yang sholat tengah malam begini? ruku’, sujud, ruku’, sujud tidak habis habisnya. Ternyata setelah ia perhatikan Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Dikenal Assajjad karena ia sujud setiap malamnya sebanyak 1000X sujud, terkenal dengan sholat malam sebanyak 500 rakaat. Oleh sebab itu dikenal dengan “Assajjad” (orang yang banyak bersujud). Imam Thawus lihat terus Imam Ali Zainal Abidin. Selesai dari sholat sunnah yang demikian dahsyat dan hebatnya, ia bermunajat. Imam Thawus mendengar munajat yang lirih dari doa Al Imam Ali Zainal Abidin, ia tajamkan pendengarannya. Apa sih yang diucapkan imam ini? Imam Ali Zainal Abidin bermunajat “Abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik,” (hamba ini berada di hadapan Mu Wahai Allah, si miskin dihadapan Mu, si fakir berada di hadapan Mu, si pengemis berada di hadapan Mu). Mengemis kepada Allah, miskin di hadapan Allah, Maha Membutuhkan Anugerah dari Allah. Demikian indahnya doa Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Imam Thawus mendengar, ia terus mengulang ulang doa itu. Terus diulang oleh Imam Ali Zainal Abidin. Imam Thawus berkata “tidaklah aku setelah itu, mau berdoa dengan doa apa saja kalau diawali dengan doa Imam Ali Zainal Abidin pasti Allah kabulkan doaku”. Demikian indahnya doa dari jiwa yang suci.
Putra beliau Al Imam Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad ketika putranya yaitu Sayyidina Imam Ja’far AshShodiq semasa kecilnya mendengar Ayahnya kalau di sepertiga malam terakhir melakukan sholat yang sedemikian panjang dan lama. Imam Muhammad Al Baqir berdiri bagaikan patung lamanya tidak bergerak di dalam sholatnya, terus di dalam lantunan firman firman Allah dan di dalam tasbih, ruku’ dan sujud. Sedemikian lamanya sampai seakan akan patung karena lamanya tidak bergerak dari panjangnya menikmati bacaan sholat malamnya. Selesai sholat ia pun berdoa dengan doa yang dihafal oleh anaknya ini “Amartaniy falam a’tamir, wa nahaytaniy falam anzajir, haa ana abduka bayna yadayk, mudznibun mukhthi’un, falaa a’tadzir”. Alangkah indahnya doa ini. “Kau beri aku perintah wahai Allah tapi banyak yang tidak kulakukan”. Siapa yang bicara? Imam Muhammad Al Baqir (putra Imam Ali Zainal Abidin, putra Sayyidina Husein, putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra, cucunya Rasulullah Saw). Disebut Al Baqir karena ia orang yang sangat luas ilmunya. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah mengambil sanad dari Imam Muhammad Al Baqir. Demikian hadirin hadirat, ia berkata “banyak perintah yang Kau berikan padaku wahai Allah dan aku tidak melakukannya dan aku tidak taat. Banyak hal yang sudah Kau larang tapi masih juga ada yang kulanggar larangan Mu, inilah aku sekarang di hadapan Mu Wahai Allah, banyak dosa, banyak salah, dan aku mengaku banyak dosa dosa dan aku tidak mengelak dari dosa dosaku. Memang aku seorang pendosa”. Demikian hebatnya khusyu’ Al Imam Muhammad Al Baqir ibn Ali Zainal Abidin Ibn Husein radiyallahu anhum.
Putranya pun demikian Imam Ja’far Ashshodiq alaiha rahmatullah, beliau itu kalau sudah berdoa tidak mau putus dari munajatnya sampai nafasnya sendiri yang kehabisan nafas. Beliau pun juga memanggil Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..sampai habis nafasnya baru berhenti. Lalu diganti Nama Allah dengan yang lainnya Ya Rahman..Ya Rahman..demikian malam malam mereka.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kenapa mereka terus bertahan menikmati saat saat itu karena mereka merasakan kenikmatan besar. Karena Allah memberi keledzatan bagi mereka yang mau menjumpai Kasih Sayang Allah disaat itu.
Hadirin hadirat, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Ana ‘inda dhonni ‘abdihii” (Aku bersama persangkaan hamba Ku). Maksudnya apa? jika hamba Ku ingin dekat pada Ku, Aku lebih ingin dekat padanya, jika hamba Ku ingin pengampunan Ku maka Aku lebih ingin melimpahkan pengampunan untuknya. “Wa ana ma’ahu idza dzakaranii” (Aku bersama hamba Ku jika hamba Ku mengingat Ku, kata Allah). Demikian dekatnya Rabbul Alamin kepada hamba hamba Nya yang mungkin banyak berbuat dosa, memang Dialah (Allah Swt) Yang Maha Dekat dari semua yang dekat.
Tadi kita dengar munajat Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad seraya berkata “Ya Qariban ya mujiban ya a’liman ya sami’an” (Wahai Yang Maha Dekat, Wahai Yang Maha Menjawab, Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar). Allah Swt menjawab bukan dengan suara tapi menjawab dengan takdir Nya yang indah. Seseorang bermunajat dan berdoa kepada Allah, tidak mendengar jawaban Allah. Tentunya jawaban Allah lebih agung dari sekedar suara. Jawaban dari Allah bagi mereka yang berdoa adalah rahmat Nya yang jauh lebih luhur daripada sekedar suara.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, “Ya ‘aliiman ya samii’an” (Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar).
Kembali ke hadits qudsi tadi “ketika hamba Ku mengingat Ku didalam dirinya maka Aku mengingat hamba Ku didalam diri Ku, ketika hamba Ku mengingat Ku di tempat yang ramai, Aku mengingat hamba Ku dihadapan para malaikatul muqorrobin”. “wa in taqarraba ilayya bi syibrin taqarrabtu ilaihi dzira’aa” (ketika hamba Ku mendekat pada Ku satu jengkal, Aku dekat padanya satu hasta), “wa in taqarraba ilayya dziraa’an taqarrabtu ilaihi baa’aa” (jika hamba Ku mendekat pada Ku satu hasta, Aku mendekat padanya satu depa), “wa in ataani yamsyii ataytuhu harwalah” (jika ia datang dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas, kata Allah). Apa maksudnya? kembali seperti yang tadi, bukan Allah itu berjalan mendekat dan lain sebagainya. Maksudnya setiap keinginanmu yang ingin dekat dengan Allah, Allah menjawabnya lebih dekat dari apa yang kau inginkan. Ketika kau mencintai dan merindukan Allah, Allah lebih mencintai dan merindukanmu. Jika ia datang pada Ku dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas. Apa maknanya? Jika kau ingin dekat dengan Allah, ingin dicintai Allah, ingin rindu kepada Allah, Allah menjawabnya dengan bersemangat dan lebih dari keinginanmu. Demikianlah Yang Maha Indah yang selalu indah hamba hamba Nya yang memahami keindahan Ilahi dengan keindahan dunia dan akhirat.
Seraya berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Aku siapkan untuk hamba hamba Ku yang shalih apa apa yang belum pernah dilihat mata, apa yang belum pernah didengar telinga dan apa yang belum pernah terlintas didalam benak semua alam pemikiran”. Apa maksudnya Allah menyampaikan ini? Maksudnya Allah mengundang kita untuk masuk ke dalam kelompok shalihin. Ini disiapkan untuk hamba Ku yang shalih. Allah sebutkan demikian agar bangkit keinginan hamba Nya untuk ingin bersama orang orang yang shalih pun jika kita tidak mampu mencapai derajat para shalihin paling tidak selalu mencintai para shalihin dan beruntunglah mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad Saw wa barak ‘alaih.
Orang yang paling mencintai Allah, Nabiyyuna Muhammad Saw. Rahmatan Lil Alamin, Muhammad Rasulullah. Orang yang paling tidak tega melihat umatnya padahal beliau paling benci dengan dosa. Kalau diseluruh dunia ini manusia benci dengan dosa, yang paling benci dengan dosa adalah Nabi Muhammad Saw. Paling benci dengan maksiat tapi beliau juga yang paling perduli kepada para pendosa. Tidak ada yang lebih perduli terhadap para pendosa dari manusia melebihi Nabiyyuna Muhammad Saw.
Ketika umatnya berdatangan dan mereka dihalau dari Sang Nabi Saw, seraya berkata “kenapa mereka dihalau?”, “ya Rasulullah mereka berubah, berbuat dosa setelah kau wafat”. Maka Rasul saw berkata “biarkan mereka pergi.., kemanapun mereka mau pergi, silahkan!! Celaka orang yang berubah setelah aku wafat”.
Maka umatnya mencari syafa’at kepada Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan semua Nabi menolak. Kembali lagi kepada Nabi Muhammad saw dan beliau tidak tega. Tadi beliau sudah mengusir tapi ketika mereka kembali karena tertolak oleh semua orang, muncul sifat tidak tega beliau. Beliau berkata Ana Lahaa (akulah yg akan membantu masalah kalian) ini para pendosa, tidak ada lagi yang mau membela di hadapan Allah, tidak ayahnya, tidak ibunya, tidak kekasihnya, tidak keluarganya”. Siapa berani membela pendosa? bayarannya adalah api neraka. Maka Beliau saw pun datang Kehadirat Allah dan bersujud “wahai Allah umatku..umatku..”, Allah berikan syafa’at bagimu wahai Muhammad, beri syafa’at orang yang akan kau beri syafa’at.
(…………………hb munzir terdiam sesaat dan mengalirkan airmata dan kehilangan kata kata………)
Hadirin hadirat saya tidak perlu berpanjang lebar atas kasih sayang Nabi Muhammad Saw terhadap kita. Renungkan betapa indahnya idola kita, budi pekertinya dan beliau itu ciptaan Allah yang terindah.
Kita bermunajat kepada Allah Swt Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan cahaya kebahagiaan dan cahaya khusyu’, Rabbiy terangi jiwa kami dengan cahaya Nama Mu Yang Maha Luhur, pastikan semua wajah kami yang hadir akan melihat keindahan Dzat Mu di yaumal qiyamah, pastikan seluruh wajah kami yang hadir tidak akan melihat api neraka selama lamanya, pastikan kami semua yang hadir dalam husnul khatimah, pastikan semua yang hadir Kau limpahkan kesuksesan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Wahai Yang Maha Membagi bagikan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, limpahkan atas semua kami yang hadir kebahagiaan yang milik Mu tanpa batas dunia dan akhirat.
Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram tidak lupa kami berdoa agar Kau hentikan dan Kau cukupkan musibah yang terus turun daripada hujan yang terus mendera muslimin. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram kami mengadukan keadaan kami Wahai Yang Memiliki Kami, Wahai Yang Memiliki Bumi dan Langit, Wahai Yang Memiliki panca indera kami, Wahai Yang Mengetahui dimana kami akan pulang dan kami akan berpisah selain Mu, berpisah dengan semua kekasih, berpisah dengan semua teman, berpisah dengan semua harta dan jabatan. Tinggallah Engkau Yang Maha Tunggal.
Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dikutip dari: Ceramah Habib Munzir Al Musawa dari Website Majelis Rasullulah
Dec 16, 2008
Seorang Muslim Yang Baik
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw :
“Seorang lelaki bertanya pada Rasul saw mengenai Islam yang baik? (muslim yang baik), sabda Rasulullah saw : “Kau membagikan makanan, dan mengucap salam pada yang kau kenal dan yang tak kau kenal” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Yang Maha Luhur, Sang Maha Pemilik Matahari dan bulan dan seluruh alam semesta yang Menghamparkan Kerajaan Langit dan Bumi sebagai lambang Kemegahan, yang menjadikan setiap kehidupan ada pada Nya (Allah Swt) dan berakhir dengan kematian, yang menjadikan kehidupan manusia berakhir dengan kematian dan berlanjut dengan kehidupan setelah kehidupan. Kehidupan yang kekal dan abadi, maka disampaikanlah tuntunan Para Nabi, mengajak mereka kepada kebahagiaan kekal sampailah kepada Nabi Mulia, pembawa Keridhoan Allah, pembawa Cahaya Keagungan Illahi, pembawa tuntunan Illahiyah dan Alqur’anul Karim ialah Sayyidina Muhammad Saw.
Tiada makhluk manusia yang lebih beruntung di muka bumi melebihi mereka yang mengikuti Muhammad Rasulullah. Semakin mereka mengikuti Sang Nabi saw, semakin agung dan bahagia mereka kelak, semakin tinggi derajatnya dan semakin diberi kemuliaan dunia dan akhirat. Allah Swt Yang Maha Mampu Merubah Takdir Keputusan Nya menjanjikan kemuliaan dan perubahan kebahagiaan bagi para pengikut Muhammad Rasulullah Saw.
“Walladziina amanuu wa’amilushshaalihaati wa amanuu bima nuzzila ’alaa muhammadin wahuwal haqqu min rabbihim, kaffar ‘anhum sayyi’aatihim wa ashlaha baalahum” (QS. Muhammad : 2) (mereka mereka yang beriman dan beramal shalih dan mengikuti apa apa yang diturunkan dan diajarkan kepada Muhammad, “wahuwal haqqu min rabbihim”, beliau itu kebenaran dari Tuhan mereka, kebenaran dari Yang Memelihara setiap kehidupan, kebenaran yang disampaikan oleh Sang Pemilik Langit dan Bumi, mengirimkan Kebenaran Nya berupa tuntunan Sayyidina Muhammad Saw, “kaffara ‘anhum sayyi’aatihim wa ashlaha baalahum”, Allah ampuni dosa dosa mereka dan Allah perbaiki keadaan mereka.
Semakin mereka memperbaiki keadaannya dan hubungannya dengan Allah, semakin mereka perbaiki hari harinya dengan tuntunan Sang Nabi saw, Allah hapuskan dosa dosa mereka dan Allah perbaiki keadaannya, keadaan dirinya, keadaan hatinya, keadaan perasaannya, keadaan kehidupannya, keadaan pekerjaannya, keadaan rumah tangganya, keadaan hidup dan matinya hingga ia bangkit di yaumal qiyamah dibenahi oleh Allah dengan pembenahan sempurna karena mereka mengikuti Sayyidina Muhammad Saw.
Hadirin hadirat, inilah kehidupan sementara, gerbang menuju kehidupan yang abadi. Inilah nafas nafas kita yang pasti berakhir dengan nafas sakaratul maut dan berpisah dengan semua yang kau lihat dan kau dengar.
Inilah hari Idul Adha, hari agung dari hari hari yang diagungkan Allah Swt dan termuliakan mereka untuk memuliakan hari ini dengan tuntunan Sang Nabi saw dengan memperbanyak takbir dan tahlil dengan ucapan “Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Wa Lillahil-hamd”. Disunnahkan untuk bertakbir sampai terbenamnya matahari dihari Idul Adha lalu takbir terus disunnahkah setiap shalat fardhu dan sunnah saja hingga asar hari Tasyriq yg ketiga (13 dzulhijjah).
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt telah berfirman mengabarkan keluhuran bagi para pengikut Sang Nabi Saw. “yarfa’illahulladzina amanuu minkum walladzina uutuul i’lma darajaat” (QS. Mujadilah : 11) (Allah mengangkat derajat kalian kalian yang menuntut ilmu diantara kalian dengan derajat derajat yang sangat tinggi). Kita memahami kalau kalimat “darajaat” berarti derajat saja dan kita paham derajat, surga itu bagaikan langit dan bumi diantara derajat yang satu dengan derajat yang lainnya. Kalau Allah mengatakan “darajaat” berarti derajat yang banyak. Setiap kali bertambah ilmu kita makin tinggi kita diberi derajat oleh Allah di surga kelak. Dan pula didunia, semakin dekat ia kepada Allah, semakin dekat ia kepada samudera Yang Maha Luas Melimpahkan Kebahagiaan, Yang Maha Merubah Keadaan. Sebagian orang berkata “kalau cuma ngaji, ngaji dan majelis sampai kapan majunya? tidak cukup dengan begini saja akan selesai kehidupan ini”. Hadirin hadirat ingatlah Yang Maha Merubah Keadaan dari keadaan yang indah menjadi keadaan yang buruk, dari musibah menjadi kenikmatan atau sebaliknya, dari kemiskinan kepada kekayaan atau sebaliknya, Dialah (Allah Swt) Yang Mampu Merubah Keadaan kita. Ketika seorang hamba berjalan dan meniti jalan Muhammad Rasulullah Saw, dijanjikan oleh Yang Maha Merubah Keadaan akan mengubah keadaan dengan sebaik baiknya keadaan.
Hadirin hadirat yang menjanjikan adalah Yang Tidak Pernah Mengingkari Janjinya.
Allah Swt telah berfirman “minta kepada Ku akan Kujawab doa doa kalian”. Lalu kita bertanya “bagaimana dengan doaku siang dan malam yang masih belum dikabulkan Allah?”. Jawabannya adalah ketidaktahuan kita bahwa Allah menjawab doa kita lebih daripada yang kita minta. Kita minta A (misalnya) tanpa kita sadari Allah mengangkat 100 musibah yang akan datang di hari esok. Doa kita hanya hal yang remeh saja tapi Allah Yang Maha Dermawan memberi lebih dari itu.
Hadirin hadirat, jawaban dari Allah itu lebih dari sekedar suara. Doa kita kepada Allah tapi kita tidak dengar jawaban dari Yang Maha Menjawab Doa. Jawaban Allah bukan dengan suara dan tidak sesempit hanya sekedar pengabulan, minta itu diberi itu, tidak sesempit itu Anugerah Yang Maha Dermawan. Minta hal yang 1, Allah beri 1000 dan itu bukan hal yang mustahil bagi Rabbul Alamin. Barangkali seorang hamba meminta hal yang remeh, Allah berikan hal yang lebih agung atau Allah berikan juga dan Allah tambahkan lebih dari doanya dan itu pasti karena Dialah (Allah Swt) Yang Menamakan Dzatnya “Al Karim” (Yang Maha Dermawan, Yang Maha Memberi).
Hadirin hadirat, tiada seseorang meminta kepada Allah lalu turun kedua tangannya dengan tangan kosong saja terkecuali dipenuhi anugerah. Inilah Allah dan inilah Maha Raja Dermawan dari seluruh makhluk Nya dan Pemberian Nya terus berlimpah sepanjang siang dan malam tanpa kita sadari. Barangkali kita berdoa malam ini tentang 1 hajat, besok Allah kabulkan atau jika tidak Allah tidak kabulkan tapi Allah angkat sedemikian banyak musibah yang akan datang di hari esok. Hal itu tidak kita ketahui, barangkali kalau kita melihat takdir kita tidak akan berhenti bersujud, kita meminta Kasih Sayang Illahi. Kalau kita lihat musibah apa yang akan datang di hari esok, barangkali sekarang kita bisa berdiri besok kita terkena 1 musibah dan lumpuh seumur hidup barangkali saat ini kita melihat esok terkena 1 musibah tidak bisa lagi melihat dan demikian banyak musibah yang bisa saja terjadi dan itu berubah dalam sekejap dengan doamu hadirin.
