Apr 21, 2009

R.A. Kartini

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Makam R.A. Kartini di Bulu, Rembang.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.


sumber: Wikipedia

Apr 17, 2009

First Time.... Bike to Work(B2W)

Akhirnya saya dapat mencoba yang namanya bike to work atau singkatan yang populernya adalah B2W. Hari ini Jum'at, 17 April 2009, saya bangun pagi sholat subuh (jam 5.00), kemudian tidur lagi, pada jam 06.20 bangun dan mulai melakukan pemanasan , agar tidak kaget, kemudian mempersiapkan accesories untuk dibawa di dalam tas (perlengkapan mandi, baju ganti, helm, masker, dll). Dan Jam 06.40, menikmati teh buatan istri dan telor 1/2 matang untuk power.
Pada jam 07.05, start mempersiapkan sepeda lipat saya, 07.10, berangkat dari rumah dengan dibekali roti coklat (2) oleh istriku tercinta. Rute saya untuk pertama kali adalah Duren tiga raya - tegalparang-kuningan-menteng-kebon sirih. Tanpa ada halangan, Alhamdullilah, saya dapat menggowes sepeda saya dengan lancar. Di kuningan saya menggunkan jalur cepat,menghindari motor yang seperti "laron" di jalur lambat. Di depan gedung ariobimo, saya melihat dari kejauhan member b2w juga (yang berada di jalur lambat) , dan saya berusaha mengejar, dan masuk jalur lambat dan merapat kebelakang biker tsb dan memberikan kode kriinngg...krinngg...yang kemudian dibalas dengan bell biker tsb tinnnkkk...tinnk.... yang artinya salam bikers. Kita pisah di Plaza 89 (Anteve), biker tsb belok, sedangkan saya harus lurus.

Kemudian sampai di jembatan menteng, saya memutuskan untuk istirahat sejenak untuk minum (harusnya beli tas yang langsung ada bladdernya, bisa jalan sambil minum) karena napas saya sedikit sesak akibat dari masker saya (salah beli masker). Setelah 5 menit istirahat, saya melanjutkan perjalanan menuju kantor tercinta (saat ini) yang dari jembatan kuningan sudah terlihat jelas. Sampai di kantor jam +/- 07.45 .

Untuk start awal B2W total 11 KM, bagi saya cukup ok lah, berhubung rute ini sudah pernah saya lakukan bersama kawan-kawan saya (Mumu dan Umar) sebelumnya pada hari minggu. Dilanjutkan dengan melipat sepeda, naik lift, parkir sepeda di ruangan saya, lalu mandi, dan akhirnya siap bekerja. Alhasil ini pengalaman pertama saya bike to work yang indah.

sampai ketemu di pengalaman baru saya lainnya.

Apr 7, 2009

Kajian tentang Thariqah Alawiyyah

Kalam Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas

Berkata Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad,

“Bagus dan memang sudah sepatutnya bagi orang dari keluarga Bani Alawy untuk menyeru manusia dan mengajak mereka kepada jalan yang telah ditempuh oleh pendahulunya. Betapa buruknya kalau ia justru membuang thariqah salafnya dan menyerahkan dirinya untuk mengikuti suatu thariqah yang bukan sebaik-baiknya thariqah, semoga jangan demikian, yang seharusnya ia dapat mengambil barakah dengan memegang perjalanan hidup para pendahulunya dan menaruh keyakinan kepada mereka. Berkenaan dengan hal itu, seseorang dari keluarga Bani Alawy tidak akan mendapatkan keberkahan selama-lamanya jika ia membuang thariqahnya dan memakai atribut yang bukan atribut para pendahulunya (semoga Allah meridhoi mereka semua).”

Beliau juga berkata,

“Tidak ada seseorang yang mengikuti suatu thariqah para pendahulunya kecuali ia telah mencampur-adukkan thariqahnya, merubahnya dan menyelisihinya, kecuali keluarga Bani Alawy.”

Selanjutnya beliau berkata,

“Sesungguhnya Sayyid Muhammad bin Alwi Assegaf yang tinggal di kota Makkah pernah mengkritik beberapa orang dari keluarga Bani Alawy yang di masa itu melepaskan thariqahnya dan pindah ke thariqah lain.”

Ketika Syeikh Barakwah datang ke kota Tarim dengan tujuan untuk menarik dan mengajak Saadah Bani Alawy guna mengikuti thariqahnya, maka dalam tidurnya ia bermimpi bertemu dengan Al-Faqih Al-Muqaddam. Di saat itu, Al-Faqih Al-Muqaddam berkata kepadanya, “Keluar kau dari kota ini, agar keturunanku tidak terpedaya oleh kelakuanmu yang menarik itu.” Maka setelah itu, segera ia lari meninggalkan kota Tarim. Aku telah menyebutkan dengan panjang lebar kisah kuatnya hubungan Syeikh Barakwah dengan Sayyidina Syeikh Abubakar bin Salim dari Inat dalam kitabku Dzuhuur Al-Haqaaiq.

Lalu berkata Sayyiduna Abdullah bin Alwi Alhaddad, “Tarim. Tidak ada di dalamnya kecuali Allah, Rasul-Nya, Al-Faqih Al-Muqaddam dan thariqah orang-orang yang berendah diri di hadapan Allah. Tidak datang kepada kami kecuali darinya. Dan sungguh para salaf kami telah membuat landasan-landasan bagi kami di dalam berbagai urusan, maka tidaklah kami mengikuti seseorang kecuali mereka.”

[Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas]

(http://bisyarah.wordpress.com/2009/04/05/kajian-tentang-thariqah-alawiyyah-8/)

Feb 26, 2009

Kalam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Pada malam Kamis, 22 Rabiul Awal 1321 H, setelah Salat Maghrib, Habib Ali ra memanggil puteri beliau, Khodijah. Tak berapa lama Khodijah datang dan duduk di hadapan ayahnya. Kemudian, sambil berbaring, Habib Ali bercerita kepada Khodijah:

Wahai Khodijah, suatu hari ayahku mengirim sepucuk surat kepadaku dari Mekah, di dalamnya beliau menulis: Pergilah ke Mekah, kau tak kuizinkan tinggal di Hadhramaut.

Aku segera memberitahu ibuku.

“Kita tidak bisa menentang kehendak ayahmu,” kata ibuku.

Sebenarnya ibuku tidak sanggup berpisah denganku, aku pun merasa berat untuk berpisah dengannya. Jika teringat perjalanan yang harus kulakukan ini, kami menangis.

Jam berganti hari, hari berganti minggu, dan waktu keberangkatanku semakin dekat. Pada saat keberangkatan, ibuku berpesan kepada Ahmad Ali Makarim.

“Tolong perhatikanlah Ali, ia belum pernah melakukan perjalanan jauh.”

“Marhabâ,” jawabnya.

Kami kemudian berangkat meninggalkan Seiwun menuju Mekah. Di tengah perjalanan kami singgah di Syihr. Tidak seorang pun yang mengenal ayahmu. Setiap hari, aku makan siang dan malam hanya berlaukkan sepotong ikan yang kubeli dengan uang satu umsut. Dari Syihr, aku pergi ke Jeddah kemudian ke Mekah, ke tempat ayahku. Beliau sangat senang melihat kedatanganku.

“Kau tak boleh kembali ke Hadhramaut selamanya,” kata ayahku.

Ayah tidak mengizinkan aku ke ribath (pesantren). Aku juga tidak diizinkan untuk bertemu dengan siapa pun yang berasal dari Hadhramaut. Jika aku mendapat surat dari ibuku, ayah selalu merobeknya. Dua setengah tahun aku tinggal bersama ayahku, selama itu pula aku selalu teringat kepada ibuku. Rasanya aku ingin lari dari rumah ayahku.

Ayahku memperoleh berbagai surat dari Hadhramaut: dari Abdullah bin Segaf Maulakhela, Ja’far bin Muhsin dan Ahmad bin Abdullah bin Husin bin Tohir yang bermaksud hendak meminang adikku Aminah. Setiap kali surat itu datang beliau membakarnya.

Suatu hari ayahku memanggil Alwi Assegaf.

“Aku nikahkan engkau dengan puteriku Aminah. Rayakanlah pernikahanmu di Hadhramaut, kemudian bawalah isterimu kemari.”

“Baik..., tapi carikan aku seseorang yang dapat menemaniku. Biarkan Ali pergi bersamaku,” kata Alwi Assegaf.

Aku sesungguhnya tidak memiliki harapan lagi untuk kembali ke Hadhramaut sampai suatu hari ayah memanggilku.

“Wahai Ali, pergilah ke Hadhramaut bersama Alwi Assegaf. Rayakanlah perkawinannya dengan Aminah, kemudian biarkan ia membawa istrinya ke Mekah.”

“Basysyarokallô hu bil khoir, Semoga Allah memberi ayah kebaikan,” jawabku.

Beliau lalu memberiku 20 Qursy dan Alwi Assegaf 50 Qursy. Setelah itu beliau memerintahkan kami untuk berangkat.

Kami segera meninggalkan kota Mekah. Setelah beberapa hari sampailah kami di Syuhuh. Ibuku tidak tahu tentang rencana kedatanganku ini, tapi Aminah bermimpi dan bercerita kepada ibuku, ‘Wahai Ibu, aku bermimpi bertemu kakakku Ali. Aku melihat seorang Badui mendatangiku. Ketika kutanya, ‘Siapakah kau?’ Ia menjawab, ‘Aku adalah utusan Habib Ali. Beliau sekarang sudah sampai di Syuhuh, dan akan segera sampai kemari.’

Aminah mendapat mimpi yang benar. Belum selesai ia bercerita, seorang Badui tiba-tiba mengetuk pintu.

“Siapa?” tanya adikku.

“Aku adalah utusan Habib Ali. Beliau sekarang sudah sampai di Syuhuh, dan nanti malam akan tiba di tempat ini.”

Mendengar berita ini, ibuku sangat gembira. Ketika aku masuk kota Seiwun, semua penduduk keluar menyambut kedatanganku. Aku segera menemui ibuku, beliau sangat gembira. Setelah masyarakat kembali ke rumah masing-masing ibuku bertanya, “Apa yang kau bawa?”

“Aku tidak membawa apa-apa selain uang 20 Qursy,” jawabku.

“Jangan khawatir, lihat, rumah ini penuh dengan gandum, beras dan korma,” kata ibuku.

“Ayah mengirim Alwi Assegaf bersamaku. Beliau telah menikahkannya dengan Aminah. Beliau berpesan agar setelah pesta perkawinan, Alwi diizinkan memboyong Aminah ke Mekah.”

“Akulah yang membesarkan Aminah. Dan aku sesungguhnya tidak ingin berpisah dengannya, tapi aku tidak mau menentang kehendak ayahmu,” ucap ibuku.

Aku kemudian merayakan perkawinan Alwi Assegaf dengan Aminah. Setelah perkawinan, Alwi tinggal di Seiwun selama dua atau tiga bulan, lalu ia kembali ke Mekah bersama Aminah.

Dua bulan setelah kepergian Aminah, ibu berkata kepadaku, “Aku ingin kau segera menikah.”

“Wahai ibu, aku tidak memiliki persiapan untuk menikah,” jawabku.

“Jangan khawatir, segalanya akan menjadi mudah.”

Ibuku kemudian menyarankan agar aku menikah dengan ibu Abdullah. Aku pun kemudian segera melamarnya. Semula ayahnya menolak lamaranku, masyarakat pun kemudian mencela calon mertuaku, “Bagaimana kau ini..., kau telah menolak lamaran seorang habib yang alim dan terhormat. Dia pernah belajar di Mekah.”