“kaffara ‘anhum sayyiatihim wa ashlaha baalahum” (Kuhapuskan dosa dosa mereka dan Kuperbaiki keadaan mereka), Dialah Allah Yang Maha Memperbaiki Keadaan dan perbuatannya Maha Sempurna.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika salah seorang beribadah dengan ibadah yang sangat banyak maka Rasul Saw mendengar seorang wanita beribadah dengan ibadah yang sangat banyak sampai berlebihan maka Rasul Saw berkata “apa ini ibadah yang berlebihan?”, “innallahu la yamallu hatta tamallu’ ” (Allah itu tidak bosan bosannya tapi kalian yang akan bosan kalau terlalu banyak beribadah). Zaman sekarang orang beribadah Qabliyah, Ba’diyah dan Tahajjud sudah dibilang berlebihan, itu bukan berlebihan. Yang disebut berlebihan ibadah itu adalah meninggalkans seluruh aktifitas demi ibadahnya, ini yang disebut berlebihan. Nabi Saw berkata “la yamallu hatta tamallu’ ” (Allah itu tidak akan bosan sampai kalian bosan sendiri). Maka jangan paksakan diri melebihi kemampuan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dari kemuliaan inilah Allah Swt menuntun kita kepada bimbingan yang paling sempurna, bimbingan yang menjadi perluasan dan persaudaraan bagi seluruh manusia khususnya diantara muslimin. Oleh sebab itu, Rasul saw ditanya sebagaimana hadits yang tadi kita baca “anna rajulan sa’alannabiy saw, seseorang bertanya kepada Rasul saw “ayyul islam khair”, maksudnya orang muslim yang mana yang amalnya baik? tunjukkan padaku amal amal yang baik dalam islam. Tentunya banyak namun Sang Nabi saw memberikan 2 ajaran yang sangat indah jika kita perdalam. Apa itu? ”ith’amu tha’am (demikian riwayat Shahih Bukhari). “kau membagi bagikan makanan”. Berarti sekarang ini hari hari tasyrik, disunnahkan membagikan daging kurban. Perlu diketahui pembagian daging kurban itu untuk seluruh muslimin bukan dikhususkan untuk fuqara saja. Jadi orang ang mampu juga boleh diberikan. Lain dengan shadaqah dan zakat, tidak boleh diberikan terkecuali kepada mustahiq diantaranya fuqara dan masakin. Kalau daging kurban boleh diberikan kepada yang mampu dan yang tidak mampu asal dia muslim karena daging kurban adalah jamuan muslim kepada muslimin lainnya yang ia kenal dan yang ia tidak kenal. “ith’amu tha’am” (bagikan makanan) kata Sang Nabi Saw. Jangan dipisahkan hanya yang muslim dan miskin saja, yang tidak miskin pun boleh kalian jamu tapi tentu yang afdhal adalah yang tidak mampu. Jadi kalau daging kurban diberikan kepada yang miskin atau yang kaya, tentunya pada yang miskin lebih afdhal. Tapi kalau mau diberikan kepada yang mampu, tidak ada larangannya karena itu sunnah juga selama ia muslimin karena daging kurban adalah jamuan sesame muslimin yang kenal dan yang tidak ia kenal.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Alhamdulillah jika tahun ini Majelis Rasulullah Saw dititipkan 13 ekor kambing oleh seorang saudara kita dari Sidney, Australia untuk kurban disini (di Majelis Rasulullah Saw) dan juga 1 dari jamaah majelis kita di Jakarta, jadi tahun ini 14 ekor kambing. Yang 13 dari Sidney, Australia dan yang 1 ekor dari Jakarta, dan 1 ekor sapi dari Bapak Gubernur H. Fauzi Bowo untuk Majelis Rasulullah Saw. Jadi tahun ini Majelis Rasulullah Saw kurban 14 ekor kambing dan 1 ekor sapi, Alhamdulillah Semoga Allah muliakan mereka yang menitipkan kurbannya di Majelis Rasulullah Saw.
“ith’amu tha’am” (bagikan makanan) kepada orang yang kau kenal dan yang tidak kau kenal, wa aqri’ussalam alaa man arafta ma alaa man lam ta'rif (dan ucapkan salam kepada yang kau kenal dan yang tidak kau kenal). Mengucapkan salam itu jangan hanya kepada yang kita kenal saja, tanpa kita sadari orang yang tidak kita kenal pun jika diucapkan salam itu bukan untuk dia saja tapi pahala karena Allah, menyebarkan Nama Allah “Assalam” (adalah Nama Allah Yang Maha Sejahtera). Assalamu’alaikum artinya Yang Maha Penyejahtera melimpahkan kesejahteraan kepadamu, itulah makna kalimat Assalamu’alaikum. Jadi kalau seseorang mengucapkan Assalamu’alaikum itu dzikir karena kalimat Assalam adalah Nama Allah.
Hadirin, Sayyidina Ibn Umar radhiyallahu anhuma diriwayatkan di dalam Adabul Mufrad oleh Imam Bukhari, Ibn Umar ini setiap pagi keluar dan ditanya oleh orang “kau ini kepasar, belanja tidak?, lewat gang sana lewat gang sini, lewat rumah si anu lewat rumah si ini, pulang ke rumah, mau apa? keluar tidak silaturahmi pada fulan, ke pasar tidak belanja, balik lagi ke rumah, keluar sebentar balik lagi ke rumah”, ia berkata “aku keluar hanya untuk menyebarkan kalimat Assalam”. Lewat ada muslim, ucapkan “Assalamu’alaikum”, hanya untuk bersalam saja aku keluar rumah. Jadi orang keluar rumah itu macam macam niatnya, ada yang niat dagang, ada yang niat sekolah dan Para Shalihin ada yang teringat Keagungan Nama Allah. Assalam,
ia keluar dari rumahnya untuk menyebarkan salam lalu balik lagi kerumahnya.
Sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu anhum diriwayatkan didalam Adabul Mufrad oleh Imam Bukhari, beliau kalau keluar dari rumahnya memakai minyak wangi ditangan kanannya. Ini sering kita lihat, kenapa? Sayyidina Anas berkata “memuliakan orang yang menyalamiku”. Salah satu cara memuliakan mereka adalah memakai minyak wangi di tanganku, jadi orang yang menyalamiku itu nanti wangi tangannya. Darimana kau pelajari ini? dari Rasulullah Saw. Demikian indahnya akhlak.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dalam satu kejadian salah satu teman saya beberapa tahun yang lalu sudah lanjut usia, usinya 60 tahun lebih. Ia mempunyai 6 orang anak. Kebetulan ia menyeberang dari Lampung menuju ke Pelabuhan Merak. Di pelabuhan sudah beli tiket, ternyata ditipu. Tiketnya dibawa kabur entah kemana, ia sudah mengeluarkan uang dan ia orang yang tidak mampu. Cuma 1 ia mendapatkan kemuliaan, saat lewat 1 orang yang wajahnya bengis (barangkali preman disitu) ia mengucapkan salam. Orang ini kemana mana selalu bersalam yang jika kira kira yg disalamu adalah seorang muslim, maka ia selalu mengucapkan salam walaupun ia seorang yang tampak bengis di pelabuhan. “Assalamu’alaikum”, tidak dijawab. Barangkali kita tahu kalau di pelabuhan banyak orang yang tidak ramah, ada diantaranya ramah bukan kebanyakan tapi diantaranya tidak ramah. Diucapkan salam, tidak dijawab, diam saja.
Ia lewat saja bersama istri dan anak anaknya. Ketika terjadi penipuan ini, ia pun ribut “tiket saya dibawa orang, saya sudah bayar”. Tadi yang diucapkan salam tidak menjawab ikut dalam kerumunan itu, “kenapa?”, “ini tiket saya dibawa kabur”. “apa ciri ciri orang itu?”, “begini..begini”, “oo.. sudah tenang”, tidak lama ia datang bersama orang itu dan orang itu dipaksa untuk mengembalikan uangnya. “kenapa kamu menipu Bapak ini, Bapak ini saudara saya..!”. Padahal ia tidak kenal dengan orang itu, ia hanya disalami oleh orangtua tadi padahal ia tidak menjawab tapi ucapan salam itu tembus ke dalam hatinya. Bibirnya tidak menjawab, wajahnya cemberut tapi ucapan itu tembus ke hatinya dan ia terharu. Barangkali seumur hidupnya jarang orang mengucap salam kepadanya. Ia merasa seorang yang berulah barangkali, banyak berbuat jahat dan orang jijik mengucapkan salam kepadanya. Ada 1 orangtua ini mengucapkan salam kepadanya, orang itu ditipu, ia membelanya sampai berkata “ini saudara saya, kenapa kau menipunya?”, padahal baru kenal saat itu karena mengucapkan salam. Demikian hadirin hadirat indahnya sunnah Nabi Muhamamd Saw. Oleh sebab itu bantu kemuliaan sunnah Sang Nabi Saw dengan menyebarkan salam kepada orang yang kita kenal atau kepada orang yang tidak kita kenal.
Rasul Saw bersabda “la yukminu ahadukum hatta yuhibba li akhiihi maa yuhibbu linafsih” (belum sempurna iman seseorang sampai ia menginginkan apa yang terjadi padanya, terjadi juga pada saudara saudaranya dari kenikmatan), demikian diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari. Kalau ia punya kenikmatan ia menginginkan surga, ia menginginkan orang lain juga masuk surga, jika ia inginkan keluasan,ia inginkan seluruh muslimin dalam keluasan. Ini kesempurnaan iman. Maksudnya apa? Semakin tinggi derajat seseorang, semakin tidak mau memusuhi muslimin. Semakin tinggi derajatnya semakin ingin seluruh muslimin mendapatkan kemuliaan, jika ia telah menunaikan shalat 5 waktu, ia ingin seluruh muslimin menunaikan shalat 5 waktu, jika ia ingin masuk surga ia ingin seluruh muslimin masuk surga. Jiwa seperti ini telah dicerminkan oleh Sayyidina Muhammad Saw.
Ketika musuh musuhnya melempari dirinya dan mengejarnya, beliau berdoa “Allahummahdiy Qaumiy fa innahum laa ya’lamuun”. Dibela itu orang yang melempari, dibela dengan doa beliau. Wahai Allah beri mereka petunjuk karena mereka tidak tahu. Dibela orang yang melempari beliau Saw.
Inilah puncak kesempurnaan akhlak Nabiyyuna wa Sayyiduna Muhammad Saw. Dan juga dalam ukhuwwah diantara kita satu sama lain, Allah Swt telah memerintahkan kita untuk mengikuti Sang Nabi Saw semampunya, yang dengan itu Allah meluaskan keberkahan dengan jiwa semacam Nabi Muhammad Saw inilah luasnya islam ke Barat dan Timur. Beliau bukanlah seorang kaya yang bisa mengunjungi seluruh permukaan Barat dan Timur untuk menyampaikan kalimat Tauhid. Beliau bukan seorang penguasa yang bisa mengerahkan ribuan pasukan untuk menyampaikan tuntunannya ke Barat dan Timur. Beliau hanya diikuti oleh beberapa budak dan para pemuda, semakin banyak dan semakin banyak pembenahan umat terjadi di Makkah dan sampai terusir pembenahan terjadi di Madinah, perlahan berlanjut ke seluruh permukaan bumi. Sampai saat ini 14 abad setelah wafat beliau (Nabi Saw) pembenahan umat terus berjalan, diteruskan oleh jiwa jiwa yang membawa kemuliaan semangat Nabi Muhammad Saw.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Di malam Idul Adha ini tentunya saya tidak berpanjang lebar, cuma perlu saya beritahukan bahwa majelis ini tidak ada liburnya. Majelis malam selasa ini Insya Allah tidak ada liburnya sampai yaumal qiyamah, Amin Allahumma Amin. Selama saya masih hidup, Insya Allah saya selalu hadir di malam selasa ini. Hadirin hadirat jadi kalau kebetulan lewat, ada suara terdengar kabar dari sana sini kalau malam selasa depan libur, itu jangan dibenarkan, itu ucapan yang tidak benar. majelis ini berlanjut, walau bulan ramadhan, walau malam lebaran, kita takbiran bersama majelis berlanjut,
Yang mampu hadir, silahkan hadir. Yang tidak bisa hadir, sekarang ada radio RASfm dan juga tentunya niatnya untuk hadir dan mendapatkan bagian pahalanya.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita bermunajat untuk pembenahan umat di bumi Jakarta dan sekitarnya dan juga untuk saudara saudara kita khususnya Ustadz Kadir Anggaluly yang barangkali beberapa hari lagi akan kembali ke wilayahnya di Irian Barat, semoga diberi kekuatan oleh Allah Swt, diberi perlindungan oleh Allah Swt dari musuh musuh islam. Semoga semakin banyak jamaah jamaah muslimin yang mulai bangkit mengenal shalat disana, Amin Allahumma Amin. Dan juga untuk para santri santri yang tinggal disini khususnya KH. Ahmad Baihaqi semoga dilimpahi keluasan dan pertolongan oleh Allah Swt dalam menegakkan dakwah dan semoga anak anak santri yang baru ini diberi ketenangan untuk betah tinggal di Jakarta di dalam taklim.
Ya Rabbiy Ya Rahman kami bermunajat Kehadirat Mu di hari Idul Adha ini dan hari hari tasyrik yang masih tersisakan Keagungan dan Kemuliaan Dzulhijjah, Rabbiy kami bermunajat Kehadirat Mu Yang Maha Luhur meminta seluruh daripada rahasia Kedermawanan Mu atas segala hal kami. Rabbiy Rabbiy Yang Maha Mengubah Keadaan, Wahai Yang Maha Mengubah Keadaan, ubah keadaan kami dengan sebaik baiknya dhahiran wa bathinan dunia wal akhirat, ubah keadaan hari esok kami dengan yang palingbaik di dalam kebahagiaan dunia dan akhirat, dalam keluasan dunia dan akhirat, dalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dikutip dari: Website Majelis Rasullulah
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw :
“Seorang lelaki bertanya pada Rasul saw mengenai Islam yang baik? (muslim yang baik), sabda Rasulullah saw : “Kau membagikan makanan, dan mengucap salam pada yang kau kenal dan yang tak kau kenal” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Yang Maha Luhur, Sang Maha Pemilik Matahari dan bulan dan seluruh alam semesta yang Menghamparkan Kerajaan Langit dan Bumi sebagai lambang Kemegahan, yang menjadikan setiap kehidupan ada pada Nya (Allah Swt) dan berakhir dengan kematian, yang menjadikan kehidupan manusia berakhir dengan kematian dan berlanjut dengan kehidupan setelah kehidupan. Kehidupan yang kekal dan abadi, maka disampaikanlah tuntunan Para Nabi, mengajak mereka kepada kebahagiaan kekal sampailah kepada Nabi Mulia, pembawa Keridhoan Allah, pembawa Cahaya Keagungan Illahi, pembawa tuntunan Illahiyah dan Alqur’anul Karim ialah Sayyidina Muhammad Saw.
Tiada makhluk manusia yang lebih beruntung di muka bumi melebihi mereka yang mengikuti Muhammad Rasulullah. Semakin mereka mengikuti Sang Nabi saw, semakin agung dan bahagia mereka kelak, semakin tinggi derajatnya dan semakin diberi kemuliaan dunia dan akhirat. Allah Swt Yang Maha Mampu Merubah Takdir Keputusan Nya menjanjikan kemuliaan dan perubahan kebahagiaan bagi para pengikut Muhammad Rasulullah Saw.
“Walladziina amanuu wa’amilushshaalihaati wa amanuu bima nuzzila ’alaa muhammadin wahuwal haqqu min rabbihim, kaffar ‘anhum sayyi’aatihim wa ashlaha baalahum” (QS. Muhammad : 2) (mereka mereka yang beriman dan beramal shalih dan mengikuti apa apa yang diturunkan dan diajarkan kepada Muhammad, “wahuwal haqqu min rabbihim”, beliau itu kebenaran dari Tuhan mereka, kebenaran dari Yang Memelihara setiap kehidupan, kebenaran yang disampaikan oleh Sang Pemilik Langit dan Bumi, mengirimkan Kebenaran Nya berupa tuntunan Sayyidina Muhammad Saw, “kaffara ‘anhum sayyi’aatihim wa ashlaha baalahum”, Allah ampuni dosa dosa mereka dan Allah perbaiki keadaan mereka.
Semakin mereka memperbaiki keadaannya dan hubungannya dengan Allah, semakin mereka perbaiki hari harinya dengan tuntunan Sang Nabi saw, Allah hapuskan dosa dosa mereka dan Allah perbaiki keadaannya, keadaan dirinya, keadaan hatinya, keadaan perasaannya, keadaan kehidupannya, keadaan pekerjaannya, keadaan rumah tangganya, keadaan hidup dan matinya hingga ia bangkit di yaumal qiyamah dibenahi oleh Allah dengan pembenahan sempurna karena mereka mengikuti Sayyidina Muhammad Saw.
Hadirin hadirat, inilah kehidupan sementara, gerbang menuju kehidupan yang abadi. Inilah nafas nafas kita yang pasti berakhir dengan nafas sakaratul maut dan berpisah dengan semua yang kau lihat dan kau dengar.
Inilah hari Idul Adha, hari agung dari hari hari yang diagungkan Allah Swt dan termuliakan mereka untuk memuliakan hari ini dengan tuntunan Sang Nabi saw dengan memperbanyak takbir dan tahlil dengan ucapan “Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Wa Lillahil-hamd”. Disunnahkan untuk bertakbir sampai terbenamnya matahari dihari Idul Adha lalu takbir terus disunnahkah setiap shalat fardhu dan sunnah saja hingga asar hari Tasyriq yg ketiga (13 dzulhijjah).
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt telah berfirman mengabarkan keluhuran bagi para pengikut Sang Nabi Saw. “yarfa’illahulladzina amanuu minkum walladzina uutuul i’lma darajaat” (QS. Mujadilah : 11) (Allah mengangkat derajat kalian kalian yang menuntut ilmu diantara kalian dengan derajat derajat yang sangat tinggi). Kita memahami kalau kalimat “darajaat” berarti derajat saja dan kita paham derajat, surga itu bagaikan langit dan bumi diantara derajat yang satu dengan derajat yang lainnya. Kalau Allah mengatakan “darajaat” berarti derajat yang banyak. Setiap kali bertambah ilmu kita makin tinggi kita diberi derajat oleh Allah di surga kelak. Dan pula didunia, semakin dekat ia kepada Allah, semakin dekat ia kepada samudera Yang Maha Luas Melimpahkan Kebahagiaan, Yang Maha Merubah Keadaan. Sebagian orang berkata “kalau cuma ngaji, ngaji dan majelis sampai kapan majunya? tidak cukup dengan begini saja akan selesai kehidupan ini”. Hadirin hadirat ingatlah Yang Maha Merubah Keadaan dari keadaan yang indah menjadi keadaan yang buruk, dari musibah menjadi kenikmatan atau sebaliknya, dari kemiskinan kepada kekayaan atau sebaliknya, Dialah (Allah Swt) Yang Mampu Merubah Keadaan kita. Ketika seorang hamba berjalan dan meniti jalan Muhammad Rasulullah Saw, dijanjikan oleh Yang Maha Merubah Keadaan akan mengubah keadaan dengan sebaik baiknya keadaan.
Hadirin hadirat yang menjanjikan adalah Yang Tidak Pernah Mengingkari Janjinya.
Allah Swt telah berfirman “minta kepada Ku akan Kujawab doa doa kalian”. Lalu kita bertanya “bagaimana dengan doaku siang dan malam yang masih belum dikabulkan Allah?”. Jawabannya adalah ketidaktahuan kita bahwa Allah menjawab doa kita lebih daripada yang kita minta. Kita minta A (misalnya) tanpa kita sadari Allah mengangkat 100 musibah yang akan datang di hari esok. Doa kita hanya hal yang remeh saja tapi Allah Yang Maha Dermawan memberi lebih dari itu.
Hadirin hadirat, jawaban dari Allah itu lebih dari sekedar suara. Doa kita kepada Allah tapi kita tidak dengar jawaban dari Yang Maha Menjawab Doa. Jawaban Allah bukan dengan suara dan tidak sesempit hanya sekedar pengabulan, minta itu diberi itu, tidak sesempit itu Anugerah Yang Maha Dermawan. Minta hal yang 1, Allah beri 1000 dan itu bukan hal yang mustahil bagi Rabbul Alamin. Barangkali seorang hamba meminta hal yang remeh, Allah berikan hal yang lebih agung atau Allah berikan juga dan Allah tambahkan lebih dari doanya dan itu pasti karena Dialah (Allah Swt) Yang Menamakan Dzatnya “Al Karim” (Yang Maha Dermawan, Yang Maha Memberi).