Akhirnya calon mertuaku berubah pikiran.

“Maafkan aku! Lupakanlah apa yang telah kulakukan kepadamu. Sekarang selamat datang, aku terima lamaranmu.”

Aku dan ibuku kemudian segera berangkat ke Qosam. Di sana aku menikah dengan ibu Abdullah. Pernikahan kami berlangsung sangat sederhana. Penduduk Qosam adalah orang-orang yang cinta kebajikan. Setiap tamu undangan memberi kami dua mud gandum. Kami memotong seekor kambing untuk jamuan makan di malam pernikahan. Namun, pada saat itu Allah mentakdirkan seorang warga Inat meninggal dunia, sehingga sebagian besar undangan melayat ke Inat. Kelebihan makanan: dua piring Haris, kami berikan kepada seorang terhormat di Qosam. Keesokan harinya, kami tidak lagi memiliki sisa makanan untuk makan siang. Ketika kami sedang duduk membuat kopi, tiba-tiba Ba Hannan datang membawa makanan di mangkok. “Ini Haris untuk makan siang kalian,” katanya. Kami pun lalu memakannya.

Setelah tinggal di Qosam selama empat bulan, aku kemudian kembali ke Seiwun. Tak lama setelah itu ibuku berkata, “Aku ingin kau menunaikan ibadah haji dengan cara menghajikan seseorang.” Aku lalu menghajikan Ahmad Sabaya atas biaya keluarganya.
Aku berkunjung ke rumah ayahku sebelum menunaikan ibadah haji. Dan setelah urusan haji selesai, aku meminta izin dari ayahku untuk kembali ke Hadhramaut.

Menjelang bulan haji tahun berikutnya, ibuku berkata, “Tunaikanlah ibadah haji sekali lagi tahun ini.” Aku kemudian mengabarkan keinginan ibuku ini kepada temanku Hasan bin Ahmad Alaydrus. Ia memberiku 80 Qursy.

“Semua pengeluaran, transportasi dan urusanmu dalam perjalanan kutanggung” kata Hasan bin Ahmad Alaydrus.

Aku kemudian berangkat bersama Hasan bin Ahmad dan Said bin Khalifah.
Di tengah perjalanan kami singgah di Syihr. Di sana kami berjumpa dengan Habib Abubakar bin Abdullah Alatas. Ketika pertama kali bertemu Habib Abubakar jantungku hampir saja copot, kulihat beliau diliputi cahaya.

“Lelaki ini malaikat atau manusia!” kataku dalam hati.

Setiap kali ada yang terlintas di hatiku, Habib Abubakar mengetahui kemudian menjelaskannya. Aku sangat senang dan gemas dengan Habib Abubakar. Rasanya ingin aku menelan beliau. Aku tak ingat pada keluargaku atau yang lain. Malam hari aku tidak dapat tidur, khawatir jika suatu saat nanti aku harus berpisah dengannya. Kemudian aku bertanya di mana Habib Abubakar akan menunaikan salat Subuh. Mereka mengatakan bahwa beliau akan salat Subuh di Mesjid Amr. Sebelum fajar, kami telah berada di Mesjid Amr. Tak lama kemudian Habib Abubakar datang, dan kami pun lalu salat Subuh berjamaah dengan beliau.

Tiga belas hari kami tinggal di Syihr bersama beliau. Selama itu aku membacakan kepadanya kitab Ar-Rasyafât dan beliau menerangkan dan melimpahkan ilmunya kepada kami. Beliau sering melihat aku, tapi setiap kali aku memandangnya, beliau segera memalingkan pandangannya dariku. Aku menjadi semakin suka dan senang kepada beliau. Habib Abubakar juga memberikan perhatian kepada Hasan bin Ahmad dan yang lain. Aku berkata kepada Hasan bin Ahmad, “Katakanlah kepada Habib Abubakar bahwa aku adalah anak Muhammad bin Husein.” Beberapa yang hadir juga berkata kepada Habib Abubakar, “Dia adalah anak Muhammad bin Husein.” “‘Ajîb (Oh, ya)?” jawab beliau. Setiap kali para hadirin mengenalkan aku, Habib Abubakar berkata: ‘Ajîb... (Oh, Ya...?!). Namun beliau akhirnya berkata kepadaku, “Wahai anakku, camkanlah bahwa fath-mu terletak pada kitab Ar-Rasyafât.” Aku pun berkata kepada beliau, “Katanya fath-ku di tanganmu.”

Aku akhirnya dapat mengkhatamkan kitab Ar-Rasyafât di bawah bimbingan beliau.

Setelah itu Habib Abubakar pergi ke Mukalla dan kami pun mengikuti beliau. Di Mukalla, beliau tinggal di rumah Abdurrahman Bahwal. Hasan bin Ahmad dan rombongannya meminta ijazah. Beliau memberi kami semua ijazah. Kemudian beliau menganjurkan kami untuk menziarahi Nabi saw. Beliau berkata, “Kalian akan memperoleh sesuatu dari Nabi saw.”

Hasan bin Ahmad beserta rombongannya kemudian melanjutkan perjalanan, begitu pula aku. Sesungguhnya, aku tidak ingin sedetik pun berpisah dari Habib Abubakar.

Kami akhirnya sampai di Jeddah. Dari Jeddah kami ke Mekah. Di Mekah, aku tinggal di rumah ayahku. Setelah beberapa hari di Mekah, rombongan kami pun berangkat ke Madinah. Di tengah perjalanan, kami singgah di Jeddah. Di kota ini kami bertemu dengan sekelompok Badui yang saleh. Ketika salat, mereka membaca surat-surat awal juz 30 hingga surat Ad-Dhuha. Suara ratib mereka terdengar sepanjang malam.

Kami dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Madinah. Suara kokok ayam dan penduduk Madinah menyambut kedatangan kami. Dari jauh aku melihat kubah hijau tempat Nabi saw dimakamkan. Pemandu ziarah (muzawwir) telah siap menunggu kami. Ia kemudian memandu kami ziarah ke kubur Al-Habib Muhammad saw dan menuntun kami semua untuk mengucapkan salam. Aku kemudian mengucapkan salam:

Salam sejahtera bagimu, duhai Rasulullah

Salam sejahtera bagimu, duhai kekasih Allah

Aku bersaksi bahwa sesungguhnya engkau

telah menyampaikan risalah dan menunaikan amanah

Pemandu ziarah akhirnya ikut berziarah bersama kami. Karena cahaya dan hudhûr-nya ziarah hampir saja jantungku berhenti berdetak. Pemandu ziarah itu ikut bersamaku ke bâbul malâ-ikah (pintu malaikat). Di sana aku menghadirkan Jibril dan Mikail. Tidak ada seorang pun yang mampu (yaqdir) berada di bâbul malâ-ikah di tengah malam. Kemudian aku mengucapkan salam kepada Sayidina Abubakar, kemudian kepada Sayidina Umar bin Khottôb. Setelah itu aku menziarahi Hababah Fatimah. Ketika duduk di depan makamnya, aku merasa sangat bahagia:

“Ya Hababah, kami adalah anakmu.”

Setelah itu aku pergi.

Malam hari itu aku sama sekali tidak tidur. Setiap hari aku mengkhatamkan Ad-Dalâil sebanyak tujuh kali. Pada malam hari, bersama Muhammad Al-Yamani, aku mengkhatamkan Ad-Dalâil sebanyak tujuh kali di Haram. Setelah itu kami membaca maulid atau Hamaziyah. Pada hari kesepuluh di siang hari, Hasan bin Ahmad Alaydrus tiba-tiba menemuiku.

“Nabi saw memerintahkan aku untuk menemuimu.”

“Aku tidak pantas menerima kemuliaan ini.”

“Kau pantas.”

(Habib Hasan bin Ahmad Alaydrus kemudian bercerita):

Suatu hari, aku keluar menuju Al-Haram seorang diri. Dalam hati aku berkata, “Aku ingin menghadap Nabi saw, semoga dari beliau muncul karomah untukku.” Sesampainya di sana aku duduk di hadapan jendela kubur. Tiba-tiba dari kubur Nabi saw, muncul cahaya menjulang ke langit. Cahaya itu kemudian menjelma seorang manusia, ia mengucapkan salam kepadaku,

“Assalâmu ‘alaika, ya Hasan.”

“Wa ‘alaikas salâm,” jawabku, “Sesungguhnya engkau ini siapa?”

“Aku adalah kekasihmu Muhammad saw,” kata beliau dengan menunjukkan rasa sukanya kepadaku, “Wahai Hasan.”

“Labbaik.”

“Apakah kau ingin ziarahmu ini diterima?”

“Ya.”

“Apakah kau ingin semua hajatmu dipenuhi?”

“Ya.”

“Jika kau ingin ziarahmu diterima dan semua hajatmu dipenuhi, temuilah Ali bin Muhammad Al-Habsyi, mintalah ijazah darinya, dan ikatlah tali persaudaraan dengannya.”

“Marhabâ,” jawabku.

“Aku tidak pantas, tapi tidak mungkin aku menolak perintah kekasihku saw,” kataku kepada Hasan.

Aku kemudian memberinya ijazah dan mengikat tali persaudaraan dengannya. Hasan bin Ahmad lalu pergi meninggalkanku. Tak lama kemudian, Syeikh ‘Athiyyah datang menemuiku dan berkata, “Tadi aku bertemu dengan kekasihku saw dan beliau berkata kepadaku, ‘Temuilah Ali bin Muhammad Al-Habsyi, katakan kepadanya: Jika Tuhanmu telah memenuhi semua keinginanmu, maka doakanlah aku.”

“Insyâ Allôh, jika Tuhanku memenuhi semua keinginanku, aku akan mendoakanmu,” jawabku.

Aku lalu bangkit menuju makam Nabi saw. Dengan erat kupegang jendela kubur yang terbuat dari besi itu, “Ya Habib Muhammad, engkau telah memberi semuanya, padahal aku adalah anakmu..., keturunanmu. .. Sejelek-jeleknya, maksimal aku adalah seorang yang berdosa, bagaimana mungkin engkau tidak memperhatikan aku?” Tiba-tiba jendela kubur bergetar dan terbuka.

“Ya Habib, aku bertobat, aku masih ingin bertemu dengan ibuku,” kataku sambil bergegas keluar.

Pada kesempatan lain, ketika aku menghadap Nabi saw seorang diri, aku melihat seorang laki-laki dari Maroko sedang menghadap ke jendela dan memanggil Al-Habib saw dan mengucapkan beberapa bait syair. Tanpa kusadari Hasyim bin Syeikh Al-Habsyi telah berdiri memegang jendela dengan erat

“Kau masuk dari mana? Semua pintu telah terkunci!” tanyaku kepadanya.

Karena Hasyim adalah temanku, maka ia berterus terang kepadaku, “Jika mereka telah menutup semua pintu, aku masuk lewat jalan ghaib.” Ia lalu berulang kali membaca ayat berikut:

“Wahai Al-Azîz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan, dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan (takaran) untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, karena sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.” (QS Yusuf, 12:88)

Tiba-tiba Hasyim tersungkur dan Nabi saw mengulurkan tangannya kepada Hasyim. Hasyim kemudian menciuminya. Aku pun segera bersujud dan masih bisa menyentuh tangan Rasulullah saw.

Tiga hari kemudian aku berziarah ke kubur Sayidina Hamzah bersama Syeikh Muhammad Al-‘Azb. Selepas ziarah Syeikh Muhammad Al-‘Azb bertemu Sayidina Hamzah

“Aku bertemu Sayidina Hamzah dan beliau berkata, ‘Aku telah meminta izin kepada Nabi saw untuk menjamu kalian,’ katanya.

“Sungguh kesempatan yang sangat baik, siapa yang butuh sesuatu, maka utarakanlah.

Perhatikanlah, kita ini adalah orang-orang yang membutuhkan,” kataku.

Suatu hari aku duduk bersama Hasan bin Ahmad.

“Bagaimana jika engkau bukakan diwan Habib Abdullah Al-Haddad secara acak?” katanya. Aku lalu membukanya secara acak dan yang terbuka adalah bait syair berikut:

Dan Ibrahim menghancurkan patung-patung kaumnya dan menyisakan patung yang terbesar agar mereka malu

“Tafsirkanlah bait ini untukku dan tulislah di bawahnya,” kata Hasan.

“Habib Abdullah Al-Haddad menunjukkan bahwa keluarga Alaydrus memiliki kegemaran memimpin. Allah telah membersihkanmu dari kegemaran itu. Engkau adalah seorang Muhammadiy (berperilaku dengan akhlak Rasulullah SAW)” jawabku.

“Coba bukakan sekali lagi, Nabi saw mencintai kita atau tidak?” pintanya.

Dan ternyata yang terbuka bait berikut:

Duhai kekasih yang cantik

Tahukah engkau

aku menderita dan merana

“Coba bukakan sekali lagi, kita akan berkunjung ke Madinah lagi atau tidak?”

Ternyata bait syair yang tertulis adalah:

Semoga yang dirundung rindu ini

dapat mengunjungimu kembali

‘tuk mencium tanah dan atsarnya

“Sekarang aku akan membukanya untuk diriku sendiri,” kataku. Dan ternyata yang terbuka adalah bait berikut:

Arak keyakinan minuman kehormatan bagi kami

Minum dan mabuklah dengan anggur terbaik ini

Itulah minuman para pemimpin kami

Dan sesatlah jalan orang yang suka menyalahi

“Aku akan membuka sekali lagi, apakah kita dapat kembali ke Madinah lagi?” Dan ternyata yang terbuka bait berikut:

Semoga yang dirundung rindu ini

dapat mengunjungimu kembali

‘tuk mencium tanah dan atsarnya

“Aku ingin sesuatu yang benar dan nyata. Yang kita lakukan selama ini hanyalah mencari alamat-alamat baik saja,” kata Hasan, kemudian ia pergi. Sepeninggalnya aku tertidur sejenak, tiba-tiba tampak seorang lelaki berdiri di depan pintu. Cahayanya menjulang ke langit.

“Siapakah engkau?” tanyaku.

“Aku adalah kekasihmu Muhammad saw. Bukankah engkau belum lama berselang membuka diwan Abdullah Al-Haddad?” tanya beliau.

“Benar,” jawabku.

“Yang kau baca benar semua,” kata Nabi saw.

(Q:I:210)

Habib Umar bin Muhammad Maulakhela, Jawâhirul Anfâs Fî Mâ Yurdhî Rabban Nâs, I, Kumpulan Kalam Habib Ali.

Jan 5, 2009

Kalam Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiry (Menyambut Muharram 1430 H)

Menyambut Muharram 1430 H
Kalam Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiry

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Yang memiliki keagungan dan
kemuliaan, Yang memiliki kekuatan dan kenikmatan, Yang memberikan
karunia kepada kita dengan kenikmatan iman dan Islam, Yang menjadikan
perputaran tahun sebagai sebab perpindahan manusia dari kehidupan
dunia menuju kehidupan akhirat. Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada junjungan kita Muhammad, pemuka manusia yang terbaik dalam
berhaji, bershalat dan berpuasa, dan juga kepada para keluarga dan
para sahabatnya panutan umat.

Amma ba'du.

Bulan Muharram telah datang kepada kita. Dengan datangnya bulan yang
penuh berkah ini, kita menyambut tahun baru 1430 H dan meninggalkan
tahun sebelumnya 1429 H. Kita memohon kepada Allah untuk menjadikan
datangnya tahun hijriyah ini sebagai datangnya kebaikan, keberkahan,
kemenangan dan penguatan kepada Islam dan kaum muslimin, insya Allah.

Bulan Muharram adalah termasuk dari bulan-bulan haram. Disebutkan di
dalam hadits Nabi SAW berkenaan dengan turunnya firman Allah Ta'ala,

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram" (QS. At-Taubah: 36)

bahwa yang dimaksud empat bulan haram tersebut adalah Dzulkaidah,
Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Juga disebutkan di dalam hadits yang
lain bahwa paling utamanya puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa
bulan Muharram. Berpuasa satu hari di bulan Muharram menyamai puasa
tiga puluh hari.

Oleh karena itu, seharusnya bagi kita untuk menyambut bulan yang penuh
berkah ini dengan taubat nashuhah, dan berubah dari keadaan yang buruk
yang pernah dilakukan sebelumnya menuju ke keadaan yang baik.

Bulan Muharram ini dijadikan patokan sebagai awal tahun untuk
penanggalan hijriyah yang baru, meskipun sesungguhnya peristiwa hijrah
Nabi terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal, akan tetapi bulan Muharram
ditetapkan sebagai bulan pertama dalam penanggalan hijriyah. Hal itu
terjadi pada tahun ke -17 H, pada masa khalifah Umar bin Khatthab ra.
Di saat itu para sahabat bersepakat menjadikan bulan Muharram sebagai
awal bulan dalam penanggalan hijriyah dikarenakan berbagai
pertimbangan, di antaranya, bahwa bulan Muharram adalah bulan yang
tiba sesudah kewajiban haji yang manusia dari berbagai penjuru
menunaikannya. Pertimbangan yang lain yaitu bahwa bulan Muharram
adalah bulan yang di dalamnya tercetus ketekadan berhijrah dimana
manusia saat itu atau para sahabat Rasulullah SAW bertekad untuk
berhijrah. Munculnya tekad dalam kaitannya dengan hijrah yang ke
Habasyah dan juga ke Madinah ini terjadi pada bulan Muharram. Sehingga
dengan pertimbangan-pertimbangan itulah bulan Muharram dijadikan
sebagai bulan pertama dalam penanggalan hijriyah.

Seharusnya pada bulan Muharram ini kita mempersiapkan diri untuk
menyambutnya dengan tekad kuat, usaha keras dan amal-amal kebajikan,
serta menjadikan pada setiap tahunnya lebih baik daripada tahun yang
sebelumnya. Karenanya seseorang pernah berkata,

"Wahai pemalas, betapa banyak engkau mengulur-ulur
taubatmu dari tahun ke tahun
dan engkau tidak tahu pada tahun manakah
yang mendatangimu sebagai tahun yang penuh kekurangan ataukah kesempurnaan"

Seputar bulan Muharram ini banyak manusia memperingati peristiwa
besar, yaitu hijrah Nabi SAW dari kota Mekkah menuju ke kota Madinah.
Dalam hal ini, istilah hijrah mengandung dua makna: yaitu hijrah
hissiyah dan hijrah ma'nawiyyah.

Adapun hijrah ma'nawiyyah adalah manusia meninggalkan kemaksiatan dan
bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, berubah
dengan cara kehidupan yang baru dan menuju jalan kehidupan yang baru
yang membawanya, dengan tekad kuat, usaha keras dan amal-amal
kebajikan. Inilah yang dinamakan dengan hijrah ma'nawiyyah. Nabi SAW
menunjukkan hal ini pada Hadits Shahih yang menyebutkan,

"Seorang muslim adalah yang menjadikan kaum muslimin aman dari lisan
dan tangannya. Dan seorang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah
dari apa-apa yang dilarang Allah atasnya"

Adapun hijrah hissiyah adalah berpindahnya manusia dari suatu tempat
ke tempat lain, yaitu berpindahnya manusia dari tempat kekufuran dan
kesyirikan menuju ke tempat yang Islami. Hijrah dengan makna ini
terbagi menjadi dua bagian:

1. hijrah yang telah berlalu dan selesai, yaitu hijrahnya kaum
muslimin dari Mekkah dimana saat itu merupakan tempat yang penuh
kekufuran dan kesyirikan, menuju ke kota Madinah Al-Munawwarah. Hijrah
yang seperti ini telah berakhir dengan Fath Mekkah (peristiwa
pembukaan kota Mekkah), dimana Rasulullah SAW berkata,

"Tidak ada hijrah setelah Fath (Mekkah)"

2. hijrah yang sampai sekarang selalu ada, yaitu hijrahnya manusia
dari suatu tempat kekufuran dan kerusakan dimana kaum muslimin tidak
sanggup untuk berdiam disana dalam rangka melaksanakan agamanya dan
mendidik anak-anaknya diatas ajaran Islam. Di saat itulah wajib
baginya untuk berhijrah menuju ke suatu tempat yang Islami yang
memungkinkan disana untuk melaksanakan agamanya. Hjrah dengan makna
ini sampai sekarang masih tetap ada. Setiap muslim yang tinggal di
tempat kekufuran, jika ia masih mampu melaksanakan agamanya dan
mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islam yang benar, maka tidak
jadi masalah ia tetap bermukim disana. Akan tetapi, jika ia tidak
mampu melaksanakan ajaran Islam di tempat tersebut, maka wajib baginya
untuk berhijrah ke tempat yang Islami sehingga ia mampu melaksanakan
ajaran agama Islam disitu. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,

"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan
menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, 'Dalam
keadaan bagaimana kamu ini?.' Mereka menjawab, 'Adalah kami
orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).' Para malaikat berkata,
'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi
itu?.' " (QS. An-Nisa': 97).

Inilah makna istilah hijrah. Dan hijrah yang paling agung yang
tercatat dalam sejarah adalah hijrahnya Nabi SAW. Selanjutnya adalah
hijrahnya para nabi dan rasul. Tercatat di dalamnya adalah hijrahnya
Nabi Ibrahim dari Mesir menuju Palestina, dan hijrahnya Nabi Musa dari
Mesir menuju Madyan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah,

"Dan Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada
Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.' " (QS.
Ash-Shaaffaat: 99)

dan ayat-ayat lain yang membicarakan tentang hijrahnya kaum Muhajirin.
Istilah kaum Muhajirin sendiri adalah suatu julukan bagi para sahabat
yang ikut berhijrah dari Mekkah menuju kota Madinah. Sedangkan bagi
para sahabat yang berdiam di kota Madinah disebut dengan kaum Anshar.
Dan mereka semua adalah dalam kebaikan dan petunjuk.

Maka sudah seharusnya pada bulan Muharram ini kita menyebarkan kisah
tentang hijrahnya Nabi SAW. Disebutkan tentang hijrahnya beliau SAW
terjadi pada malam Kamis, hari pertama dari bulan Rabi'ul Awwal. Saat
itu berkumpulnya (kaum musyrikin) untuk menghabisi Nabi yang mana
direncanakan dengan matang pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar,
yaitu pada tanggal 29 Safar. Malam harinya, yaitu malam Kamis awal
dari bulan Rabi'ul Awwal, Nabi SAW berhijrah menuju kota Madinah dan
sampai disana pada hari ke-12 Rabi'ul Awwal. Kisah ini banyak
diceritakan di dalam kitab-kitab sejarah.