Hadirin hadirat, tiada seseorang meminta kepada Allah lalu turun kedua tangannya dengan tangan kosong saja terkecuali dipenuhi anugerah. Inilah Allah dan inilah Maha Raja Dermawan dari seluruh makhluk Nya dan Pemberian Nya terus berlimpah sepanjang siang dan malam tanpa kita sadari. Barangkali kita berdoa malam ini tentang 1 hajat, besok Allah kabulkan atau jika tidak Allah tidak kabulkan tapi Allah angkat sedemikian banyak musibah yang akan datang di hari esok. Hal itu tidak kita ketahui, barangkali kalau kita melihat takdir kita tidak akan berhenti bersujud, kita meminta Kasih Sayang Illahi. Kalau kita lihat musibah apa yang akan datang di hari esok, barangkali sekarang kita bisa berdiri besok kita terkena 1 musibah dan lumpuh seumur hidup barangkali saat ini kita melihat esok terkena 1 musibah tidak bisa lagi melihat dan demikian banyak musibah yang bisa saja terjadi dan itu berubah dalam sekejap dengan doamu hadirin.
“kaffara ‘anhum sayyiatihim wa ashlaha baalahum” (Kuhapuskan dosa dosa mereka dan Kuperbaiki keadaan mereka), Dialah Allah Yang Maha Memperbaiki Keadaan dan perbuatannya Maha Sempurna.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika salah seorang beribadah dengan ibadah yang sangat banyak maka Rasul Saw mendengar seorang wanita beribadah dengan ibadah yang sangat banyak sampai berlebihan maka Rasul Saw berkata “apa ini ibadah yang berlebihan?”, “innallahu la yamallu hatta tamallu’ ” (Allah itu tidak bosan bosannya tapi kalian yang akan bosan kalau terlalu banyak beribadah). Zaman sekarang orang beribadah Qabliyah, Ba’diyah dan Tahajjud sudah dibilang berlebihan, itu bukan berlebihan. Yang disebut berlebihan ibadah itu adalah meninggalkans seluruh aktifitas demi ibadahnya, ini yang disebut berlebihan. Nabi Saw berkata “la yamallu hatta tamallu’ ” (Allah itu tidak akan bosan sampai kalian bosan sendiri). Maka jangan paksakan diri melebihi kemampuan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dari kemuliaan inilah Allah Swt menuntun kita kepada bimbingan yang paling sempurna, bimbingan yang menjadi perluasan dan persaudaraan bagi seluruh manusia khususnya diantara muslimin. Oleh sebab itu, Rasul saw ditanya sebagaimana hadits yang tadi kita baca “anna rajulan sa’alannabiy saw, seseorang bertanya kepada Rasul saw “ayyul islam khair”, maksudnya orang muslim yang mana yang amalnya baik? tunjukkan padaku amal amal yang baik dalam islam. Tentunya banyak namun Sang Nabi saw memberikan 2 ajaran yang sangat indah jika kita perdalam. Apa itu? ”ith’amu tha’am (demikian riwayat Shahih Bukhari). “kau membagi bagikan makanan”. Berarti sekarang ini hari hari tasyrik, disunnahkan membagikan daging kurban. Perlu diketahui pembagian daging kurban itu untuk seluruh muslimin bukan dikhususkan untuk fuqara saja. Jadi orang ang mampu juga boleh diberikan. Lain dengan shadaqah dan zakat, tidak boleh diberikan terkecuali kepada mustahiq diantaranya fuqara dan masakin. Kalau daging kurban boleh diberikan kepada yang mampu dan yang tidak mampu asal dia muslim karena daging kurban adalah jamuan muslim kepada muslimin lainnya yang ia kenal dan yang ia tidak kenal. “ith’amu tha’am” (bagikan makanan) kata Sang Nabi Saw. Jangan dipisahkan hanya yang muslim dan miskin saja, yang tidak miskin pun boleh kalian jamu tapi tentu yang afdhal adalah yang tidak mampu. Jadi kalau daging kurban diberikan kepada yang miskin atau yang kaya, tentunya pada yang miskin lebih afdhal. Tapi kalau mau diberikan kepada yang mampu, tidak ada larangannya karena itu sunnah juga selama ia muslimin karena daging kurban adalah jamuan sesame muslimin yang kenal dan yang tidak ia kenal.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Alhamdulillah jika tahun ini Majelis Rasulullah Saw dititipkan 13 ekor kambing oleh seorang saudara kita dari Sidney, Australia untuk kurban disini (di Majelis Rasulullah Saw) dan juga 1 dari jamaah majelis kita di Jakarta, jadi tahun ini 14 ekor kambing. Yang 13 dari Sidney, Australia dan yang 1 ekor dari Jakarta, dan 1 ekor sapi dari Bapak Gubernur H. Fauzi Bowo untuk Majelis Rasulullah Saw. Jadi tahun ini Majelis Rasulullah Saw kurban 14 ekor kambing dan 1 ekor sapi, Alhamdulillah Semoga Allah muliakan mereka yang menitipkan kurbannya di Majelis Rasulullah Saw.
“ith’amu tha’am” (bagikan makanan) kepada orang yang kau kenal dan yang tidak kau kenal, wa aqri’ussalam alaa man arafta ma alaa man lam ta'rif (dan ucapkan salam kepada yang kau kenal dan yang tidak kau kenal). Mengucapkan salam itu jangan hanya kepada yang kita kenal saja, tanpa kita sadari orang yang tidak kita kenal pun jika diucapkan salam itu bukan untuk dia saja tapi pahala karena Allah, menyebarkan Nama Allah “Assalam” (adalah Nama Allah Yang Maha Sejahtera). Assalamu’alaikum artinya Yang Maha Penyejahtera melimpahkan kesejahteraan kepadamu, itulah makna kalimat Assalamu’alaikum. Jadi kalau seseorang mengucapkan Assalamu’alaikum itu dzikir karena kalimat Assalam adalah Nama Allah.
Hadirin, Sayyidina Ibn Umar radhiyallahu anhuma diriwayatkan di dalam Adabul Mufrad oleh Imam Bukhari, Ibn Umar ini setiap pagi keluar dan ditanya oleh orang “kau ini kepasar, belanja tidak?, lewat gang sana lewat gang sini, lewat rumah si anu lewat rumah si ini, pulang ke rumah, mau apa? keluar tidak silaturahmi pada fulan, ke pasar tidak belanja, balik lagi ke rumah, keluar sebentar balik lagi ke rumah”, ia berkata “aku keluar hanya untuk menyebarkan kalimat Assalam”. Lewat ada muslim, ucapkan “Assalamu’alaikum”, hanya untuk bersalam saja aku keluar rumah. Jadi orang keluar rumah itu macam macam niatnya, ada yang niat dagang, ada yang niat sekolah dan Para Shalihin ada yang teringat Keagungan Nama Allah. Assalam,
ia keluar dari rumahnya untuk menyebarkan salam lalu balik lagi kerumahnya.
Sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu anhum diriwayatkan didalam Adabul Mufrad oleh Imam Bukhari, beliau kalau keluar dari rumahnya memakai minyak wangi ditangan kanannya. Ini sering kita lihat, kenapa? Sayyidina Anas berkata “memuliakan orang yang menyalamiku”. Salah satu cara memuliakan mereka adalah memakai minyak wangi di tanganku, jadi orang yang menyalamiku itu nanti wangi tangannya. Darimana kau pelajari ini? dari Rasulullah Saw. Demikian indahnya akhlak.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dalam satu kejadian salah satu teman saya beberapa tahun yang lalu sudah lanjut usia, usinya 60 tahun lebih. Ia mempunyai 6 orang anak. Kebetulan ia menyeberang dari Lampung menuju ke Pelabuhan Merak. Di pelabuhan sudah beli tiket, ternyata ditipu. Tiketnya dibawa kabur entah kemana, ia sudah mengeluarkan uang dan ia orang yang tidak mampu. Cuma 1 ia mendapatkan kemuliaan, saat lewat 1 orang yang wajahnya bengis (barangkali preman disitu) ia mengucapkan salam. Orang ini kemana mana selalu bersalam yang jika kira kira yg disalamu adalah seorang muslim, maka ia selalu mengucapkan salam walaupun ia seorang yang tampak bengis di pelabuhan. “Assalamu’alaikum”, tidak dijawab. Barangkali kita tahu kalau di pelabuhan banyak orang yang tidak ramah, ada diantaranya ramah bukan kebanyakan tapi diantaranya tidak ramah. Diucapkan salam, tidak dijawab, diam saja.
Ia lewat saja bersama istri dan anak anaknya. Ketika terjadi penipuan ini, ia pun ribut “tiket saya dibawa orang, saya sudah bayar”. Tadi yang diucapkan salam tidak menjawab ikut dalam kerumunan itu, “kenapa?”, “ini tiket saya dibawa kabur”. “apa ciri ciri orang itu?”, “begini..begini”, “oo.. sudah tenang”, tidak lama ia datang bersama orang itu dan orang itu dipaksa untuk mengembalikan uangnya. “kenapa kamu menipu Bapak ini, Bapak ini saudara saya..!”. Padahal ia tidak kenal dengan orang itu, ia hanya disalami oleh orangtua tadi padahal ia tidak menjawab tapi ucapan salam itu tembus ke dalam hatinya. Bibirnya tidak menjawab, wajahnya cemberut tapi ucapan itu tembus ke hatinya dan ia terharu. Barangkali seumur hidupnya jarang orang mengucap salam kepadanya. Ia merasa seorang yang berulah barangkali, banyak berbuat jahat dan orang jijik mengucapkan salam kepadanya. Ada 1 orangtua ini mengucapkan salam kepadanya, orang itu ditipu, ia membelanya sampai berkata “ini saudara saya, kenapa kau menipunya?”, padahal baru kenal saat itu karena mengucapkan salam. Demikian hadirin hadirat indahnya sunnah Nabi Muhamamd Saw. Oleh sebab itu bantu kemuliaan sunnah Sang Nabi Saw dengan menyebarkan salam kepada orang yang kita kenal atau kepada orang yang tidak kita kenal.
Rasul Saw bersabda “la yukminu ahadukum hatta yuhibba li akhiihi maa yuhibbu linafsih” (belum sempurna iman seseorang sampai ia menginginkan apa yang terjadi padanya, terjadi juga pada saudara saudaranya dari kenikmatan), demikian diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari. Kalau ia punya kenikmatan ia menginginkan surga, ia menginginkan orang lain juga masuk surga, jika ia inginkan keluasan,ia inginkan seluruh muslimin dalam keluasan. Ini kesempurnaan iman. Maksudnya apa? Semakin tinggi derajat seseorang, semakin tidak mau memusuhi muslimin. Semakin tinggi derajatnya semakin ingin seluruh muslimin mendapatkan kemuliaan, jika ia telah menunaikan shalat 5 waktu, ia ingin seluruh muslimin menunaikan shalat 5 waktu, jika ia ingin masuk surga ia ingin seluruh muslimin masuk surga. Jiwa seperti ini telah dicerminkan oleh Sayyidina Muhammad Saw.
Ketika musuh musuhnya melempari dirinya dan mengejarnya, beliau berdoa “Allahummahdiy Qaumiy fa innahum laa ya’lamuun”. Dibela itu orang yang melempari, dibela dengan doa beliau. Wahai Allah beri mereka petunjuk karena mereka tidak tahu. Dibela orang yang melempari beliau Saw.
Inilah puncak kesempurnaan akhlak Nabiyyuna wa Sayyiduna Muhammad Saw. Dan juga dalam ukhuwwah diantara kita satu sama lain, Allah Swt telah memerintahkan kita untuk mengikuti Sang Nabi Saw semampunya, yang dengan itu Allah meluaskan keberkahan dengan jiwa semacam Nabi Muhammad Saw inilah luasnya islam ke Barat dan Timur. Beliau bukanlah seorang kaya yang bisa mengunjungi seluruh permukaan Barat dan Timur untuk menyampaikan kalimat Tauhid. Beliau bukan seorang penguasa yang bisa mengerahkan ribuan pasukan untuk menyampaikan tuntunannya ke Barat dan Timur. Beliau hanya diikuti oleh beberapa budak dan para pemuda, semakin banyak dan semakin banyak pembenahan umat terjadi di Makkah dan sampai terusir pembenahan terjadi di Madinah, perlahan berlanjut ke seluruh permukaan bumi. Sampai saat ini 14 abad setelah wafat beliau (Nabi Saw) pembenahan umat terus berjalan, diteruskan oleh jiwa jiwa yang membawa kemuliaan semangat Nabi Muhammad Saw.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Di malam Idul Adha ini tentunya saya tidak berpanjang lebar, cuma perlu saya beritahukan bahwa majelis ini tidak ada liburnya. Majelis malam selasa ini Insya Allah tidak ada liburnya sampai yaumal qiyamah, Amin Allahumma Amin. Selama saya masih hidup, Insya Allah saya selalu hadir di malam selasa ini. Hadirin hadirat jadi kalau kebetulan lewat, ada suara terdengar kabar dari sana sini kalau malam selasa depan libur, itu jangan dibenarkan, itu ucapan yang tidak benar. majelis ini berlanjut, walau bulan ramadhan, walau malam lebaran, kita takbiran bersama majelis berlanjut,
Yang mampu hadir, silahkan hadir. Yang tidak bisa hadir, sekarang ada radio RASfm dan juga tentunya niatnya untuk hadir dan mendapatkan bagian pahalanya.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita bermunajat untuk pembenahan umat di bumi Jakarta dan sekitarnya dan juga untuk saudara saudara kita khususnya Ustadz Kadir Anggaluly yang barangkali beberapa hari lagi akan kembali ke wilayahnya di Irian Barat, semoga diberi kekuatan oleh Allah Swt, diberi perlindungan oleh Allah Swt dari musuh musuh islam. Semoga semakin banyak jamaah jamaah muslimin yang mulai bangkit mengenal shalat disana, Amin Allahumma Amin. Dan juga untuk para santri santri yang tinggal disini khususnya KH. Ahmad Baihaqi semoga dilimpahi keluasan dan pertolongan oleh Allah Swt dalam menegakkan dakwah dan semoga anak anak santri yang baru ini diberi ketenangan untuk betah tinggal di Jakarta di dalam taklim.
Ya Rabbiy Ya Rahman kami bermunajat Kehadirat Mu di hari Idul Adha ini dan hari hari tasyrik yang masih tersisakan Keagungan dan Kemuliaan Dzulhijjah, Rabbiy kami bermunajat Kehadirat Mu Yang Maha Luhur meminta seluruh daripada rahasia Kedermawanan Mu atas segala hal kami. Rabbiy Rabbiy Yang Maha Mengubah Keadaan, Wahai Yang Maha Mengubah Keadaan, ubah keadaan kami dengan sebaik baiknya dhahiran wa bathinan dunia wal akhirat, ubah keadaan hari esok kami dengan yang palingbaik di dalam kebahagiaan dunia dan akhirat, dalam keluasan dunia dan akhirat, dalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dikutip dari: Website Majelis Rasullulah
Dec 14, 2008
Apa arti Syiah menurut bahasa
Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut Ahli Bid’ah.
Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah.
Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Apa arti kata Syiah menurut bahasa ?
Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.
Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad atau kelompok Muhammad.
Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya Muhammad bin Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa alaihis salam.
Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah SAW, sehingga saat itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini.
Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.
Allah berfirman :
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا ( العمران:١۰٣)
“ Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok).”
Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga saat itu ada kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi sifatnya politik.
Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu ada satu kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad bin Ubadah sebagai Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah, maka bubarlah kelompok tersebut.
Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali lebih berhak menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah tersebut.
Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu selalu terjadi, sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.
Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu Muawiyah memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu timbul lagi, sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada kelompok Muawiyah atau syiah Muawiyah.
Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau kelompok Imam Ali saja, tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut Syiah.
Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian atau Sohifah At-tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian tersebut disebutkan:
هذا ما تقاضى عليه على بن ابى طالب ومعاوية بن ابى سفيان وشيعتهما
( اصول مذهب الشيعة )
Ini adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan dan kedua Syiah mereka.
(Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)
Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan aqidah atau mazhab.
Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun Muawiyah dan kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam suratnya kepada Ahli Amsor, beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:
كان بدء امرنا انا التقينا والقوم من اهل الشام، والظاهر ان ربنا واحد، ونبينا واحد، ودعوتنا فى الاسلام واحد، ولا نستزيدهم فى الاسلام بالله والتصديق برسوله، ولا يستزيدوننا، الامر واحد الا ما اختلفنا فيه من دم عثمان، ونحن منه براء
( نهج البلاغة- ٤٤٨ )
Adapun mas’alah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam (Muawiyah dan Syiahnya).
Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan da’wah kita dalam Islam juga sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah, tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami.
Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya (Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.”
(Nahjul Balaghoh – 448)
Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
انى اكره لكم ان تكونوا سبابين ، لكنكم لو وصفتم اعمالهم، وذكرتم حالهم، كان اصوب فى القول وابلغ فى العذر، وقلتم مكان سبكم اياهم، اللهم احقن دماءنا ودماءهم، واصلح
ذات بيننا وبينهم ( نهج البلاغة -٣٢٣)
“ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan :
Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka
(Nahjul Balaghoh – 323)
Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali
Kembali kepada pengertian Syiah dalam bahasa yang dalam bahasa Arabnya disebut Syiah Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada orang-orang Sunni yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak lain dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga mereka tidak tahu bahwa yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah Madzhab Syiah atau aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyyah).
Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh orang-orang tua kita (Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak dapat membedakan antara kata syiah dengan arti kelompok atau pengikut dengan aliran syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena adanya aliran-aliran syiah yang bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap sesat oleh Salafunassholeh.
Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Imam Ali dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai sekarang.
Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau menggunakan kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut dikarenakan adanya aliran-aliran Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah akhirnya hanya digunakan dalam menyebut kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang Syiah yang dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar.
Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, maka
yang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan Syiah Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah, sehingga merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka mensyiahkan masyarakat Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta keluarga Rasulullah SAW.
Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu ?
Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN. Begitu pula sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung kepada Khumaini dan Syiahnya.
Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH) dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini.
Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta) yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.
Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tertipu dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam) dan masuk Syiah.
Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah.
Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak berdasar.
Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah, bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini, membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada masyarakat. Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.
Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT. Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).
Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada’ atau orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan menyesatkan.
dikutip dari : Majelisrasullulah
Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut Ahli Bid’ah.
Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah.
Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Apa arti kata Syiah menurut bahasa ?
Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.
Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad atau kelompok Muhammad.
Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya Muhammad bin Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa alaihis salam.
Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah SAW, sehingga saat itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini.
Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.
Allah berfirman :
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا ( العمران:١۰٣)
“ Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok).”
Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga saat itu ada kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi sifatnya politik.
Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu ada satu kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad bin Ubadah sebagai Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah, maka bubarlah kelompok tersebut.
Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali lebih berhak menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah tersebut.
Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu selalu terjadi, sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.
Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu Muawiyah memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu timbul lagi, sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada kelompok Muawiyah atau syiah Muawiyah.
Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau kelompok Imam Ali saja, tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut Syiah.
Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian atau Sohifah At-tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian tersebut disebutkan:
هذا ما تقاضى عليه على بن ابى طالب ومعاوية بن ابى سفيان وشيعتهما
( اصول مذهب الشيعة )
Ini adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan dan kedua Syiah mereka.
(Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)
Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan aqidah atau mazhab.
Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun Muawiyah dan kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam suratnya kepada Ahli Amsor, beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:
كان بدء امرنا انا التقينا والقوم من اهل الشام، والظاهر ان ربنا واحد، ونبينا واحد، ودعوتنا فى الاسلام واحد، ولا نستزيدهم فى الاسلام بالله والتصديق برسوله، ولا يستزيدوننا، الامر واحد الا ما اختلفنا فيه من دم عثمان، ونحن منه براء
( نهج البلاغة- ٤٤٨ )
Adapun mas’alah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam (Muawiyah dan Syiahnya).
Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan da’wah kita dalam Islam juga sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah, tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami.
Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya (Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.”
(Nahjul Balaghoh – 448)
Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
انى اكره لكم ان تكونوا سبابين ، لكنكم لو وصفتم اعمالهم، وذكرتم حالهم، كان اصوب فى القول وابلغ فى العذر، وقلتم مكان سبكم اياهم، اللهم احقن دماءنا ودماءهم، واصلح
ذات بيننا وبينهم ( نهج البلاغة -٣٢٣)
“ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan :
Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka
(Nahjul Balaghoh – 323)
Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali
Kembali kepada pengertian Syiah dalam bahasa yang dalam bahasa Arabnya disebut Syiah Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada orang-orang Sunni yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak lain dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga mereka tidak tahu bahwa yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah Madzhab Syiah atau aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyyah).
Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh orang-orang tua kita (Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak dapat membedakan antara kata syiah dengan arti kelompok atau pengikut dengan aliran syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena adanya aliran-aliran syiah yang bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap sesat oleh Salafunassholeh.
Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Imam Ali dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai sekarang.
Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau menggunakan kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut dikarenakan adanya aliran-aliran Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah akhirnya hanya digunakan dalam menyebut kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang Syiah yang dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar.
Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, maka
yang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan Syiah Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah, sehingga merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka mensyiahkan masyarakat Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta keluarga Rasulullah SAW.
Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu ?
Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN. Begitu pula sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung kepada Khumaini dan Syiahnya.
Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH) dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini.
Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta) yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.
Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tertipu dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam) dan masuk Syiah.
Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah.
Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak berdasar.
Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah, bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini, membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada masyarakat. Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.
Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT. Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).
Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada’ atau orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan menyesatkan.
dikutip dari : Majelisrasullulah
Dec 13, 2008
Rahasia di Balik Amar Ma’ruf
Suatu ketika datanglah ke majelis taklim ayah saya seorang pimpinan organisasi besar yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan pemberantasan kemungkaran. Sebagaimana biasa kegiatan demikian ini selalu melibatkan kekerasan dan biasanya memancing pro dan kontra.
Pada akhir majelis, ayah menyilahkan orang tersebut untuk berbicara. Lalu mulailah dia menyampaikan pidatonya menceritakan kegiatannya. Pidatonya penuh dengan mutiara ilmu dan sangat memukau. Saya benar-benar dibuat kagum dan hormat kepadanya. Di antara yang menarik perhatian saya adalah ucapannya, “Majelis ini sungguh bermanfaat bagi masyarakat karena mengajarkan berbagai ilmu dan pekerti luhur. Para ustadz di sini seperti petani padi. Ia menyiapkan lahan, lalu membajak, memberi pupuk kandang, menanami bibit, merawat, mengairi, memberi pupuk lagi, dst. Nah, tugas saya sehubungan dengan majelis ini adalah membantu petani memberantas tanaman-tanaman liar yang ikut makan pupuk, dan membasmi hama dan tikus-tikus yang merusak tanaman.”
Pidato berakhir dengan indah dan mengesankan. Saya berpikir dalam hati, “Orang ini lebih hebat dari yang saya dengar.” Suara miring yang saya dengar tentang dia hilang seketika. Pidato itu terus terngiang di telinga. “Mengapa saya tidak bisa meneladani sebagian saja dari dirinya,” kata saya dalam hati. Saya sempat ditawari oleh para pembantunya untuk membuka cabang dari organisasi yang dipimpinnya. Namun saya tolak, karena saya kurang suka dengan kekerasan. Urusan nahy mungkar, menurut saya, sangat sensitif. Harus benar-benar menggunakan strategi yang jitu. Saya juga tahu bahwa pembasmian kemungkaran harus ditunda apabila mengakibatkan kemungkaran yang lebih besar. Nahy mungkar harus dilaksanakan dengan hati-hati, kalau tidak maka hasilnya akan counter-productive. Dan terus terang saja, saya senang dengan yang indah-indah, yang merdu-merdu, yang lembut-lembut, yang tenang-tenang, yang harum-harum.
“Dalam Quran, Amar ma’ruf diletakkan di muka nahy mungkar, pasti ada rahasianya. Fitrah manusia yang tidak suka kekerasan pasti menjadikan nahy mungkar pilihan yang paaaaaling akhir,” kata saya dalam hati.
Menurut saya, dakwah itu seperti kegiatan marketing. Produknya adalah ajaran agama. Kita harus memperhatikan kualitas, kemasan, distribusi dan pasarnya.
Kembali ke masalah petani yang katanya perlu dibantu dalam membasmi hama, saya pikir kalau petani itu menggunakan plastik mulsa maka tanaman liar tidak akan tumbuh; kalau ia menanam bibit yang bagus, maka padi pasti tahan terhadap serangan hama; kalau lingkungan bersih pasti hanya ada sedikit tikus yang berkeliaran.
Lalu, misalnya, kalau ada seorang yang dikenal jahat datang ke majelis kita lalu kita sambut dengan hormat dan kita jamu. Maka besar kemungkinan orang itu akan merasa senang dan kerasan. Kalau ia kerasan, maka ia akan ikut duduk mendengarkan ilmu. Kalau ia pulang dengan perasaan puas, besar kemungkinan ia akan datang lagi, dan kalau ia datang lagi maka waktunya untuk berkumpul dengan teman-temannya yang jahat akan berkurang, kalau ia semakin sering datang; maka ia tidak akan mau lagi diasosiasikan dengan teman-temannya yang jahat; kalau ia semakin jauh dari teman-temannya maka hampir bisa dipastikan bahwa ia akan berubah menjadi baik.
Rahasia:
Dalam amar ma’ruf sudah terkandung nahy mungkar.
Mutiara Hadis:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي اْلأَمْرِ كُلِّهِ.
Artinya:
Sesungguhnya Allâh menyukai kelembutan dalam segala urusan. (Bukhârî dan Muslim)
إِنَّ الرِّفْقَ لاَيَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ اِلاَّ شَانَهُ.
Artinya:
Sesungguhnya kelembutan tidak akan melekat pada sesuatu kecuali menghiasinya, dan tidak tercabut dari sesuatu kecuali menodainya. (Muslim, Abû Dâwûd dan Ahmad)
إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ اْلأَمْرِ كُلِّهِ.
Artinya:
Sesungguhnya Allâh itu bersifat lemah lembut dan menyukai kelembutan pada semua urusan. (Bukhârî dan Muslim)
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ.
Artinya:
Barang siapa diharamkan (tidak diberi oleh Allâh) sifat lemah lembut, maka ia diharamkan dari kebaikan. (Muslim, Abû Dâwûd, Ibnu Mâjah dan Ahmad)
Di kutip dari: Zawiya Group
B A H A G I A
Dunia-Akhirat
Oleh Husein Anis
Pada akhir majelis, ayah menyilahkan orang tersebut untuk berbicara. Lalu mulailah dia menyampaikan pidatonya menceritakan kegiatannya. Pidatonya penuh dengan mutiara ilmu dan sangat memukau. Saya benar-benar dibuat kagum dan hormat kepadanya. Di antara yang menarik perhatian saya adalah ucapannya, “Majelis ini sungguh bermanfaat bagi masyarakat karena mengajarkan berbagai ilmu dan pekerti luhur. Para ustadz di sini seperti petani padi. Ia menyiapkan lahan, lalu membajak, memberi pupuk kandang, menanami bibit, merawat, mengairi, memberi pupuk lagi, dst. Nah, tugas saya sehubungan dengan majelis ini adalah membantu petani memberantas tanaman-tanaman liar yang ikut makan pupuk, dan membasmi hama dan tikus-tikus yang merusak tanaman.”
Pidato berakhir dengan indah dan mengesankan. Saya berpikir dalam hati, “Orang ini lebih hebat dari yang saya dengar.” Suara miring yang saya dengar tentang dia hilang seketika. Pidato itu terus terngiang di telinga. “Mengapa saya tidak bisa meneladani sebagian saja dari dirinya,” kata saya dalam hati. Saya sempat ditawari oleh para pembantunya untuk membuka cabang dari organisasi yang dipimpinnya. Namun saya tolak, karena saya kurang suka dengan kekerasan. Urusan nahy mungkar, menurut saya, sangat sensitif. Harus benar-benar menggunakan strategi yang jitu. Saya juga tahu bahwa pembasmian kemungkaran harus ditunda apabila mengakibatkan kemungkaran yang lebih besar. Nahy mungkar harus dilaksanakan dengan hati-hati, kalau tidak maka hasilnya akan counter-productive. Dan terus terang saja, saya senang dengan yang indah-indah, yang merdu-merdu, yang lembut-lembut, yang tenang-tenang, yang harum-harum.
“Dalam Quran, Amar ma’ruf diletakkan di muka nahy mungkar, pasti ada rahasianya. Fitrah manusia yang tidak suka kekerasan pasti menjadikan nahy mungkar pilihan yang paaaaaling akhir,” kata saya dalam hati.
Menurut saya, dakwah itu seperti kegiatan marketing. Produknya adalah ajaran agama. Kita harus memperhatikan kualitas, kemasan, distribusi dan pasarnya.
Kembali ke masalah petani yang katanya perlu dibantu dalam membasmi hama, saya pikir kalau petani itu menggunakan plastik mulsa maka tanaman liar tidak akan tumbuh; kalau ia menanam bibit yang bagus, maka padi pasti tahan terhadap serangan hama; kalau lingkungan bersih pasti hanya ada sedikit tikus yang berkeliaran.
Lalu, misalnya, kalau ada seorang yang dikenal jahat datang ke majelis kita lalu kita sambut dengan hormat dan kita jamu. Maka besar kemungkinan orang itu akan merasa senang dan kerasan. Kalau ia kerasan, maka ia akan ikut duduk mendengarkan ilmu. Kalau ia pulang dengan perasaan puas, besar kemungkinan ia akan datang lagi, dan kalau ia datang lagi maka waktunya untuk berkumpul dengan teman-temannya yang jahat akan berkurang, kalau ia semakin sering datang; maka ia tidak akan mau lagi diasosiasikan dengan teman-temannya yang jahat; kalau ia semakin jauh dari teman-temannya maka hampir bisa dipastikan bahwa ia akan berubah menjadi baik.
Rahasia:
Dalam amar ma’ruf sudah terkandung nahy mungkar.
Mutiara Hadis:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي اْلأَمْرِ كُلِّهِ.
Artinya:
Sesungguhnya Allâh menyukai kelembutan dalam segala urusan. (Bukhârî dan Muslim)
إِنَّ الرِّفْقَ لاَيَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ اِلاَّ شَانَهُ.
Artinya:
Sesungguhnya kelembutan tidak akan melekat pada sesuatu kecuali menghiasinya, dan tidak tercabut dari sesuatu kecuali menodainya. (Muslim, Abû Dâwûd dan Ahmad)
إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ اْلأَمْرِ كُلِّهِ.
Artinya:
Sesungguhnya Allâh itu bersifat lemah lembut dan menyukai kelembutan pada semua urusan. (Bukhârî dan Muslim)
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ.
Artinya:
Barang siapa diharamkan (tidak diberi oleh Allâh) sifat lemah lembut, maka ia diharamkan dari kebaikan. (Muslim, Abû Dâwûd, Ibnu Mâjah dan Ahmad)
Di kutip dari: Zawiya Group
B A H A G I A
Dunia-Akhirat
Oleh Husein Anis
Dec 12, 2008
Banyak Dzikir, Banyak Kebaikan Dunia Akhirat
Oleh : Sayyidy al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz BSA
Sabtu, 25-02-2006, di rumah al-Habib Thohir bin Yahya - Semarang. Diterjemahkan : Sayyidy al-Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan
Sayyidy al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz memulai ceramahnya dengan mengucap syukur pd Allah Swt yg telah mengumpulkan kita di perkumpulan yang mulia ini, perkumpulan yang penuh dengan rohmat, keberkahan dari Allah Swt, Allah Jalajaluh telah menentukan perkumpulan ini sebelum menciptakan alam semesta sehingga kita sekalian di malam hari ini berkumpul di perkumpulan yg mulia ini dengan di bawah naungan keridhoan Allah Swt, dengan di bawah naungan rohmat Allah Swt, perkumpulan yang bersambung dengan Nabi Muhammad Saw, perkumpulan di bawah naungan dakwahnya Nabi Muhammad Saw, perkumpulan di bawah ajaran Nabi Muhammad Saw.
Kita berkumpul di malam hari ini, berkumpul berdzikir pada Allah Swt, mendengarkan ilmu yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, mendengarkan mempelajari apa-apa yang telah dibawa oleh Nabi kita Nabi Besar Muhammad Saw, kita berkumpul di malam hari ini mendengarkan ilmu, mendengarkan apa yang diajarkan Rosulullah tidak lain agar kita mengamalkan mempraktekkan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Perkumpulan kita malam hari ini tidak lain adalah karena keberkahan Nabi Muhammad Saw, kalau bukan karena Rosulullah, kalau bukan karena Nabi Besar Nabi Muhammad Saw kita tidak akan pernah mengenal satu sama lain diantara kita, kalau bukan karena baginda besar Rosulullah Saw kita tidak akan pernah hadir di majlis ini, kalau bukan karena baginda besar Rosulullah Saw kita tidak saling mewasiatkan dengan al-haq washobar satu sama lain ayyuhal ihwan, kalau bukan karena baginda besar Nabi besar Muhammad Saw kita tidak akan pernah memiliki perbedaan dengan orang-orang kafir, orang-orang yang telah ditentukan oleh Allah untuk jauh dari Allah Swt, orang-orang yang dilaknat oleh Allah Swt, akan tetapi lihatlah Allah Jalajaluh menentukan kita di dalam qodlo' dan qodar-Nya dijadikan kita sebagai orang-orang beriman di sisi Allah Swt.
Oleh karena itulah ayyuhal ihwan kita ikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, kita ikuti ilmu yang dibawa Nabi Muhammad, yang menyerukan ajaran ini adalah Nabi Muhammad, ajaran yang datang dari Allah Swt, bukan dari pemikiran manusia, bukan dari orang yang sempit pemikirannya akan tetapi ajaran ini, agama ini datang dari Allah Swt dan ketahuilah: Kemuliaan kita, keagungan kita, kehormatan kita adalah dengan mengikuti ilmu Nabi Muhammad, dengan berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad Saw, berpegang teguh pada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, dengan mengikuti jejak yang dibawa Nabi Muhammad Saw.
Perkumpulan kita di malam hari ini tidak lain adalah suatu pertanda dari Allah Swt, pertanda bahwa Alloh menghendaki untuk kita suatu kebaikkan, ini merupakan perkumpulan kita malam hari ini, pertanda bahwa Allah Swt akan mengangkat bala' dari kita sekalian, akan menyucikan hati kita, akan menyinari hati kita dengan cahaya-Nya yang terang benderang, perkumpulan kita di malam hari ini adalah perkumpulan yang penuh keberkahan dari Allah Swt, walaupun terkadang di malam hari ini kita berkumpul agak malam, akan tetapi walaupun kita agak capek sedikit berkumpul di ini malam, akan tetapi ingatlah nikmat yang diberikan Alloh Swt, sudah sepantasnya kita sebagai hamba untuk berjuang di jalan Allah Swt, untuk berkorban demi Allah Swt.
Demi Allah kalau bukan karena hadits, kalau bukan suatu hadits yang diucapkan oleh Rosulullah Saw, cukup hadits yang diucapkan Rosulullah Saw, di dalam hadits Rosulullah Saw bersabda:
"Di mana mereka orang-orang yang saling mencintai karena Aku (dikatakan oleh Allah)?"
Di hari kiamat kelak nanti diserukan suatu seruan yang memanggil mereka yang saling mencintai karena Allah Swt, yang saling menjenguk satu sama lain karena Allah Swt, yang saling berdzikir berkumpul berdzikir karena Allah Swt, mereka kelak akan di naungi oleh Allah Swt di bawah naungan rohmat Allah Swt. Di hari yang menakutkan, hari kiamat, dimana Allah Swt mendekatkan matahari sehingga disebutkan matahari didekatkan oleh Alloh Swt di atas kepala manusia satu mill sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw, sehingga manusia tertimpa suatu kesusahan yang begitu dahsyat, yang begitu menakutkan, mereka di bawah terik matahari yg panas, mereka dibanjiri oleh air keringat mereka sendiri, sehingga Nabi Muhammad Saw menyebutkan tentang hari kiamat yang begitu dahsyat, orang-orang yang dikumpulkan oleh Allah Swt di hari kiamat berdesak-desakan satu sama lainnya, diceritakan telapak kaki di atas seribu telapak kaki di bawahnya.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa mereka dibanjiri oleh keringat mereka, beberapa orang yang keringatnya sampai ke mata kakinya, beberapa lagi yang sampai ke lututnya, beberapa lagi sampai menutupi hidungnya.
Disebutkan di dalam hadits bahwa Nabi Muhammad ketika membawakan hadits tersebut beliau Saw mengisyaratkan ke hidungnya, beberapa orang sampai ditutupi oleh keringat sampai ke hidungnya, beberapa lagi sampai di atasnya, sampai 70 hasta karena tenggelam oleh keringat. Na'udzubillah mindzalik. Hari yang menakutkan, hari dimana Alloh Swt mengumpulkan al-awwalin wal ahirin, dan ketahuilah di hari yg menakutkan tersebut tidak ada yang mampu memberikan pertolongan dan syafa'at melainkan Nabi Muhammad Saw, Nabi yang agung, Nabi yang mulia di sisi Allah Swt.
Di dalam hadits, baginda Nabi besar Muhammad Saw, beliau Saw bersabda:
"Aku adalah orang yang pertama kali memohon syafa'at kepada Allah Swt, dan aku adalah orang yang pertama kali yang diterima syafa'atnya oleh Allah Swt."
Dan ini Nabi Muhammad Saw, lihatlah di dalam hadits ini NabiMuhammad Saw mengajarkan agar kita menjalin hubungan dengan Nabi Muhammad Saw, menjalin hubungan yang erat dengan Rosulullah Saw. Dahulu para shohabat Rosulillahi Saw pernah suatu kali mereka berkumpul, berbicara satu sama lain membahas para Nabi-Nabi Allah, para Anbiya' Allah yang diutus oleh Allah, manusia-manusia yang mulia di sisi Allah Swt, dan inilah perkumpulan mereka para shohabat Rosulillahi Saw, mereka berkumpul mengingat Allah, mereka berkumpul mengingat Nabi Muhammad, mereka berkumpul mengingat orang-orang yang dimuliakan oleh Allah Swt.
Lihat keadaan kaum muslimin sekarang, berbeda dengan keadaan para shohabat Rosulillah, kaum muslimin di jaman kita (mereka) berkumpul mengingat orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, menyebut nama-nama orang yang hina di sisi Allah Swt, sehingga betapa banyak kaum muslimin yang terpengaruh oleh pemikiran barat, pemikiran orang-orang yang tidak pernah sujud kepada Allah Swt. Kewajiban kita kaum muslimin, kewajiban kita sekalian ayyuhal ihwan adalah kita menyuburkan keimanan di dalam hati kita, kita tingkatkan keimanan kita pada Allah Swt, dan sungguh kemuliaan kita, keagungan kita dengan Allah Swt. Allah berfirman di dalam al-Qur'an:
"Kemuliaan, keagungan adalah milik Allah Swt, milik Rosulullah Saw, dan milik mereka yang beriman kepada Allah Swt, adapun mereka orang-orang munafiqin tidak mengetahui kalau kemuliaan adalah milik Allah Swt."