Pada bulan Muharram ini juga banyak terjadi peristiwa-peristiwa besar
dalam sejarah yang membawa kegembiraan dan kesedihan. Terlalu panjang
untuk diceritakan (disini), akan tetapi yang paling besar sepanjang
sejarah, yang menghancurkan hati dan menangiskan kalbu, adalah
peristiwa syahidnya sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib ra di
Karbala pada hari Asyura', yakni hari ke-10 bulan Muharram. Dan sampai
sekarang pun masih terkenang bekas-bekas perbuatan keji yang dilakukan
oleh Yazid bin Muawiyah dan kroni-kroninya. Semoga Allah membalas
orang-orang yang berbuat hal itu dengan keadilan-Nya, bukan dengan
kemurahan-Nya. Adapun hakikatnya, sesungguhnya sayyidina Husain
tidaklah mendapatkan kecuali kesyahidan, kemuliaan yang agung dan
derajat yang tinggi di surga. Semoga Allah meridhoinya dan juga
orang-orang mati syahid bersamanya daripada keluarganya semuanya.

Dan pada hari Asyura' disunnahkan untuk berpuasa, sebagaimana sabda Nabi SAW,

"Berpuasa pada hari Asyura' menghilangkan dosa-dosa setahun sebelumnya."

Puasa Asyura' ini sebelumnya merupakan suatu puasa wajib berdasarkan
sumber-sumber Islam yang paling kuat, kemudian di-naskh (diganti)
dengan puasa Ramadhan.

Pada hari Asyura' ini seharusnya juga memberikan kelapangan pada
keluarga karena Nabi SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn
Khuzaimah dalam Shahihnya,

"Barangsiapa memberikan kelapangan kepada keluarganya pada hari
Asyura', Allah akan memberikan kelapangan padanya sepanjang tahun."

Setiap amal kebajikan yang dituntut pada setiap waktu, juga dituntut
pada hari-hari yang suci, dan diantaranya adalah hari Asyura' tanpa
terkecuali. Akan tetapi yang paling utama untuk hal itu adalah puasa
dan memberikan kelapangan kepada keluarga sebagaimana yang
hadits-hadits shahih mengkhususkannya. Dan sudah seharusnya bagi
seorang mukmin untuk melakukannya dengan penuh semangat. Disamping itu
seharusnya seorang mukmin juga menambahkan amal-amal kebajikan,
seperti menyambung silaturrahmi, bersedekah, mengusap kepala anak
yatim, dan juga berziarah kepada orang-orang yang mempunyai keutamaan
dan ilmu.

Kita memohon kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala pada seputar tahun ini
untuk melimpahkan kepada kita kebaikan, keberkahan, kemenangan dan
penguatan kepada Islam dan kaum muslimin, insya Allah.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Muhammad,
beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah
penguasa alam semesta.

Source:Zawiya
[Diterjemahkan dari http://rubat-tareem.net/?ID=524]
(http://bisyarah.wordpress.com/2009/01/04/menyambut-muharram-1430-h/)

Dec 18, 2008

Obat Kesedihan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengalami keadaan hati yang terus berubah-ubah: senang-susah, tawa-tangis, dihormati-dilecehkan, dipuji-dihina, dan seterusnya. Batas dari hal-hal yang menyenangkan dengan hal-hal yang menjengkelkan kita sangat tipis sehingga keadaannya hati cepat berubah-ubah.

Sebenarnya untuk mendapatkan hal-hal yang menyenangkan hati sangat mudah. Bila Anda ingin bahagia, bahagiakanlah orang lain, bila Anda ingin dihormati hormatilah orang lain, bila Anda ingin hidup senang, senangkanlah hati orang lain, dan seterusnya. Sebaliknya, Anda pun dapat dengan mudah menjalani kehidupan yang menyebalkan, yaitu dengan menyusahkan, menjengkelkan, melecehkan, atau menghina orang lain.

Frank Mihalic bercerita dalam The Millennium Stories bahwa suatu hari seorang wanita cantik berpakaian mahal mengeluh kepada psikiater, ia merasa hidupnya kosong, tak berarti.

Sang psikiater berkata, “Aku akan memanggil Mary agar ia menceritakan bagaimana ia menemukan kebahagiaan. Dengarkanlah keterangannya baik-baik!”

Ia lalu memanggil wanita tua yang biasa mengepel lantai kantor. Si wanita tua meletakkan sapunya lalu duduk di kursi dan mulai bercerita.

“Well, suamiku meninggal karena malaria, tiga bulan kemudian satu-satunya anakku mati tertabrak mobil. Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, aku juga tidak punya apa-apa. Aku tidak bisa tidur, tidak berselera makan, tidak bisa senyum kepada siapa pun. Aku bahkan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupku,” kata si wanita tua itu. “Lalu pada suatu sore, seekor anak kucing mengikutiku pulang dari kerja. Aku merasa kasihan dengan kucing kecil itu. Cuaca hari itu sangat dingin. Lalu kubiarkan ia masuk ke dalam rumah. Aku beri dia susu hangat di piring kecil. Kucing itu menjilat-jilatnya sampai piring itu bersih. Ia lalu menggeram dan menggosok-gosokkan badannya ke tubuhku. Menyaksikan ini aku tersenyum. Itu adalah senyumku yang pertama setelah berbulan-bulan. Lalu aku merenung, jika membantu kucing kecil aja bisa membuatku tersenyum, mungkin berbuat sesuatu untuk manusia bisa membuatku bahagia. Lalu keesokan harinya, aku membikin kue dan membawanya ke tetanggaku yang lagi sakit. Lalu setiap harinya aku berbuat baik kepada siapa saja. Melihat mereka senang aku pun menjadi bahagia. Sekarang, aku tak tahu apakah ada orang yang tidur dan makan seenak aku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan membuat orang lain bahagia.” Demikian akhir cerita Frank Mihalic.

Orang yang sedang dirundung kesedihan hendaknya menyibukkan diri dalam berbagai kegiatan positif: misalnya kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya seperti berbagai macam kegiatan ibadah, kesenian, rekreasi dll. Olah raga akan membuat tubuh memproduksi endorphin (sejenis morphin) yang dapat membuat perasaaan menjadi lebih tenang dan tentram. Dia juga sebaiknya menyibukkan diri dalam kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain, yaitu berbagai kegiatan sosial, seperti menjenguk orang sakit, menolong orang yang memerlukan, menghibur orang yang terkena musibah, dll.

Mengurung diri di kamar, termenung, berpangku tangan, memikirkan musibah yang barusan terjadi akan membuat kita terpuruk lebih dalam ke jurang kesedihan. Kesedihan yang berlarut-larut akan membuat seseorang mudah terserang penyakit jantung, darah tinggi, ganguan pencernaan, diabetes, stroke, dll.

Menyendiri dan merenung hanya dibolehkan bila dimaksudkan untuk:
·Menenangkan hati; meredakan emosi.
·Menjaga jarak dari mereka yang mendengki, sebab pertemuan dengan mereka hanya akan mengeruhkan hati, menimbulkan niat-niat jahat.
·Menjaga diri agar tidak melihat pemandangan yang membangkitkan kenangan pahit.
·Memberi kesempatan kepada diri untuk merenung dan melakukan introspeksi.
·Menghimpun semangat hidup untuk bangkit kembali.
·Menempatkan diri di tengah orang-orang yang mencintai, misalnya: istri, anak dan sahabat karib.
·Dll.

Mutiara Quran:

أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ.

“Ingat, dengan dzikir kepada Allah hati akan menjadi tenang.” (QS 13:28)


Mutiara Hadis:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنَاً فِي سِرْبِهِ، مُعَافىً فِيْ جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا
.
Barang siapa dari kalian berpagi hari dalam keadaan tentram di rumahnya, sehat badannya, memiliki makanan untuk hari itu, maka ia seperti memiliki dunia dengan segenap isinya. (Tirmidzî dan Ibnu Mâjah)



Kata-Kata Bijak:
Meski sedih merusak kebahagiaanmu
Sungguh ia lagi menyiapkan kebahagian baru
Sedih menyapu seantero rumah
Mengosongkannya dari segala sesuatu
Lalu dari Sumber Kebaikan
Muncullah kebahagiaan baru
Sedih memburu
Mengusir dedaunan layu di kalbu
Sehingga daun-daun muda nan hijau dapat tumbuh
Sedih mencabut seakarnya kebahagiaan lama
Kebahagiaan baru pun muncul dari bawahnya
(Jalaluddin Rumi: Breathing Truth)





Di kutip dari:

B A H A G I A

Dunia-Akhirat

Oleh Husein Anis

Dec 17, 2008

Seruan Allah SWT Di Sepertiga Malam Terakhir

قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw :
“Tuhan kita Yang Maha Luhur dan Maha Agung turun setiap malam kepada langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, seraya menyeru : Adakah yang menyeru Ku maka Aku akan menjawab untuknya, adakah yang memohon pada Ku maka Aku akan memberinya, adakah yang beristighfar pada Ku maka akan Kuampuni untuknya” (Shahih Bukhari)


Image Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Menguasai Cahaya Keindahan, Cahaya Kasih Sayang bagi segenap hamba Nya. Nurrahman (Cahaya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Disebut Cahaya karena selalu menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yang menuntun dan membimbing hamba hamba Nya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan yang kekal. Dialah Allah Swt, Cahaya Kasih Sayang terbesar dari semua yang memiliki sifat kasih sayang. Oleh sebab itu Sang Nabi saw selalu berdoa dengan mengakhiri doanya (Nabi Saw) Ya Arhamar Rohiimin (Wahai Yang Maha Berkasih Sayang melebihi semua yang mempunyai sifat kasih sayang) Dialah Allah Swt.

Hadirin hadirat, jika kau renungkan tiadalah satu ucapan huruf bisa kita sebutkan terkecuali itu datang dari kasih sayang Allah. Tiadalah kita bisa melihat, mendengar, bergerak dan hidup diatas bumi ini yang milik Allah terkecuali dari Kasih Sayang Illahi. Pengingkaran, kekufuran dan dosa dosa terus mengalir tetapi Dia (Allah Swt) Maha Bersabar siang dan malam.

Sebagaimana kita dengar munajat yang tadi dibaca dan dilantunkan dari Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad. Ya Illahi wa Maliki anta ta’lam kaifa haliy (Wahai penciptaku, yang memiliki diriku, Kau Maha Tahu akan keadaanku), Wa bima qad halla qalby min humumi wasytighaliy (dari apa yang mengguncang jiwaku dari kegundahan dan dari kealpaan dan dari hal hal yang lainnya, Kau Yang Maha Tahu Wahai Yang Memiliki diriku, Sang Pemilik dari setiap yang hidup, Dialah Allah Swt. Sang Penguasa bagi mereka yang ada di bentangan alam semesta adalah Allah Jalla wa Alla, Maha Sempurna dan Maha Abadi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Setiap gerak gerik kenikmatan yang kita lakukan sampai setiap nafas kita, inilah ciri Kasih Sayang Allah kepada kita yang tidak akan diberikan dan tidak mampu diberikan oleh makhluk satu sama lainnya terkecuali Allah Sang Maha Pencipta.
Hadirin hadirat, beruntung jiwa yang mengingat Allah, beruntung bibir yang menyebut Nama Allah, beruntung alam pemikiran yang memikirkan keagungan Ilahi.

Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi Saw bersabda menceritakan firman Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi tsulutsullailil akhir…” (Allah itu turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam terakhir).
Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab orang yang mengatakan bahwa Allah Swt itu ada di satu tempat atau ada di Arsy. Karena apa? kalau Allah itu sepertiga malam turun ke langit yang paling dekat dengan bumi, kita mengetahui bahwa sepertiga malam terakhir itu tidak pergi dari bumi tapi terus kearah Barat. Disini sebentar lagi masuk waktu sepertiga malam terakhir misalnya, Lalu sepertiga malam terakhir itu akan terus bergulir ke Barat, berarti Allah terus berada di langit yang paling dekat dengan bumi. Tentunya rancu pemahaman mereka.

Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih Sayang Allah. Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah laysa kamitslihi syai’un” (QS Assyura 11) (Allah tidak sama dengan segala sesuatu).

Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir maksudnya Allah membukakan kesempatan terbesar bagi hamba hamba Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih dinihari.., kalau malam dibagi 3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan bertahajjud.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan kekasihnya. Allah menanti para kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti hamba hamba yang merindukan Nya, yang mau memisahkan ranjangnya dan tidurnya demi sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbankan waktu istirahatnya beberapa menit untuk menjadikan bukti cinta dan rindunya kepada Allah.

Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi tadi) “Man yad u’niy fa astajibalahu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan menjawab seruannya). Apa maksudnya kalimat ini? maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah sangat….,. sangat… ingin mengabulkannya untukmu. “Man yasaluniy fa u’thiyahu” (barangsiapa diantara kalian adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaannya). Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah dijanjikan oleh Allah ijabah (terkabul). Kalau seandainya tidak dikabulkan oleh Allah berarti pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man yastaghfiruniy fa aghfira lahu” (dan siapa yang beristighfar mohon pengampunan pada Ku disaat itu, akan Kuampuni untuknya). Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat, disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam keadaan berdoa.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “manusia yang paling khusyu’ (Sayyidina Muhammad Saw) didalam tahajjudnya beliau berdoa “Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh, Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh, Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh””.

“Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah Cahaya langit dan bumi, yang Maha Menerangi langit dan bumi dengan kehidupan, kesempurnaan dan kemegahannya). Cahaya langit dan bumi, Dialah Allah. “Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah yang Membangun langit dan bumi). “Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh” (dan untuk Mu puji – pujian, Engkaulah yang Memelihara langit dan bumi). Jika kita dalami ini sangat indah makna kalimat ini “Memelihara langit dan bumi”. Setiap sel yang merangkai manusia, merangkai hewan, merangkai tumbuhan, merangkai bentuk seluruh sel itu mempunyai kehidupan dan membutuhkan nafkah,makanan dan minumannya dan oksigennya dan kehidupannya dan pengaturannya. Siapa yang memeliharanya? Allah Swt.

“Rabbussamawati wal ardh” (Yang Memelihara langit dan bumi) Yang Mengatur matahari terbit dan terbenam, Yang Mengatur turunnya hujan dan tidak ada manusia yang mampu mengurangi setetes air hujan yang akan turun ke permukaan bumi. Allah jadikan hujan itu rahmat turun di permukaan bumi, Allah jadikan penghapusan dosa bagi mereka yang terkena musibah sebab hujan, Allah jadikan juga hujan itu “sa’atulijabah” (waktu yang diijabah) sebagaimana sabda Sang Nabi saw “indahu…” (disaat turun hujan itu doa doa dikabulkan oleh Allah), maka berdoalah. Banyak turun hujan, banyak doa dikabulkan. Lalu bagaimana dengan datangnya musibah?, Belasan hadits riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa “seluruh musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapusan dosa baginya”. Jadi musibah itu penghapusan dosa tanpa istighfar.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya Sang Nabi saw melewati malam malam dan tentunya bukan hanya beliau tapi diteruskan oleh umat tha’ifah ba’da thaifah, (kelompok demi kelompok), generasi demi generasi sampai kita mengingat bagaimana Al Imam Assajjad Ali Zainal Abidin Ibn Husein Ibn Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhum wa karamallahu wajhah. Ketika Al Imam Thawus datang ke Masjidil Haram di sepertiga malam terakhir, mau sholat di dekat Hijr Ismail, dilihat sudah ada orang sholat disitu. Siapa yang sholat tengah malam begini? ruku’, sujud, ruku’, sujud tidak habis habisnya. Ternyata setelah ia perhatikan Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Dikenal Assajjad karena ia sujud setiap malamnya sebanyak 1000X sujud, terkenal dengan sholat malam sebanyak 500 rakaat. Oleh sebab itu dikenal dengan “Assajjad” (orang yang banyak bersujud). Imam Thawus lihat terus Imam Ali Zainal Abidin. Selesai dari sholat sunnah yang demikian dahsyat dan hebatnya, ia bermunajat. Imam Thawus mendengar munajat yang lirih dari doa Al Imam Ali Zainal Abidin, ia tajamkan pendengarannya. Apa sih yang diucapkan imam ini? Imam Ali Zainal Abidin bermunajat “Abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik,” (hamba ini berada di hadapan Mu Wahai Allah, si miskin dihadapan Mu, si fakir berada di hadapan Mu, si pengemis berada di hadapan Mu). Mengemis kepada Allah, miskin di hadapan Allah, Maha Membutuhkan Anugerah dari Allah. Demikian indahnya doa Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Imam Thawus mendengar, ia terus mengulang ulang doa itu. Terus diulang oleh Imam Ali Zainal Abidin. Imam Thawus berkata “tidaklah aku setelah itu, mau berdoa dengan doa apa saja kalau diawali dengan doa Imam Ali Zainal Abidin pasti Allah kabulkan doaku”. Demikian indahnya doa dari jiwa yang suci.

Putra beliau Al Imam Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad ketika putranya yaitu Sayyidina Imam Ja’far AshShodiq semasa kecilnya mendengar Ayahnya kalau di sepertiga malam terakhir melakukan sholat yang sedemikian panjang dan lama. Imam Muhammad Al Baqir berdiri bagaikan patung lamanya tidak bergerak di dalam sholatnya, terus di dalam lantunan firman firman Allah dan di dalam tasbih, ruku’ dan sujud. Sedemikian lamanya sampai seakan akan patung karena lamanya tidak bergerak dari panjangnya menikmati bacaan sholat malamnya. Selesai sholat ia pun berdoa dengan doa yang dihafal oleh anaknya ini “Amartaniy falam a’tamir, wa nahaytaniy falam anzajir, haa ana abduka bayna yadayk, mudznibun mukhthi’un, falaa a’tadzir”. Alangkah indahnya doa ini. “Kau beri aku perintah wahai Allah tapi banyak yang tidak kulakukan”. Siapa yang bicara? Imam Muhammad Al Baqir (putra Imam Ali Zainal Abidin, putra Sayyidina Husein, putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra, cucunya Rasulullah Saw). Disebut Al Baqir karena ia orang yang sangat luas ilmunya. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah mengambil sanad dari Imam Muhammad Al Baqir. Demikian hadirin hadirat, ia berkata “banyak perintah yang Kau berikan padaku wahai Allah dan aku tidak melakukannya dan aku tidak taat. Banyak hal yang sudah Kau larang tapi masih juga ada yang kulanggar larangan Mu, inilah aku sekarang di hadapan Mu Wahai Allah, banyak dosa, banyak salah, dan aku mengaku banyak dosa dosa dan aku tidak mengelak dari dosa dosaku. Memang aku seorang pendosa”. Demikian hebatnya khusyu’ Al Imam Muhammad Al Baqir ibn Ali Zainal Abidin Ibn Husein radiyallahu anhum.

Putranya pun demikian Imam Ja’far Ashshodiq alaiha rahmatullah, beliau itu kalau sudah berdoa tidak mau putus dari munajatnya sampai nafasnya sendiri yang kehabisan nafas. Beliau pun juga memanggil Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..sampai habis nafasnya baru berhenti. Lalu diganti Nama Allah dengan yang lainnya Ya Rahman..Ya Rahman..demikian malam malam mereka.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kenapa mereka terus bertahan menikmati saat saat itu karena mereka merasakan kenikmatan besar. Karena Allah memberi keledzatan bagi mereka yang mau menjumpai Kasih Sayang Allah disaat itu.
Hadirin hadirat, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Ana ‘inda dhonni ‘abdihii” (Aku bersama persangkaan hamba Ku). Maksudnya apa? jika hamba Ku ingin dekat pada Ku, Aku lebih ingin dekat padanya, jika hamba Ku ingin pengampunan Ku maka Aku lebih ingin melimpahkan pengampunan untuknya. “Wa ana ma’ahu idza dzakaranii” (Aku bersama hamba Ku jika hamba Ku mengingat Ku, kata Allah). Demikian dekatnya Rabbul Alamin kepada hamba hamba Nya yang mungkin banyak berbuat dosa, memang Dialah (Allah Swt) Yang Maha Dekat dari semua yang dekat.

Tadi kita dengar munajat Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad seraya berkata “Ya Qariban ya mujiban ya a’liman ya sami’an” (Wahai Yang Maha Dekat, Wahai Yang Maha Menjawab, Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar). Allah Swt menjawab bukan dengan suara tapi menjawab dengan takdir Nya yang indah. Seseorang bermunajat dan berdoa kepada Allah, tidak mendengar jawaban Allah. Tentunya jawaban Allah lebih agung dari sekedar suara. Jawaban dari Allah bagi mereka yang berdoa adalah rahmat Nya yang jauh lebih luhur daripada sekedar suara.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, “Ya ‘aliiman ya samii’an” (Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar).

Kembali ke hadits qudsi tadi “ketika hamba Ku mengingat Ku didalam dirinya maka Aku mengingat hamba Ku didalam diri Ku, ketika hamba Ku mengingat Ku di tempat yang ramai, Aku mengingat hamba Ku dihadapan para malaikatul muqorrobin”. “wa in taqarraba ilayya bi syibrin taqarrabtu ilaihi dzira’aa” (ketika hamba Ku mendekat pada Ku satu jengkal, Aku dekat padanya satu hasta), “wa in taqarraba ilayya dziraa’an taqarrabtu ilaihi baa’aa” (jika hamba Ku mendekat pada Ku satu hasta, Aku mendekat padanya satu depa), “wa in ataani yamsyii ataytuhu harwalah” (jika ia datang dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas, kata Allah). Apa maksudnya? kembali seperti yang tadi, bukan Allah itu berjalan mendekat dan lain sebagainya. Maksudnya setiap keinginanmu yang ingin dekat dengan Allah, Allah menjawabnya lebih dekat dari apa yang kau inginkan. Ketika kau mencintai dan merindukan Allah, Allah lebih mencintai dan merindukanmu. Jika ia datang pada Ku dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas. Apa maknanya? Jika kau ingin dekat dengan Allah, ingin dicintai Allah, ingin rindu kepada Allah, Allah menjawabnya dengan bersemangat dan lebih dari keinginanmu. Demikianlah Yang Maha Indah yang selalu indah hamba hamba Nya yang memahami keindahan Ilahi dengan keindahan dunia dan akhirat.

Seraya berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Aku siapkan untuk hamba hamba Ku yang shalih apa apa yang belum pernah dilihat mata, apa yang belum pernah didengar telinga dan apa yang belum pernah terlintas didalam benak semua alam pemikiran”. Apa maksudnya Allah menyampaikan ini? Maksudnya Allah mengundang kita untuk masuk ke dalam kelompok shalihin. Ini disiapkan untuk hamba Ku yang shalih. Allah sebutkan demikian agar bangkit keinginan hamba Nya untuk ingin bersama orang orang yang shalih pun jika kita tidak mampu mencapai derajat para shalihin paling tidak selalu mencintai para shalihin dan beruntunglah mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad Saw wa barak ‘alaih.