Oleh karena itu ayyuhal ihwan, kita agungkan Allah Swt, kita agungkan mereka mereka orang-orang yang diagungkan oleh Allah Swt, muliakan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah Swt. Kewajiban kita mengagungkan Allah, mengagungkan Rosulullah, mengagungkan para shohabat Rosulillah, mengagungkan para auliya' Allah Swt. Disebutkan ketika pada suatu hari para shohabat Rosulillah Saw berkumpul, mereka menyebutkan tentang keistimewaan para Nabi-Nabi yang terdahulu. Beberapa dari mereka
mengatakan:
'Lihatlah Nabi Ibrohim yang dijadikan oleh Allah sebagai Kholilullah (sebagai kekasih Allah Swt, sebagai orang yang dimuliakan oleh Allah Swt)!"
Maka beberapa shohabat yang lain mengatakan:
'Tapi lihat Nabi Musa yang lebih agung yang dijadikan oleh Allah sebagai Kalimullah, orang yang bicara langsung dengan Allah Swt!"
Beberapa lagi mengatakan:
'Lihat Nabi Isa As yang dijadikan oleh Allah sebagai Ruhullah sebagai Kalimatullah Swt!"
Beberapa lagi mengatakan tentang Nabi Adam yang diciptakan oleh Allah Swt secara langsung. Ketika mereka sedang menyebutkan keistimewaan para Nabi yang terdahulu, datang kepada mereka Nabi Muhammad Saw, ketika Nabi Muhammad datang pada mereka dan mengucapkan salam kepada mereka, Nabi Muhammad mengatakan kepada mereka,
'Wahai para shohabatku, kalian berkumpul pada saat ini menyebutkan tentang keistimewaan para Nabi utusan-utusan Allah Swt, kalian mengatakan bahwa Nabi Ibrohim adalah Kholilullah dan memang demikian Nabi Ibrohim adalah Kholilullah. Dan, kalian menyebutkan bahwa Nabi Musa adalah Kalimullah (orang yang berbicara langsung dengan Allah, yang bermunajat langsung dengan Allah) dan memang demikian adanya Nabi Musa sebagai Kalimullah. Dan demikian pula dengan Nabi Isa, dengan Nabi Adam As adalah orang yang mulia di sisi Allah Swt.'
Kemudian Nabi mengatakan kepada mereka,
'Dan ketahuilah wahai para shohabatku bahwa aku adalah kekasih Allah Swt, aku adalah habibullah, aku adalah kekasih Allah Swt, dan aku orang pertama yang memberikan syafa'at di hari kiamat nanti, dan aku adalah orang yg mulia dari kalangan makhluq yang diciptakan Allah Swt (aku yang mulia diantara mereka), dan aku adalah orang yang pertama yang mengetuk pintu Surga sehingga aku adalah Nabi pertama yang akan memasuki Surga dan bersamaku orang-orang fuqoro' dari orang-orang mukminin (orang-orang yang beriman kepada Allah Swt).'
Lihatlah Nabi Muhammad Saw, bagaimana beliau mengajarkan kita agar kita selalu menguatkan hubungan kita dengan Nabi Muhammad Saw. Allah dan Rosul-Nya lebih pantas kita agungkan, lebih pantas kita puaskan kalau memang kita beriman kepada Allah Swt.
Disebutkan oleh Sayyidina al-Habib Umar bahwa perkumpulan kita ini adalah perkumpulan yang insya Allah membawa keberkahan untuk kita sekalian, kita kelak di hari kiamat akan dibangkitkan oleh Allah Swt di hari yg menakutkan. Mengelompokan diri daripada Allah ke dalam Surga-Nya, dan kelompok akan digiring oleh Allah Swt ke dalam Neraka Na'udzubillah mindzalik. Oleh karena itulah persiapkan diri kita untuk menghadapi hari kiamat yang menakutkan dengan mensucikan hati kita, dengan menghidupkan syari'at Nabi Muhammad Saw, dengan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah Swt, jauhkan segala larangan Allah, jauhkan apa-apa yang diharomkan oleh Allah
Swt. Perbuatan yang diharomkan oleh Allah Swt seperti riba', seperti ucapan-ucapan yang kotor yang tidak diridhoi Allah Swt, tinggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah, melihat hal-hal yang diharomkan oleh Allah, mata kita...jauhkan mata kita dari maksiat yang diharomkan oleh Allah Swt! Agungkan perintah Allah Swt, agungkan apa yang diperintah oleh Allah Swt.
Dan, al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz memberikan wasiat kepada kita sekalian agar menjadikan bagian dari al-Qur'an, kita membaca al-Qur'an setiap harinya, jangan kita tinggalkan al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah Swt. Setiap hari kita baca al-Qur'an, setiap hari kita berdzikir kepada Allah Swt, lihatlah Allah Jalajaluh berfirman di dalam al-Qur'an:
"Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah selalu kepada Allah, berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak."
Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt. Pernah sekali baginda besar Nabi Muhammad Saw ditanya oleh beberapa shohabat,
"Wahai Nabi Muhammad, mereka orang-orang yang berjihad di jalanmu, siapa diantara mereka yang mendapatkan pahala yang paling besar dari Allah Swt?"
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
"Mereka orang-orang yang berjihad yang paling besar mendapatkan pahala dari Allah Swt adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah Swt."
Sehingga beberapa shohabat bertanya lagi kepada Nabi Muhammad,
"Wahai Nabi Muhammad, mereka orang-orang yang mendirikan sholat, siapa diantara mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Allah Swt?"
Maka Nabi Muhammad menjawab sebagaimana jawabannya yang pertama, beliau mengatakan,
"Yang paling banyak mendapatkan pahala dari mereka adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah Swt."
Beberapa shohabat lagi bertanya kepada Nabi Muhammad,
"Wahai Nabi Muhammad, orang yang berzakat, siapa dari mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Allah Swt?"
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
"Adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah Swt."
Shohabat bertanya lagi,
"Mereka ya Rosulullah, mereka yang bersedekah di jalan Alloh, siapa diantara mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Allah?"
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
"Yang paling banyak mendapatkan pahala dari Allah Swt adalah mereka orang-orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah Swt."
Ketika mendengar perkataan tersebut, Sayyidina Abubakar, Sayyidina Umar mengatakan kepada Nabi Muhamamad,
"Orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, mereka kelak memperoleh seluruh kebaikan dunia dan akhirat!"
Maka Nabi Muhammad mengatakan kepada para shohabat-nya,
"Memang demikian, mereka orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, mereka telah memperoleh seluruh kebaikan dunia dan akhirat."
Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir, beliau menyebutkan di dalam beberapa perkataannya beliau memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah Swt, bahwa bagi mereka keamanan dan keselamatan di dunia dan akhirat dari Allah Swt. Bahkan disebutkan di dalam hadits Nabi Muhammad Saw bahwa petir tidak akan menyambar orang-orang yang berdzikir kepada Allah Swt. Di dalam hadits yang lain, disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa seseorang hamba tidak mengerjakan suatu amalan yang mampu menyelamatkannya dari siksa api Neraka yang lebih ampuh daripada dzikir kepada Allah Swt. Ketika beberapa shohabat datang kepada Nabi Muhammad Saw, beberapa shohabat mengadu,
"Ya Rosulullah, syari'at Islam banyak amalannya, aku bingung bagian mana yang harus aku dahulukan? Maka berikan wasiat padaku suatu amalan ya Rosulullah yang aku pegang dengan teguh."
Maka Nabi Muhammad Saw memberikan kepadanya wasiat agar dia banyak berdzikir kepada Allah Swt.
Disebutkan lagi, seorang anak dari kalangan shohabat Rosulillah ditawan oleh orang-orang kafir, maka ayah dan ibu dari anak tersebut mengadu kepada Nabi Muhammad Saw, mengadu bahwa anaknya ditawan oleh orang-orang kafir, maka Nabi Muhamamd Saw memberikan wasiat kepada ayah dan ibu dari anak tersebut agar banyak berdzikir kepada Allah Swt. Dan Nabi Muhammad memberikan suatu dzikir yang berbunyi "Lahawla walaquwata illabillah" agar kedua orang tua tersebut memperbanyak membaca dzikir "Lahawla walaquwata illabillah", maka sang ayah dan sang ibu membaca "Lahawla walaquwata illabillah" dzikir yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad, setiap waktunya dibaca dzikir tersebut.
Dan Allah Swt, ketika anak tersebut sedang ditawan kebetulan para penjaga yang mengawasi anak tersebut sedang ketiduran, maka sang anak ini berhasil menyelamatkan dirinya berkat pertolongan dari Allah Swt, keluar dari penjara! Sehingga dia mendapati orang-orang yang menjaga penjara sedang tertidur maka anak ini kabur, dan di luar melihat onta-onta orang-orang kafir, onta yang dimiliki orang-orang kafir, maka dirampaslah onta-onta tersebut dan dibawa ke kota Madinah. Ketika sampai sang anak, setelah menyelamatkan dirinya dari tawanan orang-orang kafir dengan membawa
harta rampasan dari orang-orang kafir, langsung datang ke rumah ayah dan ibunya. Didapati ayah ibunya sedang memperbanyak dzikir membaca "Lahawla walaquwata illabillah" yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, maka sang anak ini mengetuk pintu rumah orang tuanya. Ketika dibuka, orang tuanya sangat berbahagia melihat anaknya telah diselamatkan oleh Allah Swt dengan berkat dzikir yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena itulah ayyuhal ihwan, kita perbanyak dzikir kepada Allah Swt, berdzikir dengan hati yang hadir, dengan kekhusyukan di dalam hati kita, sehingga disebutkan beberapa orang wanita datang kepada seorang wali min auliya' illah di kota Baghdad, kebetulan wanita ini memohon-mohon kepada wali tersebut agar dituliskan kepadanya, kebetulan salah seorang keluarganya sedang sakit maka ini wanita datang wali min auliya' illah itu agar dituliskan suatu dzikir yang dicelupkan ke dalam air untuk diminum oleh anaknya atau keluarganya yang sedang sakit. Maka sang wali ini meminta kepada sang wanita tersebut untuk gelas untuk dituliskan di dalam gelas tersebut dzikrullah Swt yang nanti akan dituangkan air ke dalamnya untuk diminum oleh keluarganya yang sedang sakit. Baru diambil itu gelas, dan ini syeikh ini wali baru memulai menulis nama Allah, tiba-tiba gelas tersebut pecah karena tidak kuat menanggung nama Allah Swt. Ini wali menulis dengan hati yang hadir, dengan kekhusyukan di dalam hatinya, baru menulis "La illaha illalloh" di dalam gelas, itu gelas langsung itu pecah, maka ini wali mengatakan kepada wanita itu, "Coba bawakan gelas yang lain untuk aku tulis nama Allah didalamnya!"
Dibawakan gelas yang lain, baru mulai menulis itu gelas pecah lagi, dan begitu seterusnya beberapa kali dibawakan gelas dan setiap kali ingin ditulis nama Allah itu gelas langsung pecah, maka sang wali ini mengatakan kepada wanita itu,
"Lebih baik engkau wahai wanita pergi kepada orang sholeh yang lain dan mohon do'a kepadanya, karena hatiku ini selalu hadir kepada Allah Swt, apabila aku berdzikir kepada Allah, hatiku khusyuk kepada Allah sehingga setiap kali aku menulis ini gelas akan pecah dan apabila engkau membawakan aku gelas yang ada di seluruh kota Baghdad, semuanya akan pecah tidak akan mampu menahan nama Allah yang aku akan tuliskan ke dalam gelas tersebut."
Lihatlah bagaimana orang-orang sebelum kita, ketika mereka berdzikir pada
Allah Swt, dan beginilah sepantasnyalah kita berdzikir kepada Allah Swt.
Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, Al-Imam al-Quthb Sayyidina al-Habib Abdullah al-Haddad, beliau ketika berdzikir kepada Allah, beliau berdzikir dalam keadaan khusyuk, bahkan di tiap keadaannya beliau selalu dalam keadaan ingat kepada Alloh Swt, dalam keadaan khusyuk sehingga disebutkan ketika beliau akan sholat, beliau selalu memberikan wasiat para sahabatnya agar apabila beliau pergi sholat agar tidak seorangpun berbicara dengannya. Mengapa? Karena ketika beliau akan pergi ke Mushola untuk sholat, beliau sedang mengumpulkan hatinya untuk mengingat kepada Allah Swt, mengkonsentrasikan hati dan pikirannya untuk mengingat kepada Allah Swt. Disebutkan bahwa al-Habib Abdullah al-Haddad pernah sekali ketika ingin sholat di suatu Mushola atau di suatu Masjid, ketika beliau mengucapkan takbirotul ihrom, tembok yang ada di depannya langsung terbelah karena wibawa nama Allah Swt yang diucapkan al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Dan inilah para auliya' Allah, orang-orang yang sebelum kita ketika mereka berdzikir kepada Allah Swt.
Dan al-Habib Umar di akhir ceramahnya, beliau memberikan do'a kepada kita sekalian, beliau berdo'a dengan do'a yang insya Allah dikabulkan oleh Allah Swt. Beliau menyebutkan ketika beliau berdo'a, beliau mengatakan apabila salah seorang dari kita, bahkan apabila seseroang dari ujung bumi dia berjalan merangkak untuk menghadiri do'a yang dibaca ini maka memang sudah sepantasnya dia berjalan merangkak walaupun dari ujung dunia karena insya Allah do'a kita dikabulkan oleh Allah Swt, dan al-Habib Umar mendo'akan kepada kita sekalian agar majlis kita ini diberikan keberkahan oleh Allah Swt, dan dijadikan majlis kita ini majlis yang bersambung dengan Nabi Muhammad Saw, do'a yang bersambung dengan do'a Nabi Muhammad, majlis yang bersambung dengan majlis Nabi Muhammad Saw.
Ini sedikit yang bisa saya (*) terjemahkan dari apa yang saya (*) fahami dari ceramahnya Sayyidina al-Habib Umar, mudah-mudahan apa yg kita dengar membawa manfaat untuk kita sekalian, wassholollohu ala sayyidina Muhammadin, wa ala alihi washohbihi wassalam, walhamdulillahirrobbil alamin.
dinukilkan dari: majlismajlas
Sabtu, 25-02-2006, di rumah al-Habib Thohir bin Yahya - Semarang. Diterjemahkan : Sayyidy al-Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan
Sayyidy al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz memulai ceramahnya dengan mengucap syukur pd Allah Swt yg telah mengumpulkan kita di perkumpulan yang mulia ini, perkumpulan yang penuh dengan rohmat, keberkahan dari Allah Swt, Allah Jalajaluh telah menentukan perkumpulan ini sebelum menciptakan alam semesta sehingga kita sekalian di malam hari ini berkumpul di perkumpulan yg mulia ini dengan di bawah naungan keridhoan Allah Swt, dengan di bawah naungan rohmat Allah Swt, perkumpulan yang bersambung dengan Nabi Muhammad Saw, perkumpulan di bawah naungan dakwahnya Nabi Muhammad Saw, perkumpulan di bawah ajaran Nabi Muhammad Saw.
Kita berkumpul di malam hari ini, berkumpul berdzikir pada Allah Swt, mendengarkan ilmu yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, mendengarkan mempelajari apa-apa yang telah dibawa oleh Nabi kita Nabi Besar Muhammad Saw, kita berkumpul di malam hari ini mendengarkan ilmu, mendengarkan apa yang diajarkan Rosulullah tidak lain agar kita mengamalkan mempraktekkan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Perkumpulan kita malam hari ini tidak lain adalah karena keberkahan Nabi Muhammad Saw, kalau bukan karena Rosulullah, kalau bukan karena Nabi Besar Nabi Muhammad Saw kita tidak akan pernah mengenal satu sama lain diantara kita, kalau bukan karena baginda besar Rosulullah Saw kita tidak akan pernah hadir di majlis ini, kalau bukan karena baginda besar Rosulullah Saw kita tidak saling mewasiatkan dengan al-haq washobar satu sama lain ayyuhal ihwan, kalau bukan karena baginda besar Nabi besar Muhammad Saw kita tidak akan pernah memiliki perbedaan dengan orang-orang kafir, orang-orang yang telah ditentukan oleh Allah untuk jauh dari Allah Swt, orang-orang yang dilaknat oleh Allah Swt, akan tetapi lihatlah Allah Jalajaluh menentukan kita di dalam qodlo' dan qodar-Nya dijadikan kita sebagai orang-orang beriman di sisi Allah Swt.
Oleh karena itulah ayyuhal ihwan kita ikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, kita ikuti ilmu yang dibawa Nabi Muhammad, yang menyerukan ajaran ini adalah Nabi Muhammad, ajaran yang datang dari Allah Swt, bukan dari pemikiran manusia, bukan dari orang yang sempit pemikirannya akan tetapi ajaran ini, agama ini datang dari Allah Swt dan ketahuilah: Kemuliaan kita, keagungan kita, kehormatan kita adalah dengan mengikuti ilmu Nabi Muhammad, dengan berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad Saw, berpegang teguh pada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, dengan mengikuti jejak yang dibawa Nabi Muhammad Saw.
Perkumpulan kita di malam hari ini tidak lain adalah suatu pertanda dari Allah Swt, pertanda bahwa Alloh menghendaki untuk kita suatu kebaikkan, ini merupakan perkumpulan kita malam hari ini, pertanda bahwa Allah Swt akan mengangkat bala' dari kita sekalian, akan menyucikan hati kita, akan menyinari hati kita dengan cahaya-Nya yang terang benderang, perkumpulan kita di malam hari ini adalah perkumpulan yang penuh keberkahan dari Allah Swt, walaupun terkadang di malam hari ini kita berkumpul agak malam, akan tetapi walaupun kita agak capek sedikit berkumpul di ini malam, akan tetapi ingatlah nikmat yang diberikan Alloh Swt, sudah sepantasnya kita sebagai hamba untuk berjuang di jalan Allah Swt, untuk berkorban demi Allah Swt.
Demi Allah kalau bukan karena hadits, kalau bukan suatu hadits yang diucapkan oleh Rosulullah Saw, cukup hadits yang diucapkan Rosulullah Saw, di dalam hadits Rosulullah Saw bersabda:
"Di mana mereka orang-orang yang saling mencintai karena Aku (dikatakan oleh Allah)?"
Di hari kiamat kelak nanti diserukan suatu seruan yang memanggil mereka yang saling mencintai karena Allah Swt, yang saling menjenguk satu sama lain karena Allah Swt, yang saling berdzikir berkumpul berdzikir karena Allah Swt, mereka kelak akan di naungi oleh Allah Swt di bawah naungan rohmat Allah Swt. Di hari yang menakutkan, hari kiamat, dimana Allah Swt mendekatkan matahari sehingga disebutkan matahari didekatkan oleh Alloh Swt di atas kepala manusia satu mill sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw, sehingga manusia tertimpa suatu kesusahan yang begitu dahsyat, yang begitu menakutkan, mereka di bawah terik matahari yg panas, mereka dibanjiri oleh air keringat mereka sendiri, sehingga Nabi Muhammad Saw menyebutkan tentang hari kiamat yang begitu dahsyat, orang-orang yang dikumpulkan oleh Allah Swt di hari kiamat berdesak-desakan satu sama lainnya, diceritakan telapak kaki di atas seribu telapak kaki di bawahnya.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa mereka dibanjiri oleh keringat mereka, beberapa orang yang keringatnya sampai ke mata kakinya, beberapa lagi yang sampai ke lututnya, beberapa lagi sampai menutupi hidungnya.