Orang yang paling mencintai Allah, Nabiyyuna Muhammad Saw. Rahmatan Lil Alamin, Muhammad Rasulullah. Orang yang paling tidak tega melihat umatnya padahal beliau paling benci dengan dosa. Kalau diseluruh dunia ini manusia benci dengan dosa, yang paling benci dengan dosa adalah Nabi Muhammad Saw. Paling benci dengan maksiat tapi beliau juga yang paling perduli kepada para pendosa. Tidak ada yang lebih perduli terhadap para pendosa dari manusia melebihi Nabiyyuna Muhammad Saw.
Ketika umatnya berdatangan dan mereka dihalau dari Sang Nabi Saw, seraya berkata “kenapa mereka dihalau?”, “ya Rasulullah mereka berubah, berbuat dosa setelah kau wafat”. Maka Rasul saw berkata “biarkan mereka pergi.., kemanapun mereka mau pergi, silahkan!! Celaka orang yang berubah setelah aku wafat”.
Maka umatnya mencari syafa’at kepada Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan semua Nabi menolak. Kembali lagi kepada Nabi Muhammad saw dan beliau tidak tega. Tadi beliau sudah mengusir tapi ketika mereka kembali karena tertolak oleh semua orang, muncul sifat tidak tega beliau. Beliau berkata Ana Lahaa (akulah yg akan membantu masalah kalian) ini para pendosa, tidak ada lagi yang mau membela di hadapan Allah, tidak ayahnya, tidak ibunya, tidak kekasihnya, tidak keluarganya”. Siapa berani membela pendosa? bayarannya adalah api neraka. Maka Beliau saw pun datang Kehadirat Allah dan bersujud “wahai Allah umatku..umatku..”, Allah berikan syafa’at bagimu wahai Muhammad, beri syafa’at orang yang akan kau beri syafa’at.

(…………………hb munzir terdiam sesaat dan mengalirkan airmata dan kehilangan kata kata………)

Hadirin hadirat saya tidak perlu berpanjang lebar atas kasih sayang Nabi Muhammad Saw terhadap kita. Renungkan betapa indahnya idola kita, budi pekertinya dan beliau itu ciptaan Allah yang terindah.

Kita bermunajat kepada Allah Swt Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan cahaya kebahagiaan dan cahaya khusyu’, Rabbiy terangi jiwa kami dengan cahaya Nama Mu Yang Maha Luhur, pastikan semua wajah kami yang hadir akan melihat keindahan Dzat Mu di yaumal qiyamah, pastikan seluruh wajah kami yang hadir tidak akan melihat api neraka selama lamanya, pastikan kami semua yang hadir dalam husnul khatimah, pastikan semua yang hadir Kau limpahkan kesuksesan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Wahai Yang Maha Membagi bagikan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, limpahkan atas semua kami yang hadir kebahagiaan yang milik Mu tanpa batas dunia dan akhirat.

Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram tidak lupa kami berdoa agar Kau hentikan dan Kau cukupkan musibah yang terus turun daripada hujan yang terus mendera muslimin. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram kami mengadukan keadaan kami Wahai Yang Memiliki Kami, Wahai Yang Memiliki Bumi dan Langit, Wahai Yang Memiliki panca indera kami, Wahai Yang Mengetahui dimana kami akan pulang dan kami akan berpisah selain Mu, berpisah dengan semua kekasih, berpisah dengan semua teman, berpisah dengan semua harta dan jabatan. Tinggallah Engkau Yang Maha Tunggal.

Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dikutip dari: Ceramah Habib Munzir Al Musawa dari Website Majelis Rasullulah

Dec 16, 2008

Seorang Muslim Yang Baik

قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw :
“Seorang lelaki bertanya pada Rasul saw mengenai Islam yang baik? (muslim yang baik), sabda Rasulullah saw : “Kau membagikan makanan, dan mengucap salam pada yang kau kenal dan yang tak kau kenal” (Shahih Bukhari)


ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Yang Maha Luhur, Sang Maha Pemilik Matahari dan bulan dan seluruh alam semesta yang Menghamparkan Kerajaan Langit dan Bumi sebagai lambang Kemegahan, yang menjadikan setiap kehidupan ada pada Nya (Allah Swt) dan berakhir dengan kematian, yang menjadikan kehidupan manusia berakhir dengan kematian dan berlanjut dengan kehidupan setelah kehidupan. Kehidupan yang kekal dan abadi, maka disampaikanlah tuntunan Para Nabi, mengajak mereka kepada kebahagiaan kekal sampailah kepada Nabi Mulia, pembawa Keridhoan Allah, pembawa Cahaya Keagungan Illahi, pembawa tuntunan Illahiyah dan Alqur’anul Karim ialah Sayyidina Muhammad Saw.

Tiada makhluk manusia yang lebih beruntung di muka bumi melebihi mereka yang mengikuti Muhammad Rasulullah. Semakin mereka mengikuti Sang Nabi saw, semakin agung dan bahagia mereka kelak, semakin tinggi derajatnya dan semakin diberi kemuliaan dunia dan akhirat. Allah Swt Yang Maha Mampu Merubah Takdir Keputusan Nya menjanjikan kemuliaan dan perubahan kebahagiaan bagi para pengikut Muhammad Rasulullah Saw.

“Walladziina amanuu wa’amilushshaalihaati wa amanuu bima nuzzila ’alaa muhammadin wahuwal haqqu min rabbihim, kaffar ‘anhum sayyi’aatihim wa ashlaha baalahum” (QS. Muhammad : 2) (mereka mereka yang beriman dan beramal shalih dan mengikuti apa apa yang diturunkan dan diajarkan kepada Muhammad, “wahuwal haqqu min rabbihim”, beliau itu kebenaran dari Tuhan mereka, kebenaran dari Yang Memelihara setiap kehidupan, kebenaran yang disampaikan oleh Sang Pemilik Langit dan Bumi, mengirimkan Kebenaran Nya berupa tuntunan Sayyidina Muhammad Saw, “kaffara ‘anhum sayyi’aatihim wa ashlaha baalahum”, Allah ampuni dosa dosa mereka dan Allah perbaiki keadaan mereka.

Semakin mereka memperbaiki keadaannya dan hubungannya dengan Allah, semakin mereka perbaiki hari harinya dengan tuntunan Sang Nabi saw, Allah hapuskan dosa dosa mereka dan Allah perbaiki keadaannya, keadaan dirinya, keadaan hatinya, keadaan perasaannya, keadaan kehidupannya, keadaan pekerjaannya, keadaan rumah tangganya, keadaan hidup dan matinya hingga ia bangkit di yaumal qiyamah dibenahi oleh Allah dengan pembenahan sempurna karena mereka mengikuti Sayyidina Muhammad Saw.

Hadirin hadirat, inilah kehidupan sementara, gerbang menuju kehidupan yang abadi. Inilah nafas nafas kita yang pasti berakhir dengan nafas sakaratul maut dan berpisah dengan semua yang kau lihat dan kau dengar.

Inilah hari Idul Adha, hari agung dari hari hari yang diagungkan Allah Swt dan termuliakan mereka untuk memuliakan hari ini dengan tuntunan Sang Nabi saw dengan memperbanyak takbir dan tahlil dengan ucapan “Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Wa Lillahil-hamd”. Disunnahkan untuk bertakbir sampai terbenamnya matahari dihari Idul Adha lalu takbir terus disunnahkah setiap shalat fardhu dan sunnah saja hingga asar hari Tasyriq yg ketiga (13 dzulhijjah).

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt telah berfirman mengabarkan keluhuran bagi para pengikut Sang Nabi Saw. “yarfa’illahulladzina amanuu minkum walladzina uutuul i’lma darajaat” (QS. Mujadilah : 11) (Allah mengangkat derajat kalian kalian yang menuntut ilmu diantara kalian dengan derajat derajat yang sangat tinggi). Kita memahami kalau kalimat “darajaat” berarti derajat saja dan kita paham derajat, surga itu bagaikan langit dan bumi diantara derajat yang satu dengan derajat yang lainnya. Kalau Allah mengatakan “darajaat” berarti derajat yang banyak. Setiap kali bertambah ilmu kita makin tinggi kita diberi derajat oleh Allah di surga kelak. Dan pula didunia, semakin dekat ia kepada Allah, semakin dekat ia kepada samudera Yang Maha Luas Melimpahkan Kebahagiaan, Yang Maha Merubah Keadaan. Sebagian orang berkata “kalau cuma ngaji, ngaji dan majelis sampai kapan majunya? tidak cukup dengan begini saja akan selesai kehidupan ini”. Hadirin hadirat ingatlah Yang Maha Merubah Keadaan dari keadaan yang indah menjadi keadaan yang buruk, dari musibah menjadi kenikmatan atau sebaliknya, dari kemiskinan kepada kekayaan atau sebaliknya, Dialah (Allah Swt) Yang Mampu Merubah Keadaan kita. Ketika seorang hamba berjalan dan meniti jalan Muhammad Rasulullah Saw, dijanjikan oleh Yang Maha Merubah Keadaan akan mengubah keadaan dengan sebaik baiknya keadaan.
Hadirin hadirat yang menjanjikan adalah Yang Tidak Pernah Mengingkari Janjinya.

Allah Swt telah berfirman “minta kepada Ku akan Kujawab doa doa kalian”. Lalu kita bertanya “bagaimana dengan doaku siang dan malam yang masih belum dikabulkan Allah?”. Jawabannya adalah ketidaktahuan kita bahwa Allah menjawab doa kita lebih daripada yang kita minta. Kita minta A (misalnya) tanpa kita sadari Allah mengangkat 100 musibah yang akan datang di hari esok. Doa kita hanya hal yang remeh saja tapi Allah Yang Maha Dermawan memberi lebih dari itu.
Hadirin hadirat, jawaban dari Allah itu lebih dari sekedar suara. Doa kita kepada Allah tapi kita tidak dengar jawaban dari Yang Maha Menjawab Doa. Jawaban Allah bukan dengan suara dan tidak sesempit hanya sekedar pengabulan, minta itu diberi itu, tidak sesempit itu Anugerah Yang Maha Dermawan. Minta hal yang 1, Allah beri 1000 dan itu bukan hal yang mustahil bagi Rabbul Alamin. Barangkali seorang hamba meminta hal yang remeh, Allah berikan hal yang lebih agung atau Allah berikan juga dan Allah tambahkan lebih dari doanya dan itu pasti karena Dialah (Allah Swt) Yang Menamakan Dzatnya “Al Karim” (Yang Maha Dermawan, Yang Maha Memberi).

Hadirin hadirat, tiada seseorang meminta kepada Allah lalu turun kedua tangannya dengan tangan kosong saja terkecuali dipenuhi anugerah. Inilah Allah dan inilah Maha Raja Dermawan dari seluruh makhluk Nya dan Pemberian Nya terus berlimpah sepanjang siang dan malam tanpa kita sadari. Barangkali kita berdoa malam ini tentang 1 hajat, besok Allah kabulkan atau jika tidak Allah tidak kabulkan tapi Allah angkat sedemikian banyak musibah yang akan datang di hari esok. Hal itu tidak kita ketahui, barangkali kalau kita melihat takdir kita tidak akan berhenti bersujud, kita meminta Kasih Sayang Illahi. Kalau kita lihat musibah apa yang akan datang di hari esok, barangkali sekarang kita bisa berdiri besok kita terkena 1 musibah dan lumpuh seumur hidup barangkali saat ini kita melihat esok terkena 1 musibah tidak bisa lagi melihat dan demikian banyak musibah yang bisa saja terjadi dan itu berubah dalam sekejap dengan doamu hadirin.