Disebutkan di dalam hadits bahwa Nabi Muhammad ketika membawakan hadits tersebut beliau Saw mengisyaratkan ke hidungnya, beberapa orang sampai ditutupi oleh keringat sampai ke hidungnya, beberapa lagi sampai di atasnya, sampai 70 hasta karena tenggelam oleh keringat. Na'udzubillah mindzalik. Hari yang menakutkan, hari dimana Alloh Swt mengumpulkan al-awwalin wal ahirin, dan ketahuilah di hari yg menakutkan tersebut tidak ada yang mampu memberikan pertolongan dan syafa'at melainkan Nabi Muhammad Saw, Nabi yang agung, Nabi yang mulia di sisi Allah Swt.
Di dalam hadits, baginda Nabi besar Muhammad Saw, beliau Saw bersabda:
"Aku adalah orang yang pertama kali memohon syafa'at kepada Allah Swt, dan aku adalah orang yang pertama kali yang diterima syafa'atnya oleh Allah Swt."
Dan ini Nabi Muhammad Saw, lihatlah di dalam hadits ini NabiMuhammad Saw mengajarkan agar kita menjalin hubungan dengan Nabi Muhammad Saw, menjalin hubungan yang erat dengan Rosulullah Saw. Dahulu para shohabat Rosulillahi Saw pernah suatu kali mereka berkumpul, berbicara satu sama lain membahas para Nabi-Nabi Allah, para Anbiya' Allah yang diutus oleh Allah, manusia-manusia yang mulia di sisi Allah Swt, dan inilah perkumpulan mereka para shohabat Rosulillahi Saw, mereka berkumpul mengingat Allah, mereka berkumpul mengingat Nabi Muhammad, mereka berkumpul mengingat orang-orang yang dimuliakan oleh Allah Swt.
Lihat keadaan kaum muslimin sekarang, berbeda dengan keadaan para shohabat Rosulillah, kaum muslimin di jaman kita (mereka) berkumpul mengingat orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, menyebut nama-nama orang yang hina di sisi Allah Swt, sehingga betapa banyak kaum muslimin yang terpengaruh oleh pemikiran barat, pemikiran orang-orang yang tidak pernah sujud kepada Allah Swt. Kewajiban kita kaum muslimin, kewajiban kita sekalian ayyuhal ihwan adalah kita menyuburkan keimanan di dalam hati kita, kita tingkatkan keimanan kita pada Allah Swt, dan sungguh kemuliaan kita, keagungan kita dengan Allah Swt. Allah berfirman di dalam al-Qur'an:
"Kemuliaan, keagungan adalah milik Allah Swt, milik Rosulullah Saw, dan milik mereka yang beriman kepada Allah Swt, adapun mereka orang-orang munafiqin tidak mengetahui kalau kemuliaan adalah milik Allah Swt."
Oleh karena itu ayyuhal ihwan, kita agungkan Allah Swt, kita agungkan mereka mereka orang-orang yang diagungkan oleh Allah Swt, muliakan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah Swt. Kewajiban kita mengagungkan Allah, mengagungkan Rosulullah, mengagungkan para shohabat Rosulillah, mengagungkan para auliya' Allah Swt. Disebutkan ketika pada suatu hari para shohabat Rosulillah Saw berkumpul, mereka menyebutkan tentang keistimewaan para Nabi-Nabi yang terdahulu. Beberapa dari mereka
mengatakan:
'Lihatlah Nabi Ibrohim yang dijadikan oleh Allah sebagai Kholilullah (sebagai kekasih Allah Swt, sebagai orang yang dimuliakan oleh Allah Swt)!"
Maka beberapa shohabat yang lain mengatakan:
'Tapi lihat Nabi Musa yang lebih agung yang dijadikan oleh Allah sebagai Kalimullah, orang yang bicara langsung dengan Allah Swt!"
Beberapa lagi mengatakan:
'Lihat Nabi Isa As yang dijadikan oleh Allah sebagai Ruhullah sebagai Kalimatullah Swt!"
Beberapa lagi mengatakan tentang Nabi Adam yang diciptakan oleh Allah Swt secara langsung. Ketika mereka sedang menyebutkan keistimewaan para Nabi yang terdahulu, datang kepada mereka Nabi Muhammad Saw, ketika Nabi Muhammad datang pada mereka dan mengucapkan salam kepada mereka, Nabi Muhammad mengatakan kepada mereka,
'Wahai para shohabatku, kalian berkumpul pada saat ini menyebutkan tentang keistimewaan para Nabi utusan-utusan Allah Swt, kalian mengatakan bahwa Nabi Ibrohim adalah Kholilullah dan memang demikian Nabi Ibrohim adalah Kholilullah. Dan, kalian menyebutkan bahwa Nabi Musa adalah Kalimullah (orang yang berbicara langsung dengan Allah, yang bermunajat langsung dengan Allah) dan memang demikian adanya Nabi Musa sebagai Kalimullah. Dan demikian pula dengan Nabi Isa, dengan Nabi Adam As adalah orang yang mulia di sisi Allah Swt.'
Kemudian Nabi mengatakan kepada mereka,
'Dan ketahuilah wahai para shohabatku bahwa aku adalah kekasih Allah Swt, aku adalah habibullah, aku adalah kekasih Allah Swt, dan aku orang pertama yang memberikan syafa'at di hari kiamat nanti, dan aku adalah orang yg mulia dari kalangan makhluq yang diciptakan Allah Swt (aku yang mulia diantara mereka), dan aku adalah orang yang pertama yang mengetuk pintu Surga sehingga aku adalah Nabi pertama yang akan memasuki Surga dan bersamaku orang-orang fuqoro' dari orang-orang mukminin (orang-orang yang beriman kepada Allah Swt).'
Lihatlah Nabi Muhammad Saw, bagaimana beliau mengajarkan kita agar kita selalu menguatkan hubungan kita dengan Nabi Muhammad Saw. Allah dan Rosul-Nya lebih pantas kita agungkan, lebih pantas kita puaskan kalau memang kita beriman kepada Allah Swt.
Disebutkan oleh Sayyidina al-Habib Umar bahwa perkumpulan kita ini adalah perkumpulan yang insya Allah membawa keberkahan untuk kita sekalian, kita kelak di hari kiamat akan dibangkitkan oleh Allah Swt di hari yg menakutkan. Mengelompokan diri daripada Allah ke dalam Surga-Nya, dan kelompok akan digiring oleh Allah Swt ke dalam Neraka Na'udzubillah mindzalik. Oleh karena itulah persiapkan diri kita untuk menghadapi hari kiamat yang menakutkan dengan mensucikan hati kita, dengan menghidupkan syari'at Nabi Muhammad Saw, dengan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah Swt, jauhkan segala larangan Allah, jauhkan apa-apa yang diharomkan oleh Allah
Swt. Perbuatan yang diharomkan oleh Allah Swt seperti riba', seperti ucapan-ucapan yang kotor yang tidak diridhoi Allah Swt, tinggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah, melihat hal-hal yang diharomkan oleh Allah, mata kita...jauhkan mata kita dari maksiat yang diharomkan oleh Allah Swt! Agungkan perintah Allah Swt, agungkan apa yang diperintah oleh Allah Swt.
Dan, al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz memberikan wasiat kepada kita sekalian agar menjadikan bagian dari al-Qur'an, kita membaca al-Qur'an setiap harinya, jangan kita tinggalkan al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah Swt. Setiap hari kita baca al-Qur'an, setiap hari kita berdzikir kepada Allah Swt, lihatlah Allah Jalajaluh berfirman di dalam al-Qur'an:
"Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah selalu kepada Allah, berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak."
Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt. Pernah sekali baginda besar Nabi Muhammad Saw ditanya oleh beberapa shohabat,
"Wahai Nabi Muhammad, mereka orang-orang yang berjihad di jalanmu, siapa diantara mereka yang mendapatkan pahala yang paling besar dari Allah Swt?"
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
"Mereka orang-orang yang berjihad yang paling besar mendapatkan pahala dari Allah Swt adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah Swt."
Sehingga beberapa shohabat bertanya lagi kepada Nabi Muhammad,
"Wahai Nabi Muhammad, mereka orang-orang yang mendirikan sholat, siapa diantara mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Allah Swt?"
Maka Nabi Muhammad menjawab sebagaimana jawabannya yang pertama, beliau mengatakan,
"Yang paling banyak mendapatkan pahala dari mereka adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah Swt."
Beberapa shohabat lagi bertanya kepada Nabi Muhammad,
"Wahai Nabi Muhammad, orang yang berzakat, siapa dari mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Allah Swt?"
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
"Adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah Swt."
Shohabat bertanya lagi,
"Mereka ya Rosulullah, mereka yang bersedekah di jalan Alloh, siapa diantara mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Allah?"
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
"Yang paling banyak mendapatkan pahala dari Allah Swt adalah mereka orang-orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah Swt."
Ketika mendengar perkataan tersebut, Sayyidina Abubakar, Sayyidina Umar mengatakan kepada Nabi Muhamamad,
"Orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, mereka kelak memperoleh seluruh kebaikan dunia dan akhirat!"
Maka Nabi Muhammad mengatakan kepada para shohabat-nya,
"Memang demikian, mereka orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, mereka telah memperoleh seluruh kebaikan dunia dan akhirat."
Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir, beliau menyebutkan di dalam beberapa perkataannya beliau memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah Swt, bahwa bagi mereka keamanan dan keselamatan di dunia dan akhirat dari Allah Swt. Bahkan disebutkan di dalam hadits Nabi Muhammad Saw bahwa petir tidak akan menyambar orang-orang yang berdzikir kepada Allah Swt. Di dalam hadits yang lain, disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa seseorang hamba tidak mengerjakan suatu amalan yang mampu menyelamatkannya dari siksa api Neraka yang lebih ampuh daripada dzikir kepada Allah Swt. Ketika beberapa shohabat datang kepada Nabi Muhammad Saw, beberapa shohabat mengadu,
"Ya Rosulullah, syari'at Islam banyak amalannya, aku bingung bagian mana yang harus aku dahulukan? Maka berikan wasiat padaku suatu amalan ya Rosulullah yang aku pegang dengan teguh."
Maka Nabi Muhammad Saw memberikan kepadanya wasiat agar dia banyak berdzikir kepada Allah Swt.
Disebutkan lagi, seorang anak dari kalangan shohabat Rosulillah ditawan oleh orang-orang kafir, maka ayah dan ibu dari anak tersebut mengadu kepada Nabi Muhammad Saw, mengadu bahwa anaknya ditawan oleh orang-orang kafir, maka Nabi Muhamamd Saw memberikan wasiat kepada ayah dan ibu dari anak tersebut agar banyak berdzikir kepada Allah Swt. Dan Nabi Muhammad memberikan suatu dzikir yang berbunyi "Lahawla walaquwata illabillah" agar kedua orang tua tersebut memperbanyak membaca dzikir "Lahawla walaquwata illabillah", maka sang ayah dan sang ibu membaca "Lahawla walaquwata illabillah" dzikir yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad, setiap waktunya dibaca dzikir tersebut.
Dan Allah Swt, ketika anak tersebut sedang ditawan kebetulan para penjaga yang mengawasi anak tersebut sedang ketiduran, maka sang anak ini berhasil menyelamatkan dirinya berkat pertolongan dari Allah Swt, keluar dari penjara! Sehingga dia mendapati orang-orang yang menjaga penjara sedang tertidur maka anak ini kabur, dan di luar melihat onta-onta orang-orang kafir, onta yang dimiliki orang-orang kafir, maka dirampaslah onta-onta tersebut dan dibawa ke kota Madinah. Ketika sampai sang anak, setelah menyelamatkan dirinya dari tawanan orang-orang kafir dengan membawa
harta rampasan dari orang-orang kafir, langsung datang ke rumah ayah dan ibunya. Didapati ayah ibunya sedang memperbanyak dzikir membaca "Lahawla walaquwata illabillah" yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, maka sang anak ini mengetuk pintu rumah orang tuanya. Ketika dibuka, orang tuanya sangat berbahagia melihat anaknya telah diselamatkan oleh Allah Swt dengan berkat dzikir yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena itulah ayyuhal ihwan, kita perbanyak dzikir kepada Allah Swt, berdzikir dengan hati yang hadir, dengan kekhusyukan di dalam hati kita, sehingga disebutkan beberapa orang wanita datang kepada seorang wali min auliya' illah di kota Baghdad, kebetulan wanita ini memohon-mohon kepada wali tersebut agar dituliskan kepadanya, kebetulan salah seorang keluarganya sedang sakit maka ini wanita datang wali min auliya' illah itu agar dituliskan suatu dzikir yang dicelupkan ke dalam air untuk diminum oleh anaknya atau keluarganya yang sedang sakit. Maka sang wali ini meminta kepada sang wanita tersebut untuk gelas untuk dituliskan di dalam gelas tersebut dzikrullah Swt yang nanti akan dituangkan air ke dalamnya untuk diminum oleh keluarganya yang sedang sakit. Baru diambil itu gelas, dan ini syeikh ini wali baru memulai menulis nama Allah, tiba-tiba gelas tersebut pecah karena tidak kuat menanggung nama Allah Swt. Ini wali menulis dengan hati yang hadir, dengan kekhusyukan di dalam hatinya, baru menulis "La illaha illalloh" di dalam gelas, itu gelas langsung itu pecah, maka ini wali mengatakan kepada wanita itu, "Coba bawakan gelas yang lain untuk aku tulis nama Allah didalamnya!"
Dibawakan gelas yang lain, baru mulai menulis itu gelas pecah lagi, dan begitu seterusnya beberapa kali dibawakan gelas dan setiap kali ingin ditulis nama Allah itu gelas langsung pecah, maka sang wali ini mengatakan kepada wanita itu,
"Lebih baik engkau wahai wanita pergi kepada orang sholeh yang lain dan mohon do'a kepadanya, karena hatiku ini selalu hadir kepada Allah Swt, apabila aku berdzikir kepada Allah, hatiku khusyuk kepada Allah sehingga setiap kali aku menulis ini gelas akan pecah dan apabila engkau membawakan aku gelas yang ada di seluruh kota Baghdad, semuanya akan pecah tidak akan mampu menahan nama Allah yang aku akan tuliskan ke dalam gelas tersebut."
Lihatlah bagaimana orang-orang sebelum kita, ketika mereka berdzikir pada
Allah Swt, dan beginilah sepantasnyalah kita berdzikir kepada Allah Swt.
Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, Al-Imam al-Quthb Sayyidina al-Habib Abdullah al-Haddad, beliau ketika berdzikir kepada Allah, beliau berdzikir dalam keadaan khusyuk, bahkan di tiap keadaannya beliau selalu dalam keadaan ingat kepada Alloh Swt, dalam keadaan khusyuk sehingga disebutkan ketika beliau akan sholat, beliau selalu memberikan wasiat para sahabatnya agar apabila beliau pergi sholat agar tidak seorangpun berbicara dengannya. Mengapa? Karena ketika beliau akan pergi ke Mushola untuk sholat, beliau sedang mengumpulkan hatinya untuk mengingat kepada Allah Swt, mengkonsentrasikan hati dan pikirannya untuk mengingat kepada Allah Swt. Disebutkan bahwa al-Habib Abdullah al-Haddad pernah sekali ketika ingin sholat di suatu Mushola atau di suatu Masjid, ketika beliau mengucapkan takbirotul ihrom, tembok yang ada di depannya langsung terbelah karena wibawa nama Allah Swt yang diucapkan al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Dan inilah para auliya' Allah, orang-orang yang sebelum kita ketika mereka berdzikir kepada Allah Swt.
Dan al-Habib Umar di akhir ceramahnya, beliau memberikan do'a kepada kita sekalian, beliau berdo'a dengan do'a yang insya Allah dikabulkan oleh Allah Swt. Beliau menyebutkan ketika beliau berdo'a, beliau mengatakan apabila salah seorang dari kita, bahkan apabila seseroang dari ujung bumi dia berjalan merangkak untuk menghadiri do'a yang dibaca ini maka memang sudah sepantasnya dia berjalan merangkak walaupun dari ujung dunia karena insya Allah do'a kita dikabulkan oleh Allah Swt, dan al-Habib Umar mendo'akan kepada kita sekalian agar majlis kita ini diberikan keberkahan oleh Allah Swt, dan dijadikan majlis kita ini majlis yang bersambung dengan Nabi Muhammad Saw, do'a yang bersambung dengan do'a Nabi Muhammad, majlis yang bersambung dengan majlis Nabi Muhammad Saw.
Ini sedikit yang bisa saya (*) terjemahkan dari apa yang saya (*) fahami dari ceramahnya Sayyidina al-Habib Umar, mudah-mudahan apa yg kita dengar membawa manfaat untuk kita sekalian, wassholollohu ala sayyidina Muhammadin, wa ala alihi washohbihi wassalam, walhamdulillahirrobbil alamin.
dinukilkan dari: majlismajlas
Dec 11, 2008
Fadilah Ratib Alhabib Umar bin Abdurrahman Alattas
Kita tentu tidak asing lagi dengan Raatib Al athos yang selalu di baca baik itu di majlis-majlis ta’lim maupun di amalkan secara individu. Rotib AL athos adalah susunan dzikir yang disusun oleh Habib Umar bin Abdurrahman Alathos. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Hadro maut Yaman pada tahun 992 H atau 1572 M Di kota Isnat. Ayah beliau bernama Al habib Abdurrahman bin aqil dan Ibunya bernama syarifah Muznah binti Muhammad Al jufri. Karamah kewalian Habib Umar bin abdurrahman Al athos sudah nampak sejak beliau dalam kandungan ibunya ,janin tersebut bersin dan tentu ini adalah sesuatu diluar kebiasaan manusia pada umumnya dan hingga beliau mendapat gelar “Al athos { orang yang bersin }. Sejak kecil beliau sudah mengalami kebutaan namun tidak mengurangi semangat beliau dalam menuntut ilmu. Beliau belajar dari ayahnya dan ulama-ulama setempat lainnya seperti Syeck Umar bin isa,Syeck abu bakar bin salim dan Habib Husein bin syech abubakar bin salim.beliu juga membuka taklim dengan mengajarkan ilmu agama. Dakwahnya pun menyebar ke segenap penjuru Hadramaut.
Belakangan ia dikenal sebagai seorang sufi yang banyak menguasai ilmu lahir dan batin, pengayom anak yatim piatu, janda, dan fakir miskin. Siang mengajar, malamnya ia gunakan untuk melakukan riyadhah, beribadah, bermunajat kepada Allah SWT, dan sangat jarang tidur.
Sebagai ulama besar dan sufi, Habib Umar dikenal dengan beberapa karamahnya.. Ia sangat termasyhur, bahkan sampai ke negari Cina. Suatu hari, salah seorang anak Habib Abdurrahman melawat ke Cina. Di sana ia bertemu seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak mengenalnya.
”Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa?” tanyanya.
”Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya. Habib Umar sering datang ke negeri kami dan ia sangat terkenal di negeri ini,” jawab sufi tersebut. Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar telah berdakwah sampai ke sana.
Syekh Muhammad Baqais, salah seorang muridnya, bercerita, ”Satu kali Habib Umar mendamaikan beberapa suku yang berperang sampai berkali-kali. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan tanggapan baik. Karena itu beliau pun melemparkan biji tasbihnya kepada mereka. Dengan izin Allah biji tasbih itu menjadi ular. Barulah mereka sadar dan mohon maaf.”
Nama Habib Umar tak bisa dipisahkan dari karya agung yang diberinya judul ‘Azizul Manal wa Fathu Babil Wishal, alias “Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan” – yang di belakang hari sangat terkenal sebagai Ratib Al-Atthas. Habib Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam ratib itu.”
Melindungi Kota
Menurut Habib Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ratib Al-Aththas lebih tua dibanding Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad disusun pada 1071 H/1651 M oleh Habib Abdullah Al-Haddad, atau sekitar 350 tahun lalu, sedang Ratib Al-Atthas disusun jauh sebelumnya. Ada beberapa wirid atau doa yang tidak ada dalam Ratib Al-Atthas tapi terdapat dalam Ratib Al-Haddad, demikian pula sebaliknya. Namun, seperti ratib-ratib yang lain, keduanya tetap mengacu pada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ratib Al-Atthas biasa dibaca usai salat Magrib, tapi boleh juga dibaca setiap pagi, siang, atau tengah malam. Bisa dibaca sendiri atau secara berjemaah. Manfaat ratib ini sangat besar. Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan, dengan membaca Ratib Al-Atthas atau Ratib Al-Haddad setiap malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat tinggal kita, menganugerahkan kesehatan, dan mengucurkan rezeki-Nya kepada segenap penduduk.
Dalam keadaan sangat khusus dan mendesak, ratib tersebut bisa dibaca tujuh hingga 41 kali berturut-turut. Pendapat ini mengacu pada beberapa hadis Rasulullah SAW tentang manfaat istigfar dan doa-doa lainnya. Sebab, dalam ratib-ratib tersebut antara lain terdapat selawat, tahlil, tasbih, tahmid, dan istigfar.
Begitu hebat fadilah atau keutamaan ratib-ratib itu, hingga Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al-Atthas menyatakan bahwa mereka yang mengamalkan ratib tersebut tidak akan terluka jika pada suatu hari terpatuk ular. “Orang yang biasa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti,” katanya.
Betapa hormat para ulama kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Tergambar ketika suatu hari seorang ulama, Syekh Salim bin Ali, mengunjungi Imam Masjidilharam, Habib Muhammad bin Alwi Assegaf, dan menyampaikan salam dari Habib Umar. Seketika itu juga Habib Muhammad pun menundukan kepala sejenak, lalu katanya, ”Layaklah setiap orang menundukkan kepala kepada Habib Umar. Demi Allah, saya mendengar suara gemuruh di langit untuk menghormati beliau. Sementara di bawah langit ini tidak ada orang lebih utama daripada beliau.”
Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H/1652 M, dan jenazahnya dimakamkan di Desa Nafhun dekat Huraidhoh Hadromaut yaman.
Belakangan ia dikenal sebagai seorang sufi yang banyak menguasai ilmu lahir dan batin, pengayom anak yatim piatu, janda, dan fakir miskin. Siang mengajar, malamnya ia gunakan untuk melakukan riyadhah, beribadah, bermunajat kepada Allah SWT, dan sangat jarang tidur.
Sebagai ulama besar dan sufi, Habib Umar dikenal dengan beberapa karamahnya.. Ia sangat termasyhur, bahkan sampai ke negari Cina. Suatu hari, salah seorang anak Habib Abdurrahman melawat ke Cina. Di sana ia bertemu seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak mengenalnya.
”Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa?” tanyanya.
”Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya. Habib Umar sering datang ke negeri kami dan ia sangat terkenal di negeri ini,” jawab sufi tersebut. Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar telah berdakwah sampai ke sana.
Syekh Muhammad Baqais, salah seorang muridnya, bercerita, ”Satu kali Habib Umar mendamaikan beberapa suku yang berperang sampai berkali-kali. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan tanggapan baik. Karena itu beliau pun melemparkan biji tasbihnya kepada mereka. Dengan izin Allah biji tasbih itu menjadi ular. Barulah mereka sadar dan mohon maaf.”
Nama Habib Umar tak bisa dipisahkan dari karya agung yang diberinya judul ‘Azizul Manal wa Fathu Babil Wishal, alias “Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan” – yang di belakang hari sangat terkenal sebagai Ratib Al-Atthas. Habib Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam ratib itu.”
Melindungi Kota
Menurut Habib Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ratib Al-Aththas lebih tua dibanding Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad disusun pada 1071 H/1651 M oleh Habib Abdullah Al-Haddad, atau sekitar 350 tahun lalu, sedang Ratib Al-Atthas disusun jauh sebelumnya. Ada beberapa wirid atau doa yang tidak ada dalam Ratib Al-Atthas tapi terdapat dalam Ratib Al-Haddad, demikian pula sebaliknya. Namun, seperti ratib-ratib yang lain, keduanya tetap mengacu pada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ratib Al-Atthas biasa dibaca usai salat Magrib, tapi boleh juga dibaca setiap pagi, siang, atau tengah malam. Bisa dibaca sendiri atau secara berjemaah. Manfaat ratib ini sangat besar. Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan, dengan membaca Ratib Al-Atthas atau Ratib Al-Haddad setiap malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat tinggal kita, menganugerahkan kesehatan, dan mengucurkan rezeki-Nya kepada segenap penduduk.
Dalam keadaan sangat khusus dan mendesak, ratib tersebut bisa dibaca tujuh hingga 41 kali berturut-turut. Pendapat ini mengacu pada beberapa hadis Rasulullah SAW tentang manfaat istigfar dan doa-doa lainnya. Sebab, dalam ratib-ratib tersebut antara lain terdapat selawat, tahlil, tasbih, tahmid, dan istigfar.
Begitu hebat fadilah atau keutamaan ratib-ratib itu, hingga Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al-Atthas menyatakan bahwa mereka yang mengamalkan ratib tersebut tidak akan terluka jika pada suatu hari terpatuk ular. “Orang yang biasa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti,” katanya.
Betapa hormat para ulama kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Tergambar ketika suatu hari seorang ulama, Syekh Salim bin Ali, mengunjungi Imam Masjidilharam, Habib Muhammad bin Alwi Assegaf, dan menyampaikan salam dari Habib Umar. Seketika itu juga Habib Muhammad pun menundukan kepala sejenak, lalu katanya, ”Layaklah setiap orang menundukkan kepala kepada Habib Umar. Demi Allah, saya mendengar suara gemuruh di langit untuk menghormati beliau. Sementara di bawah langit ini tidak ada orang lebih utama daripada beliau.”
Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H/1652 M, dan jenazahnya dimakamkan di Desa Nafhun dekat Huraidhoh Hadromaut yaman.
Dec 5, 2008
Keutamaan Ahlul Bait Nabi Saw
Diambil dari rubrik Istifta', majalah bulanan Cahaya Nabawiy (CN) - Pasuruan, Jawa Timur.
Tanya :
Tolong terangkan keutamaan Habaib daripada yang lain, sebutkan dalil dan Hadits-nya?(Moch. Yasir, PP az-Zahrul Muhibbin, Kusambi-Kalsel)
Jawab :
Ketika al-Imam Syafi'i dituduh termasuk pengikutgolongan Rofidloh (Syi'ah), karena beliau mencintai dan menghormati Ahlu Bait, beliau menjawab dengan syair yang artinya : "Jika yang dimaksud dengan golongan Rafidloh hanya semata-mata mereka yang mencintai Ahlu Bait, maka saksikanlah wahai bumi dan langit, bahwa aku adalah termasuk dari golongan Rofidloh."
Ada banyak sekali dalil Hadits yang menyatakan keutamaan Ahlu Bait, bahkan al-Imam as-Suyuthi menulis sebuah kitab yang khusus memuat beberapa Hadits yang menunjukkan keutamaan Ahlu Bait.
Berikut saya kutib beberapa Hadits.
"Perumpamaan ahli bait-ku, seperti perahu Nabi Nuh. Barang siapa yang berada di atasnya ia akan selamat, dan yang meninggalkannya akan tenggelam."
(H.R. Thabrani)
"Aku meninggalkan kalian yang apabila kalian pegang teguh tidak akan tersesat. Kitab Allah, dan keturunanku."
(H.R. Turmudzi)
"Umatku yang pertama kali aku beri pertolongan (Syafa'at) kelak di hari Kiamat, adalah yang mencintai Ahli bait-ku."
(H.R. al-Dailami)
"Didiklah anak-anak kalian atas tiga hal. Mencintai Nabi kalian. Mencintai Ahli bait-ku. Membaca al-Qur'an.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardaweih, dan at-Thabrani dalam kitab tafsir-nya)
Ketika turun ayat:
"Katakanlah wahai Muhammad, Aku tidak meminta balasan apapun dari kalian kecuali mencintai kerabat."
Kemudian Ibnu Abbas ra bertanya pada Rasulullah:
Wahai Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan kerabat yang wajib kami cintai? Rasulullah SAW menjawab: Ali, Fatimah, dan anak keturunannya.
Demikian sebagian dalil-dalil dari Hadits Rasulullah SAW yang secara jelas menyatakan keutamaan Ahlu Bait. Bagaimana tidak, di dalam jasad mereka mengalir darah yang bersambung kepada makhluk yang paling utama, kekasih Allah, Rasulullah SAW.
Untuk lebih jelasnya lagi, saya persilahkan anda untuk membaca sendiri kitabnya al-Imam as-Suyuthi yang berjudul Ihya' al-Mayt fi Fadlo'il Ahli al-Bait, yang memuat 60 Hadits tentang keutamaan Ahlu Bait.
Semoga penjelasan ini, menjadikan anda dan kita semua ditakdirkan sebagai pecinta Rasulullah SAW dan para keturunannya, sehingga kelak akan mendapat Syafa'at dari Rasulullah SAW, sebagaimana yang Beliau SAW janjikan. Amin.
(Ustadz Muhibbul Aman)
Tanya :
Tolong terangkan keutamaan Habaib daripada yang lain, sebutkan dalil dan Hadits-nya?(Moch. Yasir, PP az-Zahrul Muhibbin, Kusambi-Kalsel)
Jawab :
Ketika al-Imam Syafi'i dituduh termasuk pengikutgolongan Rofidloh (Syi'ah), karena beliau mencintai dan menghormati Ahlu Bait, beliau menjawab dengan syair yang artinya : "Jika yang dimaksud dengan golongan Rafidloh hanya semata-mata mereka yang mencintai Ahlu Bait, maka saksikanlah wahai bumi dan langit, bahwa aku adalah termasuk dari golongan Rofidloh."
Ada banyak sekali dalil Hadits yang menyatakan keutamaan Ahlu Bait, bahkan al-Imam as-Suyuthi menulis sebuah kitab yang khusus memuat beberapa Hadits yang menunjukkan keutamaan Ahlu Bait.
Berikut saya kutib beberapa Hadits.
"Perumpamaan ahli bait-ku, seperti perahu Nabi Nuh. Barang siapa yang berada di atasnya ia akan selamat, dan yang meninggalkannya akan tenggelam."
(H.R. Thabrani)
"Aku meninggalkan kalian yang apabila kalian pegang teguh tidak akan tersesat. Kitab Allah, dan keturunanku."
(H.R. Turmudzi)
"Umatku yang pertama kali aku beri pertolongan (Syafa'at) kelak di hari Kiamat, adalah yang mencintai Ahli bait-ku."
(H.R. al-Dailami)
"Didiklah anak-anak kalian atas tiga hal. Mencintai Nabi kalian. Mencintai Ahli bait-ku. Membaca al-Qur'an.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardaweih, dan at-Thabrani dalam kitab tafsir-nya)
Ketika turun ayat:
"Katakanlah wahai Muhammad, Aku tidak meminta balasan apapun dari kalian kecuali mencintai kerabat."
Kemudian Ibnu Abbas ra bertanya pada Rasulullah:
Wahai Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan kerabat yang wajib kami cintai? Rasulullah SAW menjawab: Ali, Fatimah, dan anak keturunannya.
Demikian sebagian dalil-dalil dari Hadits Rasulullah SAW yang secara jelas menyatakan keutamaan Ahlu Bait. Bagaimana tidak, di dalam jasad mereka mengalir darah yang bersambung kepada makhluk yang paling utama, kekasih Allah, Rasulullah SAW.
Untuk lebih jelasnya lagi, saya persilahkan anda untuk membaca sendiri kitabnya al-Imam as-Suyuthi yang berjudul Ihya' al-Mayt fi Fadlo'il Ahli al-Bait, yang memuat 60 Hadits tentang keutamaan Ahlu Bait.
Semoga penjelasan ini, menjadikan anda dan kita semua ditakdirkan sebagai pecinta Rasulullah SAW dan para keturunannya, sehingga kelak akan mendapat Syafa'at dari Rasulullah SAW, sebagaimana yang Beliau SAW janjikan. Amin.
(Ustadz Muhibbul Aman)
Dec 4, 2008
Hati yang Hadir
Perhatikan orang-orang yang mengikuti majlis pembacaan maulid, ada yang menangis di awal acara, ada yang menangis ketika sampai di tengah acara, ada yang menangis di akhir acara dan bahkan ada yang tidak menangis sama sekali!
Kenapa? Bukankah tidak ada diantara mereka yang mengalami hidup sejaman dengan Rosulullah Muhammad Saw? Kenapa mereka menangis?
Karena hati mereka sudah tersambung kepada Rosulullah Muhammad Saw, hati mereka hadir menyeluruh ketika berada di majlis. Ketika hati sudah hadir maka mereka akan mendapatkan diri mereka dekat dengan yang mereka cintai, kalau yang mereka cintai adalah Rosulullah Muhammad Saw maka mereka hadir bersama Rosulullah Muhammad Saw. Dalam kehadiran itu mereka akan merasakan suasana yang menakjubkan sehingga membuat mereka meneteskan air mata karena mengingat bahwa betapa agungnya akhlaq Nabi Muhammad Saw. Mereka menangis karena betapa mereka merasakan bahwa mereka kerap kali lupa mendekatkan diri kepada Allah Swt, mereka ingat pada Allah Swt sewaktu masih berada di dalam majlis saja, begitu keluar dari majlis mereka segera lupa.
Ada pula yang tidak menangis, kenapa? Bisa jadi karena hatinya tidak hadir penuh. Hati tidak hadir sering kali disebabkan kurang dipersiapkan di awal atau terlalu banyak tertawa. Tertawa boleh tapi terlalu banyak adalah kurang baik. Tapi bukan berarti kita harus menangis tiap kali ada di dalam majlis maulid, bukan! Menangis atau tidak itu menyesuaikan suasana. Terkadang justru ada yang merasa sangat bahagia dan gembira berada dalam majlis maulid, bahagia mengingat Rosulullah Muhammad Saw, bahagia berada di majlis yang di dalamnya ada usaha mengingat Allah Swt dan Rosulullah Muhammad Saw, bahagia berada diantara orang-orang yang senang hal-hal yang baik.
Dikatakan oleh Alhabib Ali bin Muhammad Alhabsyi dalam kitab Simthud Durror bahwa Allah Swt berkenan melipat-gandakan manfaatnya bagi si pembaca ataupun bagi pendengarnya, sehingga keduanya akan memasuki pintu syafa'at.
Lakukan apa yang kita bisa lakukan, bagi yang bisa membaca ya bacalah dengan sepenuh hati, bagi yang bisa mendengarkan saja ya dengarkanlah dengan baik agar tertanam dalam hati. Allah Swt tidak memandang banyaknya tapi kualitasnya. Banyak tapi berkualitas adalah jauh lebih baik.
Oleh : Alhabib Alwiy bin Abdullah Alhasni
(Disampaikan dalam majlis rotib Alhaddad dan maulid Simthud Durror di Mushola Attaqwa - Sendang Guwo, Semarang tanggal 23 November 2008)
dikutip dari: http://majlismajlas.blogspot.com
Kenapa? Bukankah tidak ada diantara mereka yang mengalami hidup sejaman dengan Rosulullah Muhammad Saw? Kenapa mereka menangis?
Karena hati mereka sudah tersambung kepada Rosulullah Muhammad Saw, hati mereka hadir menyeluruh ketika berada di majlis. Ketika hati sudah hadir maka mereka akan mendapatkan diri mereka dekat dengan yang mereka cintai, kalau yang mereka cintai adalah Rosulullah Muhammad Saw maka mereka hadir bersama Rosulullah Muhammad Saw. Dalam kehadiran itu mereka akan merasakan suasana yang menakjubkan sehingga membuat mereka meneteskan air mata karena mengingat bahwa betapa agungnya akhlaq Nabi Muhammad Saw. Mereka menangis karena betapa mereka merasakan bahwa mereka kerap kali lupa mendekatkan diri kepada Allah Swt, mereka ingat pada Allah Swt sewaktu masih berada di dalam majlis saja, begitu keluar dari majlis mereka segera lupa.
Ada pula yang tidak menangis, kenapa? Bisa jadi karena hatinya tidak hadir penuh. Hati tidak hadir sering kali disebabkan kurang dipersiapkan di awal atau terlalu banyak tertawa. Tertawa boleh tapi terlalu banyak adalah kurang baik. Tapi bukan berarti kita harus menangis tiap kali ada di dalam majlis maulid, bukan! Menangis atau tidak itu menyesuaikan suasana. Terkadang justru ada yang merasa sangat bahagia dan gembira berada dalam majlis maulid, bahagia mengingat Rosulullah Muhammad Saw, bahagia berada di majlis yang di dalamnya ada usaha mengingat Allah Swt dan Rosulullah Muhammad Saw, bahagia berada diantara orang-orang yang senang hal-hal yang baik.
Dikatakan oleh Alhabib Ali bin Muhammad Alhabsyi dalam kitab Simthud Durror bahwa Allah Swt berkenan melipat-gandakan manfaatnya bagi si pembaca ataupun bagi pendengarnya, sehingga keduanya akan memasuki pintu syafa'at.
Lakukan apa yang kita bisa lakukan, bagi yang bisa membaca ya bacalah dengan sepenuh hati, bagi yang bisa mendengarkan saja ya dengarkanlah dengan baik agar tertanam dalam hati. Allah Swt tidak memandang banyaknya tapi kualitasnya. Banyak tapi berkualitas adalah jauh lebih baik.
Oleh : Alhabib Alwiy bin Abdullah Alhasni
(Disampaikan dalam majlis rotib Alhaddad dan maulid Simthud Durror di Mushola Attaqwa - Sendang Guwo, Semarang tanggal 23 November 2008)
dikutip dari: http://majlismajlas.blogspot.com
Dec 3, 2008
Wudhu dan Sholat
Allah Swt memberikan pemahaman dalam hal agama bahwa sholat adalah tiang agama. Sholat adalah sangat penting kedudukannya bagi umat Islam, ibarat kepala terhadap badan kita. Tanpa kepala maka badan tidak bisa hidup, maka begitulah sholat yang tanpa sholat maka segala kegiatan kita tidak akan sempurna.
Jika tanpa sholat, atau apapun istilahnya, maka tidak bisa disebut agama. Semua keyakinan mempunyai ritual khusus untuk mengingat-Nya dengan macam gerakan dan makna yang berbeda antara satu keyakinan dengan keyakinan yang lainnya.
Nabi Muhammad Saw bersabda bahwa orang Islam yang tidak sholat maka sebenarnya dia belumlah Islam secara keseluruhan. Sholat memang berarti mengingat, tapi apakah cukup mengingat Allah Swt saja tanpa sholat? Tidak! Sholatlah dengan dhohir dan batin kita mengingat Allah Swt. Nabi Muhammad Saw saja sholat, maka kita yang mengaku umat beliau Saw juga seharusnyalah sholat seperti sholat Nabi Muhammad Saw yaitu dengan khusyu', khudzur, ikhlas, paham bacaan sholat dan paham makna gerakan sholat dsb.
Kita harus menjaga sungguh-sungguh sholat kita dengan ta'dzim kepada Allah Swt yaitu dengan menjaga waktu dan syarat serta rukun sholat dan semua hal yang berhubungan dengan sholat, yaitu seperti halnya wudhu, najis, air dsb.