“kaffara ‘anhum sayyiatihim wa ashlaha baalahum” (Kuhapuskan dosa dosa mereka dan Kuperbaiki keadaan mereka), Dialah Allah Yang Maha Memperbaiki Keadaan dan perbuatannya Maha Sempurna.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika salah seorang beribadah dengan ibadah yang sangat banyak maka Rasul Saw mendengar seorang wanita beribadah dengan ibadah yang sangat banyak sampai berlebihan maka Rasul Saw berkata “apa ini ibadah yang berlebihan?”, “innallahu la yamallu hatta tamallu’ ” (Allah itu tidak bosan bosannya tapi kalian yang akan bosan kalau terlalu banyak beribadah). Zaman sekarang orang beribadah Qabliyah, Ba’diyah dan Tahajjud sudah dibilang berlebihan, itu bukan berlebihan. Yang disebut berlebihan ibadah itu adalah meninggalkans seluruh aktifitas demi ibadahnya, ini yang disebut berlebihan. Nabi Saw berkata “la yamallu hatta tamallu’ ” (Allah itu tidak akan bosan sampai kalian bosan sendiri). Maka jangan paksakan diri melebihi kemampuan.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dari kemuliaan inilah Allah Swt menuntun kita kepada bimbingan yang paling sempurna, bimbingan yang menjadi perluasan dan persaudaraan bagi seluruh manusia khususnya diantara muslimin. Oleh sebab itu, Rasul saw ditanya sebagaimana hadits yang tadi kita baca “anna rajulan sa’alannabiy saw, seseorang bertanya kepada Rasul saw “ayyul islam khair”, maksudnya orang muslim yang mana yang amalnya baik? tunjukkan padaku amal amal yang baik dalam islam. Tentunya banyak namun Sang Nabi saw memberikan 2 ajaran yang sangat indah jika kita perdalam. Apa itu? ”ith’amu tha’am (demikian riwayat Shahih Bukhari). “kau membagi bagikan makanan”. Berarti sekarang ini hari hari tasyrik, disunnahkan membagikan daging kurban. Perlu diketahui pembagian daging kurban itu untuk seluruh muslimin bukan dikhususkan untuk fuqara saja. Jadi orang ang mampu juga boleh diberikan. Lain dengan shadaqah dan zakat, tidak boleh diberikan terkecuali kepada mustahiq diantaranya fuqara dan masakin. Kalau daging kurban boleh diberikan kepada yang mampu dan yang tidak mampu asal dia muslim karena daging kurban adalah jamuan muslim kepada muslimin lainnya yang ia kenal dan yang ia tidak kenal. “ith’amu tha’am” (bagikan makanan) kata Sang Nabi Saw. Jangan dipisahkan hanya yang muslim dan miskin saja, yang tidak miskin pun boleh kalian jamu tapi tentu yang afdhal adalah yang tidak mampu. Jadi kalau daging kurban diberikan kepada yang miskin atau yang kaya, tentunya pada yang miskin lebih afdhal. Tapi kalau mau diberikan kepada yang mampu, tidak ada larangannya karena itu sunnah juga selama ia muslimin karena daging kurban adalah jamuan sesame muslimin yang kenal dan yang tidak ia kenal.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Alhamdulillah jika tahun ini Majelis Rasulullah Saw dititipkan 13 ekor kambing oleh seorang saudara kita dari Sidney, Australia untuk kurban disini (di Majelis Rasulullah Saw) dan juga 1 dari jamaah majelis kita di Jakarta, jadi tahun ini 14 ekor kambing. Yang 13 dari Sidney, Australia dan yang 1 ekor dari Jakarta, dan 1 ekor sapi dari Bapak Gubernur H. Fauzi Bowo untuk Majelis Rasulullah Saw. Jadi tahun ini Majelis Rasulullah Saw kurban 14 ekor kambing dan 1 ekor sapi, Alhamdulillah Semoga Allah muliakan mereka yang menitipkan kurbannya di Majelis Rasulullah Saw.

“ith’amu tha’am” (bagikan makanan) kepada orang yang kau kenal dan yang tidak kau kenal, wa aqri’ussalam alaa man arafta ma alaa man lam ta'rif (dan ucapkan salam kepada yang kau kenal dan yang tidak kau kenal). Mengucapkan salam itu jangan hanya kepada yang kita kenal saja, tanpa kita sadari orang yang tidak kita kenal pun jika diucapkan salam itu bukan untuk dia saja tapi pahala karena Allah, menyebarkan Nama Allah “Assalam” (adalah Nama Allah Yang Maha Sejahtera). Assalamu’alaikum artinya Yang Maha Penyejahtera melimpahkan kesejahteraan kepadamu, itulah makna kalimat Assalamu’alaikum. Jadi kalau seseorang mengucapkan Assalamu’alaikum itu dzikir karena kalimat Assalam adalah Nama Allah.
Hadirin, Sayyidina Ibn Umar radhiyallahu anhuma diriwayatkan di dalam Adabul Mufrad oleh Imam Bukhari, Ibn Umar ini setiap pagi keluar dan ditanya oleh orang “kau ini kepasar, belanja tidak?, lewat gang sana lewat gang sini, lewat rumah si anu lewat rumah si ini, pulang ke rumah, mau apa? keluar tidak silaturahmi pada fulan, ke pasar tidak belanja, balik lagi ke rumah, keluar sebentar balik lagi ke rumah”, ia berkata “aku keluar hanya untuk menyebarkan kalimat Assalam”. Lewat ada muslim, ucapkan “Assalamu’alaikum”, hanya untuk bersalam saja aku keluar rumah. Jadi orang keluar rumah itu macam macam niatnya, ada yang niat dagang, ada yang niat sekolah dan Para Shalihin ada yang teringat Keagungan Nama Allah. Assalam,
ia keluar dari rumahnya untuk menyebarkan salam lalu balik lagi kerumahnya.

Sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu anhum diriwayatkan didalam Adabul Mufrad oleh Imam Bukhari, beliau kalau keluar dari rumahnya memakai minyak wangi ditangan kanannya. Ini sering kita lihat, kenapa? Sayyidina Anas berkata “memuliakan orang yang menyalamiku”. Salah satu cara memuliakan mereka adalah memakai minyak wangi di tanganku, jadi orang yang menyalamiku itu nanti wangi tangannya. Darimana kau pelajari ini? dari Rasulullah Saw. Demikian indahnya akhlak.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dalam satu kejadian salah satu teman saya beberapa tahun yang lalu sudah lanjut usia, usinya 60 tahun lebih. Ia mempunyai 6 orang anak. Kebetulan ia menyeberang dari Lampung menuju ke Pelabuhan Merak. Di pelabuhan sudah beli tiket, ternyata ditipu. Tiketnya dibawa kabur entah kemana, ia sudah mengeluarkan uang dan ia orang yang tidak mampu. Cuma 1 ia mendapatkan kemuliaan, saat lewat 1 orang yang wajahnya bengis (barangkali preman disitu) ia mengucapkan salam. Orang ini kemana mana selalu bersalam yang jika kira kira yg disalamu adalah seorang muslim, maka ia selalu mengucapkan salam walaupun ia seorang yang tampak bengis di pelabuhan. “Assalamu’alaikum”, tidak dijawab. Barangkali kita tahu kalau di pelabuhan banyak orang yang tidak ramah, ada diantaranya ramah bukan kebanyakan tapi diantaranya tidak ramah. Diucapkan salam, tidak dijawab, diam saja.
Ia lewat saja bersama istri dan anak anaknya. Ketika terjadi penipuan ini, ia pun ribut “tiket saya dibawa orang, saya sudah bayar”. Tadi yang diucapkan salam tidak menjawab ikut dalam kerumunan itu, “kenapa?”, “ini tiket saya dibawa kabur”. “apa ciri ciri orang itu?”, “begini..begini”, “oo.. sudah tenang”, tidak lama ia datang bersama orang itu dan orang itu dipaksa untuk mengembalikan uangnya. “kenapa kamu menipu Bapak ini, Bapak ini saudara saya..!”. Padahal ia tidak kenal dengan orang itu, ia hanya disalami oleh orangtua tadi padahal ia tidak menjawab tapi ucapan salam itu tembus ke dalam hatinya. Bibirnya tidak menjawab, wajahnya cemberut tapi ucapan itu tembus ke hatinya dan ia terharu. Barangkali seumur hidupnya jarang orang mengucap salam kepadanya. Ia merasa seorang yang berulah barangkali, banyak berbuat jahat dan orang jijik mengucapkan salam kepadanya. Ada 1 orangtua ini mengucapkan salam kepadanya, orang itu ditipu, ia membelanya sampai berkata “ini saudara saya, kenapa kau menipunya?”, padahal baru kenal saat itu karena mengucapkan salam. Demikian hadirin hadirat indahnya sunnah Nabi Muhamamd Saw. Oleh sebab itu bantu kemuliaan sunnah Sang Nabi Saw dengan menyebarkan salam kepada orang yang kita kenal atau kepada orang yang tidak kita kenal.

Rasul Saw bersabda “la yukminu ahadukum hatta yuhibba li akhiihi maa yuhibbu linafsih” (belum sempurna iman seseorang sampai ia menginginkan apa yang terjadi padanya, terjadi juga pada saudara saudaranya dari kenikmatan), demikian diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari. Kalau ia punya kenikmatan ia menginginkan surga, ia menginginkan orang lain juga masuk surga, jika ia inginkan keluasan,ia inginkan seluruh muslimin dalam keluasan. Ini kesempurnaan iman. Maksudnya apa? Semakin tinggi derajat seseorang, semakin tidak mau memusuhi muslimin. Semakin tinggi derajatnya semakin ingin seluruh muslimin mendapatkan kemuliaan, jika ia telah menunaikan shalat 5 waktu, ia ingin seluruh muslimin menunaikan shalat 5 waktu, jika ia ingin masuk surga ia ingin seluruh muslimin masuk surga. Jiwa seperti ini telah dicerminkan oleh Sayyidina Muhammad Saw.
Ketika musuh musuhnya melempari dirinya dan mengejarnya, beliau berdoa “Allahummahdiy Qaumiy fa innahum laa ya’lamuun”. Dibela itu orang yang melempari, dibela dengan doa beliau. Wahai Allah beri mereka petunjuk karena mereka tidak tahu. Dibela orang yang melempari beliau Saw.