Sholat diwajibkan untuk semua usia dengan segala keadaannya. Jagalah sholat pertengahan, sholat wustho, sebagian besar ulama mengatakan bahwa sholat wustho adalah sholat dhuhur yaitu sholat yang pertama dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Sholat ini sering kali berat dilakukan karena berada dalam saat-saat kerja, sedang asyik kerja sehingga sering kali menimbulkan rasa malas di diri kita, karena itu kita harus menjaga sholat ini benar-benar.
Sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar asal dilakukan dengan tidak buru-buru, dilakukan dengan senyaman mungkin, memperhatikan syarat dan rukun sholat dsb. Sholat tidak sempurna jika wudhu dilakukan dengan tidak sempurna.
Yang wajib dalam wudhu adalah :
1. Niat (dilakukan ketika membasuh wajah yaitu niat dalam hati dan jika diucapkan maka insya Allah akan bertambah baik lagi),
2. Membasuh wajah (mulai dari empat jari di atas alis hingga satu jari di bawah dagu dan batas samping adalah bagian kecil yang menonjol di depan telinga),
3. Membasuh tangan (mulai dari ujung jari hingga dua jari di atas siku),
4. Membasuh kepala (mulai dari batas wajah paling atas hingga semua rambut, sedikitnya tiga helai rambut cukup),
5. Membasuh kaki (mulai ujung jari-jari kaki hingga 2 jari di atas mata kaki),
6. Tertib (urut mulai dari niat hingga nomer lima di atas)
Kenapa wudhu diwajibkan untuk dilakukan pada empat tempat tertentu di badan kita yaitu wajah, tangan, kepala dan kaki? Karena pada tempat-tempat itu sering kita gunakan untuk bermaksiat kepada Allah Swt, bukankah awal perbuatan maksiat sering kali dimulai ketika mata memandang sesuatu yang buruk? Ketika mata memandang, nafsu pun berperan, lalu tangan, kepala, telinga dan kaki mengikuti sehingga semuanya berperan dalam perbuatan tersebut. Kalau perbuatan tersebut baik maka baiklah semuanya, kalau perbuatan itu buruk maka buruklah semuanya. Oleh sebab itu basuhlah dengan air wudhu, apa cukup dengan membasuh saja? Tidak! Setelah itu lakukan berbagai macam kebaikan demi mengingat Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw.
Selain itu tempat-tempat yang dibasuh air saat wudhu itu mudah capek dan air wudhu akan menghilangkan rasa capek tersebut sehingga kita akan segar lagi. Ketika badan sudah segar kembali, insya Allah kita akan mudah untuk berbuat berbagai macam kebaikan.
Oleh : Alhabib Shodiq bin Abubakar Baharun
(Disampaikan dalam majlis Madadun Nabawiy di Masjid Alhikmah - Gemah, Semarang hari Sabtu tanggal 22 November 2008)
dikutip dari : http://majlismajlas.blogspot.com
Jika tanpa sholat, atau apapun istilahnya, maka tidak bisa disebut agama. Semua keyakinan mempunyai ritual khusus untuk mengingat-Nya dengan macam gerakan dan makna yang berbeda antara satu keyakinan dengan keyakinan yang lainnya.
Nabi Muhammad Saw bersabda bahwa orang Islam yang tidak sholat maka sebenarnya dia belumlah Islam secara keseluruhan. Sholat memang berarti mengingat, tapi apakah cukup mengingat Allah Swt saja tanpa sholat? Tidak! Sholatlah dengan dhohir dan batin kita mengingat Allah Swt. Nabi Muhammad Saw saja sholat, maka kita yang mengaku umat beliau Saw juga seharusnyalah sholat seperti sholat Nabi Muhammad Saw yaitu dengan khusyu', khudzur, ikhlas, paham bacaan sholat dan paham makna gerakan sholat dsb.
Kita harus menjaga sungguh-sungguh sholat kita dengan ta'dzim kepada Allah Swt yaitu dengan menjaga waktu dan syarat serta rukun sholat dan semua hal yang berhubungan dengan sholat, yaitu seperti halnya wudhu, najis, air dsb.
Sholat diwajibkan untuk semua usia dengan segala keadaannya. Jagalah sholat pertengahan, sholat wustho, sebagian besar ulama mengatakan bahwa sholat wustho adalah sholat dhuhur yaitu sholat yang pertama dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Sholat ini sering kali berat dilakukan karena berada dalam saat-saat kerja, sedang asyik kerja sehingga sering kali menimbulkan rasa malas di diri kita, karena itu kita harus menjaga sholat ini benar-benar.
Sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar asal dilakukan dengan tidak buru-buru, dilakukan dengan senyaman mungkin, memperhatikan syarat dan rukun sholat dsb. Sholat tidak sempurna jika wudhu dilakukan dengan tidak sempurna.
Yang wajib dalam wudhu adalah :
1. Niat (dilakukan ketika membasuh wajah yaitu niat dalam hati dan jika diucapkan maka insya Allah akan bertambah baik lagi),
2. Membasuh wajah (mulai dari empat jari di atas alis hingga satu jari di bawah dagu dan batas samping adalah bagian kecil yang menonjol di depan telinga),
3. Membasuh tangan (mulai dari ujung jari hingga dua jari di atas siku),
4. Membasuh kepala (mulai dari batas wajah paling atas hingga semua rambut, sedikitnya tiga helai rambut cukup),
5. Membasuh kaki (mulai ujung jari-jari kaki hingga 2 jari di atas mata kaki),
6. Tertib (urut mulai dari niat hingga nomer lima di atas)
Kenapa wudhu diwajibkan untuk dilakukan pada empat tempat tertentu di badan kita yaitu wajah, tangan, kepala dan kaki? Karena pada tempat-tempat itu sering kita gunakan untuk bermaksiat kepada Allah Swt, bukankah awal perbuatan maksiat sering kali dimulai ketika mata memandang sesuatu yang buruk? Ketika mata memandang, nafsu pun berperan, lalu tangan, kepala, telinga dan kaki mengikuti sehingga semuanya berperan dalam perbuatan tersebut. Kalau perbuatan tersebut baik maka baiklah semuanya, kalau perbuatan itu buruk maka buruklah semuanya. Oleh sebab itu basuhlah dengan air wudhu, apa cukup dengan membasuh saja? Tidak! Setelah itu lakukan berbagai macam kebaikan demi mengingat Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw.
Selain itu tempat-tempat yang dibasuh air saat wudhu itu mudah capek dan air wudhu akan menghilangkan rasa capek tersebut sehingga kita akan segar lagi. Ketika badan sudah segar kembali, insya Allah kita akan mudah untuk berbuat berbagai macam kebaikan.
Oleh : Alhabib Shodiq bin Abubakar Baharun
(Disampaikan dalam majlis Madadun Nabawiy di Masjid Alhikmah - Gemah, Semarang hari Sabtu tanggal 22 November 2008)
dikutip dari : http://majlismajlas.blogspot.com
Dec 2, 2008
Belajar dari Alam
(Begitulah) ciptaan Allah yang membuat dengan sebaik-baiknya segala sesuatu. (QS 27:88)
Sebenarnya banyak sekali hal menarik di lingkungan kita yang bisa kita ambil sebagai pelajaran.
Satu
Perhatikanlah bagaimana Allah mengatur jagad raya ini. Semua serba teratur. Perhatikan bagaimana planet-planet selalu berada dalam orbitnya. Kalau bumi lepas dari orbitnya, misalnya lebih mendekati matahari sedikit saja maka terbakarlah semua yang di bumi, kalau menjauh dari matahari sedikit saja maka akan membekulah seluruh isi bumi. Perhatikanlah pergantian siang dan malam, perpindahan musim hujan dan kemarau, aneka ragam buah buahan yang selalu tumbuh pada musimnya. Semuanya serba teratur, seimbang, serasi dan penuh perhitungan.
Kenyataan ini mengajarkan kepada kita untuk menyempurnakan karya-karya kita, merencanakan kegiatan-kegiatan kita dengan baik, dan memenej kehidupan kita dengan seimbang dan serasi.
Dua
Perhatikanlah bahwa langit yang biru selalu dihiasi awan yang berwarna indah dengan bentuk unik dan tidak pernah sama. Kadang-kadang awan itu menjadi gelap dan menyeramkan menutup matahari, menggelapkan bumi. Namun cepat atau lambat awan itu akan bergerak pergi meninggalkan matahari sembari menyingkapkan kemilau cahayanya.
Begitu pula kehidupan kita, awan kesedihan tidak mungkin menutup hati kita selamanya. Cepat atau lambat ia akan bergerak pergi sejauh yang kita inginkan. Kita tidak bisa menghalangi burung kesedihan terbang melewati kita, tapi kita tentu tidak boleh membiarkan burung tersebut bersarang dan menetas di kepala kita.
Sebagaimana awan yang menutup matahari, bumi kita ini dari saat ke saat diserang badai yang dahsyat. Tapi angin itu tidak akan terus bertiup kencang, ia akan berangsur-angsur menjadi angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.
Begitu pula kehidupan ini, kita tidak mungkin dilanda persoalan terus-menerus. Semua problem itu cepat atau lambat akan berakhir dan membuat kita jauh lebih kuat dan bijaksana.
Kata-Kata Bijak:
· Pasokan waktu merupakan keajaiban yang terjadi tiap hari. Kau bangun pagi, dan tiba-tiba saja di kantongmu sudah ada 24 jam. Itu semua milikmu. Hartamu yang paling berharga. (Arnold Bennet)
· Setiap orang menciptakan cuacanya sendiri, menetapkan warna langit sendiri di alam emosi yang dihuninya.
· Alam penuh dengan hal-hal menakjubkan. Ia dengan sabar menunggu pikiran kita semakin cerdas.
· Bila kau tak bisa menciptakan jagad raya ini dalam 6 hari, mungkin memberikan “saran” kepada Tuhan bukanlah suatu gagasan yang baik.
· Aku tak bisa membuat Alam menaatiku, aku tidak bisa membuat orang lain setuju dengan tingkah lakuku, aku bahkan tidak bisa membuat tubuhku tunduk kepadaku. (Thomas Merton)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing berjalan pada garis edarnya. (QS. 36:40)
=================================================
Di kutip dari:
B A H A G I A
Dunia-Akhirat
Oleh Husein Anis
Sebenarnya banyak sekali hal menarik di lingkungan kita yang bisa kita ambil sebagai pelajaran.
Satu
Perhatikanlah bagaimana Allah mengatur jagad raya ini. Semua serba teratur. Perhatikan bagaimana planet-planet selalu berada dalam orbitnya. Kalau bumi lepas dari orbitnya, misalnya lebih mendekati matahari sedikit saja maka terbakarlah semua yang di bumi, kalau menjauh dari matahari sedikit saja maka akan membekulah seluruh isi bumi. Perhatikanlah pergantian siang dan malam, perpindahan musim hujan dan kemarau, aneka ragam buah buahan yang selalu tumbuh pada musimnya. Semuanya serba teratur, seimbang, serasi dan penuh perhitungan.
Kenyataan ini mengajarkan kepada kita untuk menyempurnakan karya-karya kita, merencanakan kegiatan-kegiatan kita dengan baik, dan memenej kehidupan kita dengan seimbang dan serasi.
Dua
Perhatikanlah bahwa langit yang biru selalu dihiasi awan yang berwarna indah dengan bentuk unik dan tidak pernah sama. Kadang-kadang awan itu menjadi gelap dan menyeramkan menutup matahari, menggelapkan bumi. Namun cepat atau lambat awan itu akan bergerak pergi meninggalkan matahari sembari menyingkapkan kemilau cahayanya.
Begitu pula kehidupan kita, awan kesedihan tidak mungkin menutup hati kita selamanya. Cepat atau lambat ia akan bergerak pergi sejauh yang kita inginkan. Kita tidak bisa menghalangi burung kesedihan terbang melewati kita, tapi kita tentu tidak boleh membiarkan burung tersebut bersarang dan menetas di kepala kita.
Sebagaimana awan yang menutup matahari, bumi kita ini dari saat ke saat diserang badai yang dahsyat. Tapi angin itu tidak akan terus bertiup kencang, ia akan berangsur-angsur menjadi angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.
Begitu pula kehidupan ini, kita tidak mungkin dilanda persoalan terus-menerus. Semua problem itu cepat atau lambat akan berakhir dan membuat kita jauh lebih kuat dan bijaksana.
Kata-Kata Bijak:
· Pasokan waktu merupakan keajaiban yang terjadi tiap hari. Kau bangun pagi, dan tiba-tiba saja di kantongmu sudah ada 24 jam. Itu semua milikmu. Hartamu yang paling berharga. (Arnold Bennet)
· Setiap orang menciptakan cuacanya sendiri, menetapkan warna langit sendiri di alam emosi yang dihuninya.
· Alam penuh dengan hal-hal menakjubkan. Ia dengan sabar menunggu pikiran kita semakin cerdas.
· Bila kau tak bisa menciptakan jagad raya ini dalam 6 hari, mungkin memberikan “saran” kepada Tuhan bukanlah suatu gagasan yang baik.
· Aku tak bisa membuat Alam menaatiku, aku tidak bisa membuat orang lain setuju dengan tingkah lakuku, aku bahkan tidak bisa membuat tubuhku tunduk kepadaku. (Thomas Merton)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing berjalan pada garis edarnya. (QS. 36:40)
=================================================
Di kutip dari:
B A H A G I A
Dunia-Akhirat
Oleh Husein Anis
Dec 1, 2008
Pengabulan yang tertunda
Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
“Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.”
Betapa banyak orang menuntut Allah, karena selama ini ia merasa telah berbuat banyak, telah melakukan ibadah, telah berdoa dan berjuang habis-habisan.
Tuntutan demikian karena seseorang merasa telah berbuat, dan merasa perlu ganti rugi dari Allah Ta’ala. Padahal meminta ganti rugi atas amal perbuatan kita, adalah wujud ketidak ikhlasan kita dalam melakukan perbuatan itu. Manusia yang ikhlas pasti tidak ingin ganti rugi, upah, pahala dan sebagainya. Manusia yang ikhlas hanya menginginkan Allah yang dicinta. Pada saat yang sama jika masih menuntut keinginan agar disegerakan, itu pertanda seseorang tidak memiliki adab dengan Allah Ta’ala.
Sudah sewajarnya jika kita menuntut diri kita sendiri, karena Allah tidak pernah mengkhianati janjiNya, tidak pernah mendzalimi hambaNya, dan semua janjinya tidak pernah meleset. Kita sendiri yang tidak tahu diri sehingga, kita mulai intervensi soal waktu, tempat dan wujud yang kita inginkan. Padahal itu semua adalah Pekerjaan Allah dan urusanNya.
Orang yang terus menerus menuntut dirinya sendiri untuk Tuhannya, apalagi menuntut adab dirinya agar serasi dengan Allah Ta’ala, adalah kelaziman dan keniscayaan. Disamping seseorang telah menjalankan ubudiyah atau kehambaan, maka si hamba menuruti perilaku adab di hadapanNya, bahwa salah satu adab prinsipalnya adalah dirinya semata untuk Allah Ta’ala.
Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“ Ketika Allah menjadikanmu sangat sibuk dengan upaya menjalankan perintah-perintahNya dan Dia memberikan rezeki, rasa pasrah total atas Karsa-paksaNya, maka sesungguhnya saat itulah betapa agung anugerahNya kepadamu.”
Anugerah paling agung adalah rezeki rasa pasrah total atas takdirNya yang pedih, sementara anda terus menerus menjalankan perintah-perintahNya dengan konsisten, tanpa tergoyahkan. Wahb ra, mengatakan, “Aku pernah membaca di sebagian Kitab-kitab Allah terdahulu, dimana Allah Ta’ala berfirman:
“Hai hambaKu, taatlah kepadaKu atas apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan ajari Aku bagaimana Aku berbuat baik kepadamu. Aku senantiasa memuliakan orang yang memuliakan Aku, dan menghina orang yang menghina perintahKu. Aku tak pernah memandang hak hamba, sehingga hamba memandang (memperhatikan) hakKu.”
Syeikh Abu Muhammad bin Abdul Aziz al-Mahdawi ra, mengatakan, “Siapa pun yang dalam doanya tidak menyerahkan dan merelakan pilihannya kepada Allah Ta’ala, maka si hamba tadi terkena Istidroj dan tertipu. Berarti ia tergolong orang yang disebut dengan kata-kata, “Laksanakan hajatnya, karena Aku sangat tidak suka
mendengarkan suaranya.”. Namun jika ia menyerahkan pilihannya pada Allah Ta’ala, hakikatnya ia telah diijabahi walau pun belum diberi. Amal kebaikan itu dinilai
dikutip dari Zawiya Group
“Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.”
Betapa banyak orang menuntut Allah, karena selama ini ia merasa telah berbuat banyak, telah melakukan ibadah, telah berdoa dan berjuang habis-habisan.
Tuntutan demikian karena seseorang merasa telah berbuat, dan merasa perlu ganti rugi dari Allah Ta’ala. Padahal meminta ganti rugi atas amal perbuatan kita, adalah wujud ketidak ikhlasan kita dalam melakukan perbuatan itu. Manusia yang ikhlas pasti tidak ingin ganti rugi, upah, pahala dan sebagainya. Manusia yang ikhlas hanya menginginkan Allah yang dicinta. Pada saat yang sama jika masih menuntut keinginan agar disegerakan, itu pertanda seseorang tidak memiliki adab dengan Allah Ta’ala.
Sudah sewajarnya jika kita menuntut diri kita sendiri, karena Allah tidak pernah mengkhianati janjiNya, tidak pernah mendzalimi hambaNya, dan semua janjinya tidak pernah meleset. Kita sendiri yang tidak tahu diri sehingga, kita mulai intervensi soal waktu, tempat dan wujud yang kita inginkan. Padahal itu semua adalah Pekerjaan Allah dan urusanNya.
Orang yang terus menerus menuntut dirinya sendiri untuk Tuhannya, apalagi menuntut adab dirinya agar serasi dengan Allah Ta’ala, adalah kelaziman dan keniscayaan. Disamping seseorang telah menjalankan ubudiyah atau kehambaan, maka si hamba menuruti perilaku adab di hadapanNya, bahwa salah satu adab prinsipalnya adalah dirinya semata untuk Allah Ta’ala.
Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“ Ketika Allah menjadikanmu sangat sibuk dengan upaya menjalankan perintah-perintahNya dan Dia memberikan rezeki, rasa pasrah total atas Karsa-paksaNya, maka sesungguhnya saat itulah betapa agung anugerahNya kepadamu.”
Anugerah paling agung adalah rezeki rasa pasrah total atas takdirNya yang pedih, sementara anda terus menerus menjalankan perintah-perintahNya dengan konsisten, tanpa tergoyahkan. Wahb ra, mengatakan, “Aku pernah membaca di sebagian Kitab-kitab Allah terdahulu, dimana Allah Ta’ala berfirman:
“Hai hambaKu, taatlah kepadaKu atas apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan ajari Aku bagaimana Aku berbuat baik kepadamu. Aku senantiasa memuliakan orang yang memuliakan Aku, dan menghina orang yang menghina perintahKu. Aku tak pernah memandang hak hamba, sehingga hamba memandang (memperhatikan) hakKu.”
Syeikh Abu Muhammad bin Abdul Aziz al-Mahdawi ra, mengatakan, “Siapa pun yang dalam doanya tidak menyerahkan dan merelakan pilihannya kepada Allah Ta’ala, maka si hamba tadi terkena Istidroj dan tertipu. Berarti ia tergolong orang yang disebut dengan kata-kata, “Laksanakan hajatnya, karena Aku sangat tidak suka
mendengarkan suaranya.”. Namun jika ia menyerahkan pilihannya pada Allah Ta’ala, hakikatnya ia telah diijabahi walau pun belum diberi. Amal kebaikan itu dinilai
dikutip dari Zawiya Group
Subscribe to:
Posts (Atom)