Inilah puncak kesempurnaan akhlak Nabiyyuna wa Sayyiduna Muhammad Saw. Dan juga dalam ukhuwwah diantara kita satu sama lain, Allah Swt telah memerintahkan kita untuk mengikuti Sang Nabi Saw semampunya, yang dengan itu Allah meluaskan keberkahan dengan jiwa semacam Nabi Muhammad Saw inilah luasnya islam ke Barat dan Timur. Beliau bukanlah seorang kaya yang bisa mengunjungi seluruh permukaan Barat dan Timur untuk menyampaikan kalimat Tauhid. Beliau bukan seorang penguasa yang bisa mengerahkan ribuan pasukan untuk menyampaikan tuntunannya ke Barat dan Timur. Beliau hanya diikuti oleh beberapa budak dan para pemuda, semakin banyak dan semakin banyak pembenahan umat terjadi di Makkah dan sampai terusir pembenahan terjadi di Madinah, perlahan berlanjut ke seluruh permukaan bumi. Sampai saat ini 14 abad setelah wafat beliau (Nabi Saw) pembenahan umat terus berjalan, diteruskan oleh jiwa jiwa yang membawa kemuliaan semangat Nabi Muhammad Saw.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Di malam Idul Adha ini tentunya saya tidak berpanjang lebar, cuma perlu saya beritahukan bahwa majelis ini tidak ada liburnya. Majelis malam selasa ini Insya Allah tidak ada liburnya sampai yaumal qiyamah, Amin Allahumma Amin. Selama saya masih hidup, Insya Allah saya selalu hadir di malam selasa ini. Hadirin hadirat jadi kalau kebetulan lewat, ada suara terdengar kabar dari sana sini kalau malam selasa depan libur, itu jangan dibenarkan, itu ucapan yang tidak benar. majelis ini berlanjut, walau bulan ramadhan, walau malam lebaran, kita takbiran bersama majelis berlanjut,
Yang mampu hadir, silahkan hadir. Yang tidak bisa hadir, sekarang ada radio RASfm dan juga tentunya niatnya untuk hadir dan mendapatkan bagian pahalanya.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita bermunajat untuk pembenahan umat di bumi Jakarta dan sekitarnya dan juga untuk saudara saudara kita khususnya Ustadz Kadir Anggaluly yang barangkali beberapa hari lagi akan kembali ke wilayahnya di Irian Barat, semoga diberi kekuatan oleh Allah Swt, diberi perlindungan oleh Allah Swt dari musuh musuh islam. Semoga semakin banyak jamaah jamaah muslimin yang mulai bangkit mengenal shalat disana, Amin Allahumma Amin. Dan juga untuk para santri santri yang tinggal disini khususnya KH. Ahmad Baihaqi semoga dilimpahi keluasan dan pertolongan oleh Allah Swt dalam menegakkan dakwah dan semoga anak anak santri yang baru ini diberi ketenangan untuk betah tinggal di Jakarta di dalam taklim.

Ya Rabbiy Ya Rahman kami bermunajat Kehadirat Mu di hari Idul Adha ini dan hari hari tasyrik yang masih tersisakan Keagungan dan Kemuliaan Dzulhijjah, Rabbiy kami bermunajat Kehadirat Mu Yang Maha Luhur meminta seluruh daripada rahasia Kedermawanan Mu atas segala hal kami. Rabbiy Rabbiy Yang Maha Mengubah Keadaan, Wahai Yang Maha Mengubah Keadaan, ubah keadaan kami dengan sebaik baiknya dhahiran wa bathinan dunia wal akhirat, ubah keadaan hari esok kami dengan yang palingbaik di dalam kebahagiaan dunia dan akhirat, dalam keluasan dunia dan akhirat, dalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dikutip dari: Website Majelis Rasullulah

Dec 14, 2008

Apa arti Syiah menurut bahasa

Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut Ahli Bid’ah.
Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah.
Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Apa arti kata Syiah menurut bahasa ?

Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.
Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad atau kelompok Muhammad.
Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya Muhammad bin Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa alaihis salam.
Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah SAW, sehingga saat itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini.
Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.
Allah berfirman :

واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا ( العمران:١۰٣)

“ Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok).”

Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga saat itu ada kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi sifatnya politik.
Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu ada satu kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad bin Ubadah sebagai Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah, maka bubarlah kelompok tersebut.
Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali lebih berhak menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah tersebut.
Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu selalu terjadi, sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.
Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu Muawiyah memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu timbul lagi, sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada kelompok Muawiyah atau syiah Muawiyah.
Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau kelompok Imam Ali saja, tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut Syiah.
Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian atau Sohifah At-tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian tersebut disebutkan:

هذا ما تقاضى عليه على بن ابى طالب ومعاوية بن ابى سفيان وشيعتهما

( اصول مذهب الشيعة )

Ini adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan dan kedua Syiah mereka.
(Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)

Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan aqidah atau mazhab.
Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun Muawiyah dan kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam suratnya kepada Ahli Amsor, beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:

كان بدء امرنا انا التقينا والقوم من اهل الشام، والظاهر ان ربنا واحد، ونبينا واحد، ودعوتنا فى الاسلام واحد، ولا نستزيدهم فى الاسلام بالله والتصديق برسوله، ولا يستزيدوننا، الامر واحد الا ما اختلفنا فيه من دم عثمان، ونحن منه براء

( نهج البلاغة- ٤٤٨ )

Adapun mas’alah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam (Muawiyah dan Syiahnya).
Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan da’wah kita dalam Islam juga sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah, tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami.
Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya (Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.”
(Nahjul Balaghoh – 448)

Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:

انى اكره لكم ان تكونوا سبابين ، لكنكم لو وصفتم اعمالهم، وذكرتم حالهم، كان اصوب فى القول وابلغ فى العذر، وقلتم مكان سبكم اياهم، اللهم احقن دماءنا ودماءهم، واصلح

ذات بيننا وبينهم ( نهج البلاغة -٣٢٣)

“ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan :
Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka
(Nahjul Balaghoh – 323)

Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali
Kembali kepada pengertian Syiah dalam bahasa yang dalam bahasa Arabnya disebut Syiah Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada orang-orang Sunni yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak lain dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga mereka tidak tahu bahwa yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah Madzhab Syiah atau aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyyah).
Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh orang-orang tua kita (Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak dapat membedakan antara kata syiah dengan arti kelompok atau pengikut dengan aliran syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena adanya aliran-aliran syiah yang bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap sesat oleh Salafunassholeh.
Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Imam Ali dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai sekarang.
Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau menggunakan kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut dikarenakan adanya aliran-aliran Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah akhirnya hanya digunakan dalam menyebut kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang Syiah yang dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar.
Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, maka
yang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan Syiah Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah, sehingga merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka mensyiahkan masyarakat Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta keluarga Rasulullah SAW.

Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu ?

Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN. Begitu pula sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung kepada Khumaini dan Syiahnya.
Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH) dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini.
Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta) yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.
Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tertipu dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam) dan masuk Syiah.
Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah.
Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak berdasar.
Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah, bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini, membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada masyarakat. Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.
Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT. Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).
Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada’ atau orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan menyesatkan.

dikutip dari : Majelisrasullulah

Dec 13, 2008

Rahasia di Balik Amar Ma’ruf

Suatu ketika datanglah ke majelis taklim ayah saya seorang pimpinan organisasi besar yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan pemberantasan kemungkaran. Sebagaimana biasa kegiatan demikian ini selalu melibatkan kekerasan dan biasanya memancing pro dan kontra.

Pada akhir majelis, ayah menyilahkan orang tersebut untuk berbicara. Lalu mulailah dia menyampaikan pidatonya menceritakan kegiatannya. Pidatonya penuh dengan mutiara ilmu dan sangat memukau. Saya benar-benar dibuat kagum dan hormat kepadanya. Di antara yang menarik perhatian saya adalah ucapannya, “Majelis ini sungguh bermanfaat bagi masyarakat karena mengajarkan berbagai ilmu dan pekerti luhur. Para ustadz di sini seperti petani padi. Ia menyiapkan lahan, lalu membajak, memberi pupuk kandang, menanami bibit, merawat, mengairi, memberi pupuk lagi, dst. Nah, tugas saya sehubungan dengan majelis ini adalah membantu petani memberantas tanaman-tanaman liar yang ikut makan pupuk, dan membasmi hama dan tikus-tikus yang merusak tanaman.”

Pidato berakhir dengan indah dan mengesankan. Saya berpikir dalam hati, “Orang ini lebih hebat dari yang saya dengar.” Suara miring yang saya dengar tentang dia hilang seketika. Pidato itu terus terngiang di telinga. “Mengapa saya tidak bisa meneladani sebagian saja dari dirinya,” kata saya dalam hati. Saya sempat ditawari oleh para pembantunya untuk membuka cabang dari organisasi yang dipimpinnya. Namun saya tolak, karena saya kurang suka dengan kekerasan. Urusan nahy mungkar, menurut saya, sangat sensitif. Harus benar-benar menggunakan strategi yang jitu. Saya juga tahu bahwa pembasmian kemungkaran harus ditunda apabila mengakibatkan kemungkaran yang lebih besar. Nahy mungkar harus dilaksanakan dengan hati-hati, kalau tidak maka hasilnya akan counter-productive. Dan terus terang saja, saya senang dengan yang indah-indah, yang merdu-merdu, yang lembut-lembut, yang tenang-tenang, yang harum-harum.

“Dalam Quran, Amar ma’ruf diletakkan di muka nahy mungkar, pasti ada rahasianya. Fitrah manusia yang tidak suka kekerasan pasti menjadikan nahy mungkar pilihan yang paaaaaling akhir,” kata saya dalam hati.

Menurut saya, dakwah itu seperti kegiatan marketing. Produknya adalah ajaran agama. Kita harus memperhatikan kualitas, kemasan, distribusi dan pasarnya.

Kembali ke masalah petani yang katanya perlu dibantu dalam membasmi hama, saya pikir kalau petani itu menggunakan plastik mulsa maka tanaman liar tidak akan tumbuh; kalau ia menanam bibit yang bagus, maka padi pasti tahan terhadap serangan hama; kalau lingkungan bersih pasti hanya ada sedikit tikus yang berkeliaran.

Lalu, misalnya, kalau ada seorang yang dikenal jahat datang ke majelis kita lalu kita sambut dengan hormat dan kita jamu. Maka besar kemungkinan orang itu akan merasa senang dan kerasan. Kalau ia kerasan, maka ia akan ikut duduk mendengarkan ilmu. Kalau ia pulang dengan perasaan puas, besar kemungkinan ia akan datang lagi, dan kalau ia datang lagi maka waktunya untuk berkumpul dengan teman-temannya yang jahat akan berkurang, kalau ia semakin sering datang; maka ia tidak akan mau lagi diasosiasikan dengan teman-temannya yang jahat; kalau ia semakin jauh dari teman-temannya maka hampir bisa dipastikan bahwa ia akan berubah menjadi baik.



Rahasia:
Dalam amar ma’ruf sudah terkandung nahy mungkar.

Mutiara Hadis:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي اْلأَمْرِ كُلِّهِ.

Artinya:
Sesungguhnya Allâh menyukai kelembutan dalam segala urusan. (Bukhârî dan Muslim)



إِنَّ الرِّفْقَ لاَيَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ اِلاَّ شَانَهُ.

Artinya:
Sesungguhnya kelembutan tidak akan melekat pada sesuatu kecuali menghiasinya, dan tidak tercabut dari sesuatu kecuali menodainya. (Muslim, Abû Dâwûd dan Ahmad)



إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ اْلأَمْرِ كُلِّهِ.

Artinya:
Sesungguhnya Allâh itu bersifat lemah lembut dan menyukai kelembutan pada semua urusan. (Bukhârî dan Muslim)



مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ.

Artinya:
Barang siapa diharamkan (tidak diberi oleh Allâh) sifat lemah lembut, maka ia diharamkan dari kebaikan. (Muslim, Abû Dâwûd, Ibnu Mâjah dan Ahmad)





Di kutip dari: Zawiya Group
B A H A G I A
Dunia-Akhirat
Oleh Husein Anis